Gadis manis dengan pupil mata berwarna hitam pekat itu menatap kosong pada ranjang di depannya. Ranjang tempat pria yang sudah menjaganya selama dua puluh lima tahun ini terbaring. Tubuhnya yang renta semakin membuatnya terlihat rapuh, ditambah selang-selang yang menopang kehidupan pria itu selama beberapa bulan ini. Tapi ia tak bisa lupa bagaimana hangatnya senyuman Yudha, ayahnya. Sudah satu minggu ini pria itu terbaring lemah di sana akibat penyakit gagal ginjalnya yang semakin parah. Segala cara sudah dilakukan demi kesembuhan sang ayah. Sayangnya penyakit itu terus menerus menggerogoti tubuhnya yang renta. Tidak ada lagi tubuh kuat Yudha yang bisa menggendong Shanum saat kecil, yang selalu mengajaknya tertawa bersama meski hidup mereka hanya tinggal berdua setelah kepergian Ibu dan kakaknya dalam sebuah kecelakaan beberapa tahun silam.
Shanum tak sanggup membayangkan jika dirinya akan kehilangan satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini. Lalu dengan siapa ia nanti bisa bersandar dan mencurahkan segala keluh kesahnya? Siapa yang akan memeluknya ketika ia rapuh dan lelah dengan dunia yang semakin kejam ini?
Cklek!
Saat sedang larut dalam pikirannya sendiri, pintu kamar rawat sang Ayah terbuka. Pria berjas putih dengan stetoskop yang dikalungkan di lehernya masuk. Ia tersenyum pada Shanum yang hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Pria itu berjalan menghampiri ranjang Yudha dan memeriksa keadaannya.
"Bagaimana ayahku, Haidar?" tanya Shanum dengan wajah khawatir dan berharap.
Haidar, dokter penyakit dalam sekaligus sahabat dari almarhum kakaknya Shanum itu menghela nafas setelah memeriksa keadaan Yudha yang semakin hari semakin parah." Sampai sekarang belum ada donor ginjal yang cocok. Penyakit ayahmu semakin parah. Cuci darah bukan lagi hal yang tepat."
Shanum semakin frustasi." Kenapa kalian tidak mengijinkan aku mendonorkan ginjalku sendiri?" tanyanya dengan sedikit isakan yang tertahan.
Haidar menggeleng lemah." Kamu tau satu ginjalmu saja sudah bermasalah. Jika ginjalmu yang sehat didonorkan, lantas bagaimana dengan kamu sendiri?"
Shanum menunduk, menatap kembali wajah sang ayah yang semakin terlihat lemah." Apa aku tidak bisa melakukan hal yang benar sekali saja? Aku takut kehilangan ayahku."
Haidar memegang pundak Shanum, berusaha menegarkan gadis itu." Aku tau. Tapi ayahmu tidak akan setuju."
Mata Yudha mengerjap perlahan sebelum akhirnya mata dengan kelopak mata yang menghitam itu terbuka sempurna. Yang pertama kali ia lihat adalah anak gadisnya, Shanum. Ia mengulurkan tangannya, Shanum langsung meraih tangan yang sudah penuh keriput itu dan menciumnya." Ayah. Ayah harus kuat."
Yudha hanya tersenyum lemah kemudian menatap Haidar yang berdiri di belakang Shanum."Haidar."
"Iya, Om," kata Haidar dengan sopan. Apalagi Yudha adalah sahabat dari almarhum orangtuanya dulu. Dia juga yang menjaga ayahnya yang sakit-sakitan sebelum akhirnya meninggal.
"Boleh Om minta sesuatu?" tanya Yudha dengan suara lemah.
"Iya, tentu saja."
"Apakah kamu mau menjaga Shanum untuk Om?" tanya Yudha lagi kali ini dengan tatapan penuh harap.
Haidar tampak terkejut kemudian ia mengangguk, menganggap permintaan Yudha adalah permintaan biasa. Ya, menjaga Shanum. Menjaga seperti biasa kan?" Tentu, Om. Saya akan menjaga Shanum dengan baik selama Om di sini."
Yudha menggeleng," saya tidak kuat lagi, Haidar. Saya rasa hidup saya sudah cukup di sini. Tapi saya berat untuk pergi."
"Ayah jangan ngomong gitu." Shanum tampak semakin frustasi saat mendengar ucapan ayahnya." Kalo ayah gak ada, Shanum sendirian di sini."
"Haidar. Saya ingin kamu menikahi Shanum dan menjaganya. Boleh kan?"
Shanum tampak melotot karena terkejut, ia pun melirik ke arah Haidar yang tak kalah shock seperti dirinya. Tapi pria di sampingnya ini menyembunyikan keterkejutannya dengan senyuman kecil.
"A-ayah ... apa sih ... "
"Saya takut Shanum kesepian jika saya gak ada ... "
"Ayah masih di sini. Siapa yang gak ada?" Shanum tampak tak suka.
"Tolong nikahi Shanum dan jaga dia untuk saya."
Haidar semakin bingung. Perasaannya kian kalut. Tapi menolak pun ia tak sanggup apalagi saat mengingat jasa Yudha saat merawat ayahnya dulu di rumah sakit yang sama dengan ia merawat Yudha kini. Apalagi kakaknya Shanum adalah sahabatnya waktu SMA. Ia semakin bimbang. "Baik, Om. Saya akan menikahi Shanum," ucapnya berusaha yakin.
"Tapi, Mas ... " Shanum tampak terkejut dengan persetujuan yang Haidar ucapkan. Bagaimana bisa?
"Besok tolong kalian menikah di sini ya. Saya takut tidak ada waktu lagi."
"Ayah ... jangan tinggalin Shanum." Shanum kembali terisak sambil menciumi tangan sang ayah. Berharap adanya keajaiban datang atau setidaknya ayah setuju jika ia mendonorkan ginjalnya.
Haidar mengangguk kemudian pamit keluar dari ruangan sahabat sekaligus rekan kerja ayahnya dulu saat masih melakukan praktek sebagai dokter. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jas putihnya yang sedari tadi bergetar.
Nama Sofia muncul di layar ponsel Haidar. Ia menekan tombol hijau kemudian menempelkan ponsel itu ke telinganya dan berjalan kembali ke ruang kerjanya." Ya?"
"Lagi sibuk ya?" suara lembut di sebrang sana membuat hati Haidar nyeri seketika.
"Sedikit. Ini sudah mau istirahat kok," jawab Haidar yang berusaha menetralkan perasaannya yang kacau saat ini.
"Aku cuma mau ngabarin kalo design undangan kita udah jadi. Tinggal pilih aja. Oh iya jangan lupa minggu depan kita foto prewedding ya." Suara disana tampak sangat senang seolah tak sabar dengan apa yang sudah mereka rencanakan beberapa bulan ini.
"Ya, tentu saja. Kirim saja designya nanti. Aku mau lihat."
"Baiklah. Aku mau ke butik lagi ngurus kerjaan. Kamu hati-hati ya. Bye!"
"Bye."
Klik!
Hampa.
Perasaan Haidar semakin hampa saat ini. Suara yang selalu ia rindukan dan ia cintai. Bagaimana jika dia tau besok calon suaminya akan menikahi wanita lain?
Pria berambut coklat gelap itu memegangi kepalanya sendiri yang seakan mau pecah. Rasanya ingin menghilang saja dari dunia ini. "Maafkan aku, Sofia."
Akhirnya ijab qobul itu terucap juga dari mulut Haidar setelah didampingi Yudha sebagai wali nikahnya dan salah satu ustad yang menjadi penghulu bagi pernikahannya dengan Shanum. Gadis itu sedari tadi hanya menunduk dengan wajah bersemu. Ditambah beberapa orang saksi yang tidak lain adalah salah satu sahabatnya, Keanu dan salah satu perawat dirumah sakit ini. Keanu tampak terdiam memperhatikan Haidar dengan tatapan kosongnya saat mengucapkan ijab qobul yang sacral itu. Ia sebenarnya juga sudah tau yang sebenarnya tentang pernikahan siri yang dilakukan sahabatnya ini. Apalagi karena tiba-tiba Haidar menelponnya hanya untuk kemari dan ternyata malah menjadi saksi pernikahan sirinya. Karena pria itu memang sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain hanya saudara-saudara jauh dan dirinya sebagai sahabatnya sejak kecil. Sayangnya walau mereka satu profesi tapi Keanu praktek di ibukota, rencananya Haidar pun akan pindah kerja kesana karena Sofia, kekasih seka
Keanu menatap Haidar yang sejak tadi terdiam sambil mengaduk-aduk kopi di cangkirnya. Tatapan sahabatnya itu kosong dan terkadang dia menghela nafas berat seolah ada beban yang begitu besar didalam dadanya."Lo manggil gue kesini ternyata buat jadi saksi pernikahan siri lo sama Shanum?" Keanu meminta penjelasan. Pria berambut hitam pekat dengan mata agak sipit itu mengerutkan keningnya." Terus pernikahan lo sama Sofia gimana?""Tetap berjalan. Memangnya harus bagaimana lagi?" jawab Haidar santai kemudian mengangkat cangkir didepannya dan menyesapnya perlahan. Aroma kopi itu cukup menenangkan dirinya saat ini."Sofia gak tau kan?" tanya Keanu lebih ke sebuah pernyataan."Jangan sampai dia tau. Gue gak mau dia terluka. Selama hampir lima tahun hubungan kami, aku tidak pernah menyakitinya. Hatinya pasti hancur.""Lalu Shanum? Kamu pikir hatinya dia gak hancur?" Keanu sedikit muak dengan ke
Sofia terus berceloteh soal kegiatannya selama LDR dengan Haidar. Wanita itu juga menunjukkan design-design undangan pernikahannya pada Haidar. Meskipun pria itu meminta mengirimnya lewat ponsel tapi Sofia tetap menunjukkannya secara langsung."Aku sih suka warna biru muda dan silver ini. Kamu gimana?" tanya Sofia sambil menunjukkan undangan pilihannya."Bagus juga. Aku sih setuju aja."Sofia mengerucutkan bibirnya." Kamu selalu setuju. Gak asik!" Wanita itu protes.Haidar tertawa," iya maaf." Ia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Sofia dengan lembut." Tapi kan kamu paling pintar memilih paduan warna. Lalu gimana soal prewedding kita?" Haidar mengalihkan pembicaraan."Aku ambil tema alam aja. Rencananya sih di gunung gede. Kan view disana bagus." Sofia kembali bersemangat menceritakan rencananya. Ia sangat bermimpi memiliki pernikahan impian dengan segala decorasi sesuai keinginannya. Ia ingi
Setelah makan siang bersama, Keanu mengantar Shanum kembali ke ruangannya. Mereka berdua hanya mengobrol ringan karena Shanum juga akan segera memulai prakteknya kembali."Besok hari terakhir aku disini. Mau nemenin jalan-jalan gak?""Haidar?" tanya Shanum yang merasa tidak enak. Suaminya itu melarangnya untuk menghubungi duluan sementara ia merasa tetap harus menjadi istri yang baik dengan selalu meminta ijin ke suami kemana pun. Tapi bagaimana ia bisa menghubunginya jika Haidar saja melarangnya?"Aku akan menghubunginya nanti. Dia pasti gak keberatan."Shanum akhirnya mengangguk," baiklah. Besok aku libur kok.""Kebetulan." Keanu tampak senang." Besok kita akan bersenang-senang. Gak enak tau liat muka kamu yang lecek kayak cucian belum disetrika itu."Wajah Shanum memerah," ih! Udah sana pergi. Aku mau kerja lagi."Keanu tertawa," oke. Selamat bekerja
Setelah liburan bersama, Keanu kembali ke Jakarta menggunakan kereta api. Shanum mengantar pria itu sampai ke stasiun. Pria itu mengusap puncak kepalanya seperti biasa dan tersenyum hangat. Perasaan Shanum terasa nyeri karena setelah Keanu pergi, ia akan benar-benar sendirian disini. Ia harus menjalani kehidupannya seperti biasa tanpa orang-orang terdekatnya. Rasanya begitu hampa."Nanti kapan-kapan aku kesini lagi dan kita jelajahi kota Solo. Jangan kerja mulu!" ucap Keanu sebelum masuk ke stasiun."Baiklah. Hati-hati.""Aku pergi dulu. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Shanum melambaikan tangannya sampai sosok Keanu tak terlihat lagi. Gadis itu menghela nafasnya sejenak. Rasa hampa itu kian terasa. Ia menunduk membiarkan air matanya terjatuh. Tidak bisa. Ia tidak bisa begini terus. Ia harus terbiasa sendiri disini. Jika tidak, Shanum akan lemah. Ia memegangi dadanya sendiri yang te
"Wah! Keanu. Apa kabar?" sapa Sofia dengan nada hangat, sehangat senyumnya sambil menyalami sahabat Haidar itu." Udah lama ya gak ketemu."Walau satu kota dengan Sofia tapi Keanu memang tidak pernah bertemu kekasihnya Haidar itu kecuali mereka janjian seperti ini. Memang tak jarang Haidar mengajaknya bertemu Sofia saat dia berkunjung ke Jakarta setiap bulan. Katanya sekalian ketemu sahabat, takut Keanu merasa Haidar pilih kasih jika dia hanya bertemu Sofia sementara sahabatnya sendiri tidak ditemui. Pede banget memang Haidar itu. Siapa juga yang mau bertemu dengannya?"Kenapa Keanu yang disapa duluan?" tanya Haidar pura-pura tersinggung. Sofia langsung memeluk lengannya dengan manja." Kamu kan udah aku sapa dari kemarin-kemarin, sayang."Keanu memutar bola matanya. Hampir setiap bulan ia menjadi obat nyamuk diantara Haidar dan Sofia. Hanya tiga bulan ini Keanu sibuk dengan prakteknya jadi tidak sempat
Tiara membawakan minuman serta cemilan ke ruang tamunya. Ia memang menyewa rumah kontrakan kecil selama bekerja. Sebenarnya ada beberapa kamar dirumah ini dan teman-teman yang satu profesi dengannya ditempatnya bekerja juga tinggal disini. Hanya sekarang mereka sedang dinas sampai malam. Sementara ia sedang kebagian libur karena dokter Keanu juga sedang cuti dan ia memang biasa mendampingi dokter anak itu saat praktek dirumah sakit. "Diminum dulu, mbak. Maaf ya ala kadarnya," ucapnya dengan sopan sambil meletakkan nampan dimeja depan Shanum.Shanum tersenyum kecil," gak apa-apa kok. Aku yang harusnya minta maaf karena ngerepotin.""Gak kok. Aku malah senang ada teman tidurnya nanti malam." Kata Tiara dengan senyuman ramahnya." Oh iya, Keanu sering cerita loh tentang kamu.""Benarkah?" tanya Shanum sembari mengambil secangkir teh dan menyeruputnya sedikit. Tiara mengangguk," iya pokoknya dia banyak ceri
Usai solat isya, Shanum dan Keanu duduk di salah satu di salah satu pedagang sekuteng. Keanu memesan dua mangkuk sekuteng dan dua buah jagung bakar disana lalu menikmatinya bersama Shanum.Mereka berdua makan dalam diam. Shanum menatap hamparan kebun teh di hadapannya serta menikmati semilir angina yang menyentuh kulitnya. Keanu melepaskan jaket yang ia kenakan dan menyampirkannya di punggung Shanum." Disini dingin, gak seperti di Solo apalagi Jakarta. Nanti kamu bisa masuk angin.""Terimakasih, Mas.""Tidak masalah. Bagaimana perasaan kamu sekarang? Sudah lebih baik?"Shanum mengangguk pelan lalu menyendok sekuteng dan memasukkan ke mulutnya. Kuah jahe dari sekuteng ini langsung menghangatkan tenggorokannya. Ia menghela nafas dan terlihat sedikit kepulan uap efek udara yang dingin keluar dari mulutnya. "Gak sabar untuk kembali dan menjalani hari seperti biasa," ucapnya seraya tersenyu
Sekembalinya Shanum dan Abizar dari Solo. Mereka pun mulai sibuk dengan persiapan pernikahan mereka lagi.Shanum diajak Jasmine untuk ke salon demi menjalani perawatan wajah dan tubuhnya. Shanum merasa seperti bersama Ibunya sendiri. Jasmine terlihat sangat menyayanginya seperti Ibunya dulu menyayanginya.
Setelah proses panjang dan sedikit percekcokan biasa akhirnya akan terbayarkan dengan pesta pernikahan yang sudah disiapkan sedemikian rupa. Dan tanpa terasa minggu depan adalah hari yang Shanum tunggu-tunggu. Yaitu pernikahannya dengan Abizar.Undangan pun sudah disebar, gedung sudah dipesan juga makanan-makanannya. Seserahan sudah dipesan. Hanya tinggal mempersiapkan diri saja.
"Mom. Dad." Abizar memeluk kedua orangtuanya saat mereka bertemu di stasiun." Gimana perjalanannya?""Lancar kok. Udah lama gak naik kereta api," ucap Jasmine sambil menyelipkan anak rambutnya yang keluar dari jilbabnya." Shanum. Sini sayang." Ia merentangkan tangannya pada Shanum.Shanum tersen
Esoknya Keanu dan Tiara berangkat ke Singapore untuk bulan madu mereka. Tadinya Tiara ingin di Indonesia saja bulan madunya seperti di Bali atau Lombok tapi kata Keanu, pria itu sekaligus akan mengunjungi adiknya yang sedang kuliah di sana. Jadi sekalian liburan dan mengunjungi adiknya juga. Karena Denis, adiknya Keanu tidak bisa menghadiri pernikahannya dikarenakan kesibukan adiknya yang sedang menjalani ujian di kampusnya. Keanu memaklumi dan tidak memaksakannya.Saat ke Bandara pun Keanu dan
Setelah foto prewedding dengan background sunset. Abizar mengajak Shanum untuk candle dinner di cafe yang sama. Shanum baru sadar jika bagian dalam cafe sudah didecor sedemikian rupa dengan sangat manis. Apalagi di bagian outdoornya. Ada satu meja bulat dan lebar di tengah dengan dua kursi yang berhadapan.Di sana sudah tersaji makanan dan minuman serta tak lupa lilin aromatik di bagian tengahnya. Langit yang sudah gelap membuat cahaya lilin itu berpancar jelas. Juga harum dari aroma lilinnya membuat Shanum tenang. Suara desir
Pagi-pagi sekali Shanum sudah siap untuk berangkat ke Bandung. Ia tinggal menunggu jemputan saja. Rencananya Abizar dan Keanu akan membawa mobil mereka masing-masing. Jadi nanti Shanum akan satu mobil dengan Abizar dan Haidar dengan Keanu. Shanum sih tak mempermasalahkannya.Shanum menyiapkan baju terbaiknya untuk bertemu dengan kedua orangtua Abizar nanti sekaligus calon mertuanya, itu pun jika kedua orangtua Abizar menerimanya.
Dalam perjalanan menuju Jakarta, Abizar tak bisa berhenti tersenyum ketika bayangan Shanum melintas di kepalanya. Ia sudah membayangkan Shanum akan tersenyum menyambutnya nanti. Ia tak sabar untuk memberitahu wanita itu soal berita baik untuk mereka. ia sudah mendapat restu untuk membawa Shanum menemui kedua orangtuanya setelah permasalahannya dengan keluarga Denaya sudah usai. Denaya pun malam itu juga kembali ke Jakarta meski kedua orangtuanya sudah menawari mereka untuk menginap. Tapi mereka menolak, mungkin terlanjur malu. Denaya pun tak banyak bicara dan dia diputuskan untuk melanjutkan KOAS di rumah sakit lain yang sepertinya akan di luar kota demi menutupi aibnya yang sedang hamil. Tentu saja bersama Richardo. Mungkin itu dilakukan kedua orangtua Dena
Denaya melirik Richardo yang sekarang duduk di sampingnya. Tadinya ia berharap jika pria ini tidak mau datang setelah ia hubungi dan menceritakan semua masalah yang terjadi dalam keluarganya. Tapi nyatanya pria itu malah datang dengan gayanya yang seolah sebagai seorang pahlawan. Padahal masalah ini ada karena dia.Setelah pembicaraan singkat dengan ayahnya, Richardo bilang dia memang berniat untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan siap menikahi Denaya secepatnya. Tapi yang menghalangi adalah perjodohan yang sedang Denay
Keesokan harinya setelah Haidar mengabarkan ke Shanum soal mediasi yang akan dilakukan dari pihak kepolisian nanti sore, Keanu dan Haidar pun menjemput Shanum di apartemennya. Mereka pun pergi bersama-sama ke kantor kepolisian.Di sana Kinara dan kedua orangtuanya sudah berada di dalam sebuah ruangan khusus untuk mediasi antar pelapor dan yang terlapor. Kinara menatap sinis saat Shanum, Keanu dan Haidar masuk ke dalam ruangan.