Keanu menatap Haidar yang sejak tadi terdiam sambil mengaduk-aduk kopi di cangkirnya. Tatapan sahabatnya itu kosong dan terkadang dia menghela nafas berat seolah ada beban yang begitu besar didalam dadanya.
"Lo manggil gue kesini ternyata buat jadi saksi pernikahan siri lo sama Shanum?" Keanu meminta penjelasan. Pria berambut hitam pekat dengan mata agak sipit itu mengerutkan keningnya." Terus pernikahan lo sama Sofia gimana?"
"Tetap berjalan. Memangnya harus bagaimana lagi?" jawab Haidar santai kemudian mengangkat cangkir didepannya dan menyesapnya perlahan. Aroma kopi itu cukup menenangkan dirinya saat ini.
"Sofia gak tau kan?" tanya Keanu lebih ke sebuah pernyataan.
"Jangan sampai dia tau. Gue gak mau dia terluka. Selama hampir lima tahun hubungan kami, aku tidak pernah menyakitinya. Hatinya pasti hancur."
"Lalu Shanum? Kamu pikir hatinya dia gak hancur?" Keanu sedikit muak dengan kenaifan sahabatnya yang begitu menjaga perasaan kekasihnya. Sementara istrinya? Ya walaupun kekasihnya Haidar juga akan segera menjadi istri sahabatnya itu.
"Yang penting aku sudah menjalani wasiat Om Yudha kan." Haidar berusaha membela dirinya sendiri.
"Sampai kapan?"
"Apanya?"
"Lo poligami diam-diam?" tanya Keanu dengan gemas. Ya memang sekarang belum terhitung poligami. Tapi bulan depan Haidar akan menyandang sebagai pria yang memiliki dua istri. Iya kan?
Haidar mendengus. Rasanya kata poligami terlalu keras dan tidak sesuai dengan dirinya. Meskipun keadaannya memang seperti itu." Entahlah." Ia akhirnya hanya mengedikkan bahunya.
"Gak mungkin lo nyembunyiin semua ini selamanya. Shanum juga berhak bahagia, Dar."
"Dan lo pikir gue mau seperti ini? Kalo dia mau bahagia dia bisa cari kebahagiaannya sendiri."
"Kalo gitu dari awal lo tolak permintaan ayahnya Shanum. Bukan asal menerima lalu anak orang lo telantarkan gitu aja. Itu sama aja lo gak ngejaga Shanum." Keanu terlihat emosi. Awalnya ia mengira pilihan Haidar benar, yang Haidar lakukan benar. Tapi semakin mengetahui alasan dan yang akan Haidar lakukan pada Shanum, rasanya sangat tidak adil. Shanum sangat dirugikan dalam kasus ini.
"Seandainya gue bisa. Tapi Om Yudha itu baik banget ke almarhum bokap gue dulu."
"Kalo lo ngerasa balas budi ya jalani pernikahan lo dengan baik. Meskipun lo harus membagi tanggung jawab lo sebagai suami pada dua wanita. Jangan cuma harta aja yang lo kasih ke Shanum sementara dia kesepian disini. Gue tau lo bakal pindah dinas kan ke Ibukota? Terus Shanum gimana?"
"Ya dia disini. Dia kan juga kerja disini."
"Terus lo seneng-seneng sama Sofia disana? Seolah istri lo cuma satu."
"Gue gak mau punya istri dua."
"Lalu tinggalkan Sofia."
Haidar mengepalkan tangannya dengan perasaan kesal, seolah Keanu begitu menganggap mudah apa yang menimpanya kini." Gue mencintai dia."
"Lalu biarkan Shanum memilih kebahagiaannya sendiri," kata Keanu lagi.
"Ya, tentu saja. Setelah dia memintanya. Gue akan membiarkannya pergi. Karena itu berarti keinginannya untuk pergi dan bukan salah gue lagi kalo gue gak bisa menjaganya sesuai permintaan Om Yudha."
"Lo licik, Dar." Keanu tersenyum masam. Ia sendiri sangat tau jika Shanum mencintai sahabat kakaknya yang sekarang menjadi suaminya ini. Pasti Shanum tidak akan meminta pergi dari Haidar.
"Lo gak tau rasanya jadi gue, Nu."
...............
"Wah! Dokter Shanum. Kok udah masuk aja? Kan baru nikah," ledek Husna, salah satu perawat yang mendampingi Shanum saat praktek.
Shanum tersenyum kecil. Husna tidak tau saja sejak kemarin ia resmi LDRan dengan Haidar, entah sampai kapan. Mungkin pria itu juga sedang sibuk menyiapkan pesta pernikahannya dengan Sofia.
Pesta pernikahan.
Rasanya sangat menyakitkan ketika ia tau suaminya sedang menyiapkan pesta pernikahan dengan kekasihnya disana. Pesta pernikahan impiannya, bukan pernikahan terpaksa seperti yang mereka lakukan kemarin. Shanum tau jika dirinya memang egois, ingin memiliki Haidar secara utuh padahal pria itu punya kebahagiaannya sendiri. Sejak dulu ia memendam perasaannya pada pria itu tanpa berani mengutarakannya. Sekarang ketika mimpinya jadi nyata, menjadi istri Haidar ... nyatanya kenyataan tak seindah mimpinya. Ia harus menelan rasa sakit yang begitu banyak, menyadari ia hanya istri siri Haidar dan pria itu tidak pernah mencintainya.
Shanum sadar diri dengan posisinya sekarang. Ia hanya akan menjadi istri yang tak dianggap oleh Haidar. Hanya dirumah sakit ini yang tau hubungan mereka berdua. Selebihnya ... mereka akan menutupi hubungan pernikahan ini sesuai permintaan Haidar. Bukankah istri memang harus menuruti ucapan suaminya? Meskipun itu menyakitkan. Mungkin jika Sofia tau, gadis itu akan memakinya habis-habisan dan menyebutnya pelakor.
Pelakor.
Bermimpi pun tidak untuk merebut pria milik wanita lain. Andai Haidar tidak menyetujuinya, apa Shanum bisa lebih tenang saat ini tanpa baying-bayang orang yang akan mengira dirinya sebagai perusak hubungan Sofia dan Haidar nanti? Padahal ia tidak pernah ingin menikah seperti ini. Meskipun mimpinya adalah menikah dengan Haidar ... tapi jika keadaannya begini, wanita mana yang mau?
"Tapi kok dokter Haidar malah tetep pindah ya ke kota. Padahal baru nikah sama dokter Shanum. LDR dong, dok," ucap Husna lagi sambil membereskan kartu-kartu pasien yang sudah mengantri sejak pagi. Ia tidak tau saja bagaimana kalutnya pikiran Shanum saat ini.
"Gak apa-apa. Kan biar karirnya makin bagus disana," kata Shanum berusaha biasa saja.
"Iya sih. Ya apalah disini hanya rumah sakit kecil."
"Husss! Jangan begitu."
"Tapi, dok ... emang gak takut apa? Dokter Haidar kan ganteng. Ntar banyak yang naksir loh disana," canda Husna sambil meletakkan tumpukan map berisi data pasien didepan Shanum.
Shanum terkekeh kecil," gak lah. Kamu ada-ada aja deh."
"Iya sih." Husna menggaruk kepalanya yang tidak gatal." Lagian dokter Shanum cantik, soleha dan baik. Masa iya dokter Haidar berpaling."
Mau berpaling bagaimana? Melihat kearahku saja tidak pernah. Batin Shanum yang lagi-lagi terdengar miris.
Shanum menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Bagaimana pun juga pernikahan ini akan tetap ia jalani sebaik mungkin. Meski hatinya akan patah berkali-kali, ia akan tetap bertahan. Ia juga akan berusaha menjadi istri yang baik meski Haidar tak menganggapnya ada. Setidaknya hanya ini yang bisa ia lakukan saat dirinya sadar jika Shanum tidak punya siapa-siapa lagi didunia ini.
..............
Haidar membuka pintu mobil Pajeronya kemudian keluar dari sana. Ia menatap butik besar didepannya dengan arsitektur minimalis. Beberapa gaun mewah pun terpajang dilemari kacanya. Ia tersenyum lebar ketika wanita berjilbab peach itu akhirnya keluar dan berlari kecil kearahnya. Wanita barbola mata coklat itu seketika tersenyum saat sudah berada tepat didepannya.
"Aku rindu," kata Haidar seraya merentangkan tangannya untuk memeluk wanita didepannya.
Sofia mengulurkan tangannya, mencegah agar Haidar tidak semakin mendekat." Sabar! Gak sampai sebulan lagi kita akan menikah dan gak perlu LDR lagi." Wanita itu tersenyum dengan manik mata yang berbinar.
"Ah! Baiklah." Haidar mengusap wajahnya dengan frustasi karena tidak bisa memeluk calon istrinya ini." Bagaimana butikmu?"
"Semua lancar kok. Ayo kita ke café sebelah. Kamu pasti belum makan siang kan? Aku mau banyak cerita," ucap Sofia sambil menarik tangan Haidar agar mengikutinya.
Aku juga, Sofia. Sayangnya aku tidak bisa ceritakan ke kamu. Maaf.
Sofia terus berceloteh soal kegiatannya selama LDR dengan Haidar. Wanita itu juga menunjukkan design-design undangan pernikahannya pada Haidar. Meskipun pria itu meminta mengirimnya lewat ponsel tapi Sofia tetap menunjukkannya secara langsung."Aku sih suka warna biru muda dan silver ini. Kamu gimana?" tanya Sofia sambil menunjukkan undangan pilihannya."Bagus juga. Aku sih setuju aja."Sofia mengerucutkan bibirnya." Kamu selalu setuju. Gak asik!" Wanita itu protes.Haidar tertawa," iya maaf." Ia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Sofia dengan lembut." Tapi kan kamu paling pintar memilih paduan warna. Lalu gimana soal prewedding kita?" Haidar mengalihkan pembicaraan."Aku ambil tema alam aja. Rencananya sih di gunung gede. Kan view disana bagus." Sofia kembali bersemangat menceritakan rencananya. Ia sangat bermimpi memiliki pernikahan impian dengan segala decorasi sesuai keinginannya. Ia ingi
Setelah makan siang bersama, Keanu mengantar Shanum kembali ke ruangannya. Mereka berdua hanya mengobrol ringan karena Shanum juga akan segera memulai prakteknya kembali."Besok hari terakhir aku disini. Mau nemenin jalan-jalan gak?""Haidar?" tanya Shanum yang merasa tidak enak. Suaminya itu melarangnya untuk menghubungi duluan sementara ia merasa tetap harus menjadi istri yang baik dengan selalu meminta ijin ke suami kemana pun. Tapi bagaimana ia bisa menghubunginya jika Haidar saja melarangnya?"Aku akan menghubunginya nanti. Dia pasti gak keberatan."Shanum akhirnya mengangguk," baiklah. Besok aku libur kok.""Kebetulan." Keanu tampak senang." Besok kita akan bersenang-senang. Gak enak tau liat muka kamu yang lecek kayak cucian belum disetrika itu."Wajah Shanum memerah," ih! Udah sana pergi. Aku mau kerja lagi."Keanu tertawa," oke. Selamat bekerja
Setelah liburan bersama, Keanu kembali ke Jakarta menggunakan kereta api. Shanum mengantar pria itu sampai ke stasiun. Pria itu mengusap puncak kepalanya seperti biasa dan tersenyum hangat. Perasaan Shanum terasa nyeri karena setelah Keanu pergi, ia akan benar-benar sendirian disini. Ia harus menjalani kehidupannya seperti biasa tanpa orang-orang terdekatnya. Rasanya begitu hampa."Nanti kapan-kapan aku kesini lagi dan kita jelajahi kota Solo. Jangan kerja mulu!" ucap Keanu sebelum masuk ke stasiun."Baiklah. Hati-hati.""Aku pergi dulu. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Shanum melambaikan tangannya sampai sosok Keanu tak terlihat lagi. Gadis itu menghela nafasnya sejenak. Rasa hampa itu kian terasa. Ia menunduk membiarkan air matanya terjatuh. Tidak bisa. Ia tidak bisa begini terus. Ia harus terbiasa sendiri disini. Jika tidak, Shanum akan lemah. Ia memegangi dadanya sendiri yang te
"Wah! Keanu. Apa kabar?" sapa Sofia dengan nada hangat, sehangat senyumnya sambil menyalami sahabat Haidar itu." Udah lama ya gak ketemu."Walau satu kota dengan Sofia tapi Keanu memang tidak pernah bertemu kekasihnya Haidar itu kecuali mereka janjian seperti ini. Memang tak jarang Haidar mengajaknya bertemu Sofia saat dia berkunjung ke Jakarta setiap bulan. Katanya sekalian ketemu sahabat, takut Keanu merasa Haidar pilih kasih jika dia hanya bertemu Sofia sementara sahabatnya sendiri tidak ditemui. Pede banget memang Haidar itu. Siapa juga yang mau bertemu dengannya?"Kenapa Keanu yang disapa duluan?" tanya Haidar pura-pura tersinggung. Sofia langsung memeluk lengannya dengan manja." Kamu kan udah aku sapa dari kemarin-kemarin, sayang."Keanu memutar bola matanya. Hampir setiap bulan ia menjadi obat nyamuk diantara Haidar dan Sofia. Hanya tiga bulan ini Keanu sibuk dengan prakteknya jadi tidak sempat
Tiara membawakan minuman serta cemilan ke ruang tamunya. Ia memang menyewa rumah kontrakan kecil selama bekerja. Sebenarnya ada beberapa kamar dirumah ini dan teman-teman yang satu profesi dengannya ditempatnya bekerja juga tinggal disini. Hanya sekarang mereka sedang dinas sampai malam. Sementara ia sedang kebagian libur karena dokter Keanu juga sedang cuti dan ia memang biasa mendampingi dokter anak itu saat praktek dirumah sakit. "Diminum dulu, mbak. Maaf ya ala kadarnya," ucapnya dengan sopan sambil meletakkan nampan dimeja depan Shanum.Shanum tersenyum kecil," gak apa-apa kok. Aku yang harusnya minta maaf karena ngerepotin.""Gak kok. Aku malah senang ada teman tidurnya nanti malam." Kata Tiara dengan senyuman ramahnya." Oh iya, Keanu sering cerita loh tentang kamu.""Benarkah?" tanya Shanum sembari mengambil secangkir teh dan menyeruputnya sedikit. Tiara mengangguk," iya pokoknya dia banyak ceri
Usai solat isya, Shanum dan Keanu duduk di salah satu di salah satu pedagang sekuteng. Keanu memesan dua mangkuk sekuteng dan dua buah jagung bakar disana lalu menikmatinya bersama Shanum.Mereka berdua makan dalam diam. Shanum menatap hamparan kebun teh di hadapannya serta menikmati semilir angina yang menyentuh kulitnya. Keanu melepaskan jaket yang ia kenakan dan menyampirkannya di punggung Shanum." Disini dingin, gak seperti di Solo apalagi Jakarta. Nanti kamu bisa masuk angin.""Terimakasih, Mas.""Tidak masalah. Bagaimana perasaan kamu sekarang? Sudah lebih baik?"Shanum mengangguk pelan lalu menyendok sekuteng dan memasukkan ke mulutnya. Kuah jahe dari sekuteng ini langsung menghangatkan tenggorokannya. Ia menghela nafas dan terlihat sedikit kepulan uap efek udara yang dingin keluar dari mulutnya. "Gak sabar untuk kembali dan menjalani hari seperti biasa," ucapnya seraya tersenyu
Setelah jam prakteknya selesai, Shanum keluar dari ruangannya setelah Husna selesai menyimpan semua data pasien dan memastikan sudah tidak ada pasien lagi yang menunggu. Hari ini Shanum memang hanya praktek sampai siang saja.Saat di luar ruangannya, Shanum melihat Abizar sudah duduk menunggu di kursi pasien. Wajah pria itu terangkat dan langsung menatap Shanum dengan senyuman. Seolah pria itu memang sedang menunggunya. "Hai." Abizar beranjak dan menghampiri Shanum.
Setelah berbulan madu selama empat hari di Bali, Haidar dan Sofia kembali ke Ibukota untuk melanjutkan aktifitas mereka seperti biasa. Sofia yang kembali menjalankan bisnis butiknya yang bekerja sama dengan Kinara, sepupunya dan Haidar yang kembali bekerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit pusat setelah pria itu akhirnya bisa pindah dari rumah sakit cabang di kota Solo.Sofia lega setelah hampir tiga tahun menjalani hubungan jarak jauh, tepatnya setelah Haidar lulus menjadi dokter spesialis dan menjalankan
Sekembalinya Shanum dan Abizar dari Solo. Mereka pun mulai sibuk dengan persiapan pernikahan mereka lagi.Shanum diajak Jasmine untuk ke salon demi menjalani perawatan wajah dan tubuhnya. Shanum merasa seperti bersama Ibunya sendiri. Jasmine terlihat sangat menyayanginya seperti Ibunya dulu menyayanginya.
Setelah proses panjang dan sedikit percekcokan biasa akhirnya akan terbayarkan dengan pesta pernikahan yang sudah disiapkan sedemikian rupa. Dan tanpa terasa minggu depan adalah hari yang Shanum tunggu-tunggu. Yaitu pernikahannya dengan Abizar.Undangan pun sudah disebar, gedung sudah dipesan juga makanan-makanannya. Seserahan sudah dipesan. Hanya tinggal mempersiapkan diri saja.
"Mom. Dad." Abizar memeluk kedua orangtuanya saat mereka bertemu di stasiun." Gimana perjalanannya?""Lancar kok. Udah lama gak naik kereta api," ucap Jasmine sambil menyelipkan anak rambutnya yang keluar dari jilbabnya." Shanum. Sini sayang." Ia merentangkan tangannya pada Shanum.Shanum tersen
Esoknya Keanu dan Tiara berangkat ke Singapore untuk bulan madu mereka. Tadinya Tiara ingin di Indonesia saja bulan madunya seperti di Bali atau Lombok tapi kata Keanu, pria itu sekaligus akan mengunjungi adiknya yang sedang kuliah di sana. Jadi sekalian liburan dan mengunjungi adiknya juga. Karena Denis, adiknya Keanu tidak bisa menghadiri pernikahannya dikarenakan kesibukan adiknya yang sedang menjalani ujian di kampusnya. Keanu memaklumi dan tidak memaksakannya.Saat ke Bandara pun Keanu dan
Setelah foto prewedding dengan background sunset. Abizar mengajak Shanum untuk candle dinner di cafe yang sama. Shanum baru sadar jika bagian dalam cafe sudah didecor sedemikian rupa dengan sangat manis. Apalagi di bagian outdoornya. Ada satu meja bulat dan lebar di tengah dengan dua kursi yang berhadapan.Di sana sudah tersaji makanan dan minuman serta tak lupa lilin aromatik di bagian tengahnya. Langit yang sudah gelap membuat cahaya lilin itu berpancar jelas. Juga harum dari aroma lilinnya membuat Shanum tenang. Suara desir
Pagi-pagi sekali Shanum sudah siap untuk berangkat ke Bandung. Ia tinggal menunggu jemputan saja. Rencananya Abizar dan Keanu akan membawa mobil mereka masing-masing. Jadi nanti Shanum akan satu mobil dengan Abizar dan Haidar dengan Keanu. Shanum sih tak mempermasalahkannya.Shanum menyiapkan baju terbaiknya untuk bertemu dengan kedua orangtua Abizar nanti sekaligus calon mertuanya, itu pun jika kedua orangtua Abizar menerimanya.
Dalam perjalanan menuju Jakarta, Abizar tak bisa berhenti tersenyum ketika bayangan Shanum melintas di kepalanya. Ia sudah membayangkan Shanum akan tersenyum menyambutnya nanti. Ia tak sabar untuk memberitahu wanita itu soal berita baik untuk mereka. ia sudah mendapat restu untuk membawa Shanum menemui kedua orangtuanya setelah permasalahannya dengan keluarga Denaya sudah usai. Denaya pun malam itu juga kembali ke Jakarta meski kedua orangtuanya sudah menawari mereka untuk menginap. Tapi mereka menolak, mungkin terlanjur malu. Denaya pun tak banyak bicara dan dia diputuskan untuk melanjutkan KOAS di rumah sakit lain yang sepertinya akan di luar kota demi menutupi aibnya yang sedang hamil. Tentu saja bersama Richardo. Mungkin itu dilakukan kedua orangtua Dena
Denaya melirik Richardo yang sekarang duduk di sampingnya. Tadinya ia berharap jika pria ini tidak mau datang setelah ia hubungi dan menceritakan semua masalah yang terjadi dalam keluarganya. Tapi nyatanya pria itu malah datang dengan gayanya yang seolah sebagai seorang pahlawan. Padahal masalah ini ada karena dia.Setelah pembicaraan singkat dengan ayahnya, Richardo bilang dia memang berniat untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan siap menikahi Denaya secepatnya. Tapi yang menghalangi adalah perjodohan yang sedang Denay
Keesokan harinya setelah Haidar mengabarkan ke Shanum soal mediasi yang akan dilakukan dari pihak kepolisian nanti sore, Keanu dan Haidar pun menjemput Shanum di apartemennya. Mereka pun pergi bersama-sama ke kantor kepolisian.Di sana Kinara dan kedua orangtuanya sudah berada di dalam sebuah ruangan khusus untuk mediasi antar pelapor dan yang terlapor. Kinara menatap sinis saat Shanum, Keanu dan Haidar masuk ke dalam ruangan.