Sofia terus berceloteh soal kegiatannya selama LDR dengan Haidar. Wanita itu juga menunjukkan design-design undangan pernikahannya pada Haidar. Meskipun pria itu meminta mengirimnya lewat ponsel tapi Sofia tetap menunjukkannya secara langsung.
"Aku sih suka warna biru muda dan silver ini. Kamu gimana?" tanya Sofia sambil menunjukkan undangan pilihannya.
"Bagus juga. Aku sih setuju aja."
Sofia mengerucutkan bibirnya." Kamu selalu setuju. Gak asik!" Wanita itu protes.
Haidar tertawa," iya maaf." Ia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Sofia dengan lembut." Tapi kan kamu paling pintar memilih paduan warna. Lalu gimana soal prewedding kita?" Haidar mengalihkan pembicaraan.
"Aku ambil tema alam aja. Rencananya sih di gunung gede. Kan view disana bagus." Sofia kembali bersemangat menceritakan rencananya. Ia sangat bermimpi memiliki pernikahan impian dengan segala decorasi sesuai keinginannya. Ia ingin merangkai pesta pernikahan impiannya bersama pria yang akan menjadi suaminya ini.
"Boleh juga. Disana kan sejuk. Kita bisa sekaligus jalan-jalan."
"Aku udah lama gak ke At-Tawun. Nanti kita makan sekuteng disana ya."
"Tentu saja."
Mereka semakin asik membicarakan rencana demi rencana untuk pesta pernikahannya. Kemudian Sofia melirik kearah jam tangannya." Udah sore nih. Kamu mau langsung pulang ke rumah?" tanyanya mengingat mereka sudah menghabiskan waktu cukup lama disini.
"Ya. Aku akan pulang langsung ke rumah kita," ucap Haidar, menyebutkan rumah yang telah ia beli dan memang rencananya untuk ia tinggali bersama Sofia nanti. Rumah impian dengan design minimalis dan halaman yang luas.
Sofia mengulum senyum," aku gak sabar menghabiskan waktu berdua terus sama kamu di rumah kita nanti."
"Sabar." Haidar tersenyum mengerti.
Sofia memegang lengan kekar milik calon suaminya itu," jangan pernah tinggalin aku ya. Kamu gak tau seberapa cemasnya aku dengan hubungan LDR kita kemarin."
"Ma-maksud kamu?" Haidar mendadak gugup.
"Ya, walau aku tau kamu pria yang setia dan baik. Tapi tetap saja aku khawatir ada wanita lain disana yang mencoba merebut kamu dari aku," ucap Sofia dengan wajah murung.
Haidar tertawa hambar," tidak mungkin. Kamu tau sifat aku. Mana berani wanita lain mendekat."
Sofia mengangguk," iya sih. Aku doang yang tahan dengan sifat cuek kamu. Aku hanya gak terbayang aja kalo aku sampai kehilangan kamu atau kamu jadi milik orang lain. Mungkin aku akan mati."
"Sssstttt." Haidar menepuk-nepuk punggung tangan wanita disebelahnya ini." Itu tidak akan terjadi. Jangan berpikiran macam-macam. Sebentar lagi kita akan menikah jadi focus aja dengan pernikahan kita. Kita akan segera saling memiliki secara utuh, tidak akan ada celah untuk orang lain." Ia berusaha menenangkan meski hatinya sendiri dilanda kegundahan.
"Iya. Lagipula aku tidak akan membiarkan ada wanita lain yang merebut kamu dari aku," ucap Sofia dengan sungguh-sungguh.
Haidar tersenyum kecil," aku akan selalu jadi milik kamu. Dan akan terus begitu. Selamanya."
...............
Shanum hampir saja menjatuhkan ponselnya saat sedang asik berselancar didunia maya sembari menghabiskan waktu istirahatnya." Astagfirullah." Ia mengusap-usap dadanya sendiri saking kagetnya. Gadis itu kemudian melirik kearah jam dinding di ruangannya. Masih satu jam lagi menuju jam praktek berikutnya. Ia segera beranjak dari kursi putarnya.
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu ruangannya membuat Shanum mengerutkan keningnya. Setaunya Husna sedang makan siang sekarang dan jarang ada yang main ke ruangan ini.
Perlahan pintu itu terbuka dan memunculkan kepala Keanu disana." Hay!" sapanya dengan ramah.
Shanum tersenyum, rupanya sahabatnya sekaligus sahabat almarhum kakaknya dulu." Kok masih disini, Mas?" ia terbiasa memanggil Keanu dengan sebutan Mas karena pria itu lebih tua lima tahun darinya, seperti Haidar.
"Iya nih. Aku sengaja ambil cuti tiga hari. Males banget bolak balik Solo Jakarta dua hari doang. Capek dijalan," ucap Keanu sembari masuk ke dalam ruangan praktek milik Shanum. Padahal dengan harta warisan peninggalan keluarganya Shanum bisa mengambil spesialis kedokteran lagi tapi gadis itu malah enggan dan memilih tetap menjadi dokter umum. Katanya nanti dia mau buka kliniknya sendiri dengan sisa peninggalan orangtuanya.
"Oh. Aku kira mas Keanu pulang sama mas Haidar," ucap Shanum dengan nada kecewa. Kecewa karena Haidar pulang lebih dulu ke Jakarta sementara Keanu saja masih disini.
"Kenapa? Gak seneng ya aku disini?" canda Keanu.
Shanum menggeleng cepat," bukan gitu maksudnya."
Keanu langsung tertawa melihat wajah gugup Shanum. Sangat menggemaskan." Iya aku tau kok. Gak usah panik gitu."
"Mas ih!"
"Mau makan siang gak? Masih belum mulai kan prakteknya?"
"Pasti ngintip jadwal aku ya," canda Shanum yang dibalas anggukan oleh Keanu.
"Ya udah yuk. Aku lapar."
Shanum mengangguk. Gadis itu melepaskan jas putihnya dan menyampirkannya di kursi putar kemudian keluar dari ruangannya mengikuti Keanu. Mereka pun berjalan melewati koridor rumah sakit, menuju pintu keluar utama. Disana banyak berjejer pedagang makanan dan beberapa ruko-ruko tempat makan. Keanu sengaja tidak mengajak Shanum ke kantin rumah sakit agar mereka bisa lebih santai dan suasananya berbeda.
"Makan apa ya yang enak?" gumam Keanu sambil melihat-lihat pedagang makanan disekitarnya.
"Pecel lele?"
"Kamu mau?"
"Ya habisnya bingung. Makanan disini kan itu-itu aja." Shanum menggaruk kepalanya yang ditutupi jilbab biru muda sambil tersenyum kikuk.
"Boleh deh. Daripada keburu habis jam istirahat kamu," ucap Keanu akhirnya. Mereka pun masuk ke salah satu kios yang menjual pecel lele. Setelah memesan, mereka memilih duduk di bagian agak dalam karena lebih sejuk. Cuaca kota Solo siang ini cukup panas.
"Terimakasih, Pak," ucap Shanum sopan saat menerima pesanannya.
Setelah mendapatkan makanannya masing-masing. Mereka berdoa kemudian langsung memakan makanan masing-masing dalam keheningan. Tidak ada yang membuka suara karena tidak baik juga makan sambil berbicara. Baik Shanum maupun Keanu larut dalam pikiran mereka masing-masing, terutama Shanum. Gadis itu tidak bisa berhenti memikirkan suaminya dan juga rasa sakit akibat kehilangan sang Ayah yang masih begitu terasa.
Rasa sakit kehilang satu-satunya keluarga yang dimiliki ditambah kenyataan jika Shanum harus berbagi suami dengan Sofia, membuat hati gadis itu semakin hancur berkeping-keping. Jika kata orang setelah rasa sakit yang kamu rasakan, akan hadir seseorang yang akan membahagiakanmu sampai kamu lupa rasa sakitmu ... tidak bagi Shanum kini. Walau begitu ia tidak mau suudzon dengan takdir yang telah Allah tuliskan. Jika memang begini takdirnya, Shanum berusaha ikhlas agar kehidupannya terasa lebih ringan dijalani. Karena jika ia terus larut dalam lukanya yang ada ia akan putus asa nanti. Amit-amit.
Tapi seandainya kehadiran Haidar akan menjadi obat dari segala rasa sakitnya, mungkin akan sedikit lebih baik. Sayangnya Shanum tidak ingin berharap lebih. Ia takut kenyataan akan semakin menjatuhkannya nanti. Sekarang ia hanya bisa terus berdoa dan ikhtiar menjadi istri yang baik bagi Haidar. Meski pria itu akan menyembunyikan dirinya dari dunia luar. Ia harus mempersiapkan hatinya jika nanti melihat postingan demi postingan milik Haidar soal pernikahan suaminya itu dengan Sofia.
Shanum hanya sekali bertemu Sofia saat liburan bersama Keanu dan Haidar ke Jakarta. Ia tau Sofia adalah wanita dewasa yang baik dan terlihat sangat manis. Wanita itu juga berjilbab seperti dirinya, sangat anggun. Pantas saja membuat Haidar cinta mati.
"Haidar udah menghubungi kamu?" tanya Keanu saat sudah selesai menyantap makanannya.
Shanum tersadar dari lamunannya," eh. Belum."
Keanu tampak mendengus," udah aku duga. Kamu baik-baik aja?" tanyanya memastikan.
Shanum tersenyum kecil sambil mengangguk," Alhamdulillah."
Setelah makan siang bersama, Keanu mengantar Shanum kembali ke ruangannya. Mereka berdua hanya mengobrol ringan karena Shanum juga akan segera memulai prakteknya kembali."Besok hari terakhir aku disini. Mau nemenin jalan-jalan gak?""Haidar?" tanya Shanum yang merasa tidak enak. Suaminya itu melarangnya untuk menghubungi duluan sementara ia merasa tetap harus menjadi istri yang baik dengan selalu meminta ijin ke suami kemana pun. Tapi bagaimana ia bisa menghubunginya jika Haidar saja melarangnya?"Aku akan menghubunginya nanti. Dia pasti gak keberatan."Shanum akhirnya mengangguk," baiklah. Besok aku libur kok.""Kebetulan." Keanu tampak senang." Besok kita akan bersenang-senang. Gak enak tau liat muka kamu yang lecek kayak cucian belum disetrika itu."Wajah Shanum memerah," ih! Udah sana pergi. Aku mau kerja lagi."Keanu tertawa," oke. Selamat bekerja
Setelah liburan bersama, Keanu kembali ke Jakarta menggunakan kereta api. Shanum mengantar pria itu sampai ke stasiun. Pria itu mengusap puncak kepalanya seperti biasa dan tersenyum hangat. Perasaan Shanum terasa nyeri karena setelah Keanu pergi, ia akan benar-benar sendirian disini. Ia harus menjalani kehidupannya seperti biasa tanpa orang-orang terdekatnya. Rasanya begitu hampa."Nanti kapan-kapan aku kesini lagi dan kita jelajahi kota Solo. Jangan kerja mulu!" ucap Keanu sebelum masuk ke stasiun."Baiklah. Hati-hati.""Aku pergi dulu. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Shanum melambaikan tangannya sampai sosok Keanu tak terlihat lagi. Gadis itu menghela nafasnya sejenak. Rasa hampa itu kian terasa. Ia menunduk membiarkan air matanya terjatuh. Tidak bisa. Ia tidak bisa begini terus. Ia harus terbiasa sendiri disini. Jika tidak, Shanum akan lemah. Ia memegangi dadanya sendiri yang te
"Wah! Keanu. Apa kabar?" sapa Sofia dengan nada hangat, sehangat senyumnya sambil menyalami sahabat Haidar itu." Udah lama ya gak ketemu."Walau satu kota dengan Sofia tapi Keanu memang tidak pernah bertemu kekasihnya Haidar itu kecuali mereka janjian seperti ini. Memang tak jarang Haidar mengajaknya bertemu Sofia saat dia berkunjung ke Jakarta setiap bulan. Katanya sekalian ketemu sahabat, takut Keanu merasa Haidar pilih kasih jika dia hanya bertemu Sofia sementara sahabatnya sendiri tidak ditemui. Pede banget memang Haidar itu. Siapa juga yang mau bertemu dengannya?"Kenapa Keanu yang disapa duluan?" tanya Haidar pura-pura tersinggung. Sofia langsung memeluk lengannya dengan manja." Kamu kan udah aku sapa dari kemarin-kemarin, sayang."Keanu memutar bola matanya. Hampir setiap bulan ia menjadi obat nyamuk diantara Haidar dan Sofia. Hanya tiga bulan ini Keanu sibuk dengan prakteknya jadi tidak sempat
Tiara membawakan minuman serta cemilan ke ruang tamunya. Ia memang menyewa rumah kontrakan kecil selama bekerja. Sebenarnya ada beberapa kamar dirumah ini dan teman-teman yang satu profesi dengannya ditempatnya bekerja juga tinggal disini. Hanya sekarang mereka sedang dinas sampai malam. Sementara ia sedang kebagian libur karena dokter Keanu juga sedang cuti dan ia memang biasa mendampingi dokter anak itu saat praktek dirumah sakit. "Diminum dulu, mbak. Maaf ya ala kadarnya," ucapnya dengan sopan sambil meletakkan nampan dimeja depan Shanum.Shanum tersenyum kecil," gak apa-apa kok. Aku yang harusnya minta maaf karena ngerepotin.""Gak kok. Aku malah senang ada teman tidurnya nanti malam." Kata Tiara dengan senyuman ramahnya." Oh iya, Keanu sering cerita loh tentang kamu.""Benarkah?" tanya Shanum sembari mengambil secangkir teh dan menyeruputnya sedikit. Tiara mengangguk," iya pokoknya dia banyak ceri
Usai solat isya, Shanum dan Keanu duduk di salah satu di salah satu pedagang sekuteng. Keanu memesan dua mangkuk sekuteng dan dua buah jagung bakar disana lalu menikmatinya bersama Shanum.Mereka berdua makan dalam diam. Shanum menatap hamparan kebun teh di hadapannya serta menikmati semilir angina yang menyentuh kulitnya. Keanu melepaskan jaket yang ia kenakan dan menyampirkannya di punggung Shanum." Disini dingin, gak seperti di Solo apalagi Jakarta. Nanti kamu bisa masuk angin.""Terimakasih, Mas.""Tidak masalah. Bagaimana perasaan kamu sekarang? Sudah lebih baik?"Shanum mengangguk pelan lalu menyendok sekuteng dan memasukkan ke mulutnya. Kuah jahe dari sekuteng ini langsung menghangatkan tenggorokannya. Ia menghela nafas dan terlihat sedikit kepulan uap efek udara yang dingin keluar dari mulutnya. "Gak sabar untuk kembali dan menjalani hari seperti biasa," ucapnya seraya tersenyu
Setelah jam prakteknya selesai, Shanum keluar dari ruangannya setelah Husna selesai menyimpan semua data pasien dan memastikan sudah tidak ada pasien lagi yang menunggu. Hari ini Shanum memang hanya praktek sampai siang saja.Saat di luar ruangannya, Shanum melihat Abizar sudah duduk menunggu di kursi pasien. Wajah pria itu terangkat dan langsung menatap Shanum dengan senyuman. Seolah pria itu memang sedang menunggunya. "Hai." Abizar beranjak dan menghampiri Shanum.
Setelah berbulan madu selama empat hari di Bali, Haidar dan Sofia kembali ke Ibukota untuk melanjutkan aktifitas mereka seperti biasa. Sofia yang kembali menjalankan bisnis butiknya yang bekerja sama dengan Kinara, sepupunya dan Haidar yang kembali bekerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit pusat setelah pria itu akhirnya bisa pindah dari rumah sakit cabang di kota Solo.Sofia lega setelah hampir tiga tahun menjalani hubungan jarak jauh, tepatnya setelah Haidar lulus menjadi dokter spesialis dan menjalankan
Selesai melakukan operasi, Abizar bersiap-siap untuk pulang ke apartemen yang ia sewa selama tiga bulan ke depan. Apartemen yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Sebelum pulang, ia ingat jika stok bahan makanannya di kulkas habis. Tadinya ia mau mengajak Shanum untuk makan malam di luar. Karena ia malas jika harus makan sendirian apalagi di kota ini tidak terlalu banyak yang ia kenal. Hanya beberapa karyawan di rumah sakit dan beberapa rekan dokter. Kebanyakan pun sudah berkeluarga dan pastinya sibuk dengan keluarga masing-masing.Abizar pun mengendarai mobil BMW putihnya ke supermarket terdekat. Mobil ini dibawakan oleh salah satu asistennya sejak satu minggu yang lalu dari Jakarta karena ia yang memintanya. Karena biar memudahkan akomodasinya selama di kota ini. Tadinya ia memang ingin membawa mobil dari Jakarta ke Solo tapi mendadak ia merasa malas untuk mengendarai mobilnya sejauh itu. Sehingga ia lebih memilih untuk naik kereta api.
Sekembalinya Shanum dan Abizar dari Solo. Mereka pun mulai sibuk dengan persiapan pernikahan mereka lagi.Shanum diajak Jasmine untuk ke salon demi menjalani perawatan wajah dan tubuhnya. Shanum merasa seperti bersama Ibunya sendiri. Jasmine terlihat sangat menyayanginya seperti Ibunya dulu menyayanginya.
Setelah proses panjang dan sedikit percekcokan biasa akhirnya akan terbayarkan dengan pesta pernikahan yang sudah disiapkan sedemikian rupa. Dan tanpa terasa minggu depan adalah hari yang Shanum tunggu-tunggu. Yaitu pernikahannya dengan Abizar.Undangan pun sudah disebar, gedung sudah dipesan juga makanan-makanannya. Seserahan sudah dipesan. Hanya tinggal mempersiapkan diri saja.
"Mom. Dad." Abizar memeluk kedua orangtuanya saat mereka bertemu di stasiun." Gimana perjalanannya?""Lancar kok. Udah lama gak naik kereta api," ucap Jasmine sambil menyelipkan anak rambutnya yang keluar dari jilbabnya." Shanum. Sini sayang." Ia merentangkan tangannya pada Shanum.Shanum tersen
Esoknya Keanu dan Tiara berangkat ke Singapore untuk bulan madu mereka. Tadinya Tiara ingin di Indonesia saja bulan madunya seperti di Bali atau Lombok tapi kata Keanu, pria itu sekaligus akan mengunjungi adiknya yang sedang kuliah di sana. Jadi sekalian liburan dan mengunjungi adiknya juga. Karena Denis, adiknya Keanu tidak bisa menghadiri pernikahannya dikarenakan kesibukan adiknya yang sedang menjalani ujian di kampusnya. Keanu memaklumi dan tidak memaksakannya.Saat ke Bandara pun Keanu dan
Setelah foto prewedding dengan background sunset. Abizar mengajak Shanum untuk candle dinner di cafe yang sama. Shanum baru sadar jika bagian dalam cafe sudah didecor sedemikian rupa dengan sangat manis. Apalagi di bagian outdoornya. Ada satu meja bulat dan lebar di tengah dengan dua kursi yang berhadapan.Di sana sudah tersaji makanan dan minuman serta tak lupa lilin aromatik di bagian tengahnya. Langit yang sudah gelap membuat cahaya lilin itu berpancar jelas. Juga harum dari aroma lilinnya membuat Shanum tenang. Suara desir
Pagi-pagi sekali Shanum sudah siap untuk berangkat ke Bandung. Ia tinggal menunggu jemputan saja. Rencananya Abizar dan Keanu akan membawa mobil mereka masing-masing. Jadi nanti Shanum akan satu mobil dengan Abizar dan Haidar dengan Keanu. Shanum sih tak mempermasalahkannya.Shanum menyiapkan baju terbaiknya untuk bertemu dengan kedua orangtua Abizar nanti sekaligus calon mertuanya, itu pun jika kedua orangtua Abizar menerimanya.
Dalam perjalanan menuju Jakarta, Abizar tak bisa berhenti tersenyum ketika bayangan Shanum melintas di kepalanya. Ia sudah membayangkan Shanum akan tersenyum menyambutnya nanti. Ia tak sabar untuk memberitahu wanita itu soal berita baik untuk mereka. ia sudah mendapat restu untuk membawa Shanum menemui kedua orangtuanya setelah permasalahannya dengan keluarga Denaya sudah usai. Denaya pun malam itu juga kembali ke Jakarta meski kedua orangtuanya sudah menawari mereka untuk menginap. Tapi mereka menolak, mungkin terlanjur malu. Denaya pun tak banyak bicara dan dia diputuskan untuk melanjutkan KOAS di rumah sakit lain yang sepertinya akan di luar kota demi menutupi aibnya yang sedang hamil. Tentu saja bersama Richardo. Mungkin itu dilakukan kedua orangtua Dena
Denaya melirik Richardo yang sekarang duduk di sampingnya. Tadinya ia berharap jika pria ini tidak mau datang setelah ia hubungi dan menceritakan semua masalah yang terjadi dalam keluarganya. Tapi nyatanya pria itu malah datang dengan gayanya yang seolah sebagai seorang pahlawan. Padahal masalah ini ada karena dia.Setelah pembicaraan singkat dengan ayahnya, Richardo bilang dia memang berniat untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan siap menikahi Denaya secepatnya. Tapi yang menghalangi adalah perjodohan yang sedang Denay
Keesokan harinya setelah Haidar mengabarkan ke Shanum soal mediasi yang akan dilakukan dari pihak kepolisian nanti sore, Keanu dan Haidar pun menjemput Shanum di apartemennya. Mereka pun pergi bersama-sama ke kantor kepolisian.Di sana Kinara dan kedua orangtuanya sudah berada di dalam sebuah ruangan khusus untuk mediasi antar pelapor dan yang terlapor. Kinara menatap sinis saat Shanum, Keanu dan Haidar masuk ke dalam ruangan.