“Kamu ini benar-benar keterlaluan, Ren!?” Ucap wanita paruh baya itu menggebu.
“Udah dong Ma. Maafin Rendy.” Ucap laki-laki itu memelas.
“Kamu ini ,,, benar-benar gak tahu waktu dan tempat. Gimana kalau ketahuan calon mertua kamu coba.” Tambah wanita itu.
Rendy terdiam. Ia tak berpikir sampai kesana.
“Awas aja kamu!?” Wanita paruh baya itu menatap Rendy penuh peringatan “Kalau sampai Melissa nggak jadi mantu Mama, kamu yang akan tanggung akibatnya.”
Ningrum meninggalkan Rendy yang termangu di kamarnya. Ya, wanita paruh baya itu memergoki dua sejoli yang sedang berciuman di ruang rias setelah acara tukar cincin semalam. Ia tak menyangka putranya bisa tidak mengerti tempat dan waktu. Pasalnya ini bukan pertama kalinya Ningrum memergoki keduanya dalam keadaan seperti itu. Namun, kali ini ia benar-benar merasa syok dengan kelakuan putra tampannya.
Seumur hidup Rendy tak pernah bisa membantah ucapan Mamanya. Seperti malam tadi, saat Ningrum tidak memperbolehkan dirinya mengantar Melissa pulang ke rumah. Ia hanya bisa pasrah dan mengiyakan.
Raut muka kusutnya semalam sukses menjadi bahan ledekan Papanya. Apalagi setelah mengetahui penyebab Ningrum tidak memperbolehkan putranya mengantar tunangannya sendiri.
Seharusnya bukan salah aku kan?
Salah Mama juga ini sebenarnya,
Ngapain dandanin Melissa secantik itu
Mana banyak laki-laki yang ngeliatin dia lagi
Arghhh ...
Batin Rendy
“Mendingan aku ke rumah Melissa sekarang. Biar gak telat masuk nanti.” Monolog Rendy.
Rendy mengetikkan sederet pesan kepada gadis itu,
//Me
Pagi sayang,
Aku jemput ya,
Sekarang aku berangkat
Ia pun bergegas mengambil kunci mobil dan membawa tas ranselnya. Menjemput tunangan tercinta.
Senyum manis tersungging di bibirnya sejak keluar dari kamar. Ia masih tak menyangka jika sudah bertunangan dengan gadis pilihan Mamanya. Yang mana sekarang jadi gadis yang selalu dirindukan olehnya.
Senyumnya langsung luntur ketika mendapati sederet pesan dari Melissa.
>>My Sweetheart
Pagi juga,
Aku udah berangkat Mas,
Bareng Kak Riko
Soalnya Kak Riko harus terbang ke Bali pagi ini.
Mas Rendy langsung ke kampus aja
Nanti Lissa tungguin di parkiran
Rendy pun memutar balik arah mobilnya. Mengemudikan lebih cepat agar segera sampai di kampus.
Lima belas menit kemudian, mobil Rendy tiba di gerbang kampus. Ia pun segera menuju ke tempat parkir biasanya.
Di sana ia melihat gadis manis itu berdiri menunggu kehadirannya. Satu senyum geli pun terbit dari bibirnya.
Rendy masih berniat merajuk. Ia mencoba mengacuhkan kehadiran Melissa. Tapi satu kecupan mendarat di pipinya, luntur sudah niatnya mendiamkan tunangan cantiknya itu. Dengan gemas ia melabuhkan kecupan di bibir Melissa. Membuat kedua pipi gadis itu merona.
“Ayo, kita masuk.” Ajak Rendy. Ia menautkan jemari tangannya ke jemari Melissa. Menggenggam erat. Gadis itu mengangguk malu.
Tak heran kalau pagi ini akan ada bisik-bisik sepanjang koridor kampus. Dengan tak tahu malu, Rendy tak segan-segan mengumbar perhatiannya kepada tunangan cantiknya itu. Membuat para mahasiswa dan mahasiswi kampus terkejut dan syok. Pasalnya Rendy dikenal dingin dengan para mantan pacarnya dulu. Ia tak pernah melakukan kontak fisik apapun, walau hanya sekedar bergandengan. Itu bukan tipe Rendy sama sekali. Tapi, hari ini ia seolah ingin memamerkan kepossessifannya kepada semua orang.
*
“Fix, gue kalah taruhan kali ini.” Ucap Dino kesal.
“Hahahahaha .....” kedua temannya terbahak-bahak mendengar nada kesal sahabatnya itu. Sedangkan Rendy yang baru datang menatap bingung ke arah mereka.
“Tumben pagi-pagi udah ketawa aja. Ada apa?” tanya Rendy.
Dino meremas rambutnya yang rapi kini menjadi kasut masai.
“Dino kalah taruhan. Hahahaha ,,,” ucap Fadly.
Dino tersenyum kecut.
“Taruhan?” gumam Rendy.
Fadly menghentikan tawanya. “Iya taruhan. Gue bilang ke Dino kalo Lo udah bucin sama Melissa, tapi dia gak percaya. Dan malah ngajakin taruhan.”
Rendy membolakan matanya, “A-apa? Gue kalian jadiin bahan taruhan?”
Fadly pun tertawa terbahak-bahak. “Bukan maksud gue Ren. Tapi Dino tuh!” cowok itu menunjuk ke arah Dino dengan dagunya.
“Kalian ini bener-bener!?” geram Rendy.
“S-santai R-Ren. Kan bukan taruhan yang macem-macem. Kita gak bermaksud apa-apa kok. Kita cuman gak percaya aja kalo Lo bener-bener jadi bucin.” Ucap Dino tenang.
“Tapi Ren, gue kok ngeri ya ngeliat perubahan Lo yang drastis ke tikus kecil itu.” Tanya Bima heran.
“Tikus?” gumam Rendy. Ia menatap tajam ke arah Baim.
Baim meneguk ludah. “Ehm ,,, M-maksud gue Melissa. Ini pertama kalinya gue lihat Lo possessive sama cewek. Apalagi ,,, i-ini termasuk langka banget tahu gak.”
“Ada yang salah?” Rendy menaikkan satu alisnya.
“Enggak sih. Cuman ya, kayak suatu keajaiban saja. Semua kenal kamu kali, gimana perlakuan kamu ke cewek. Mana ini sampek tunangan lagi. Lo dipaksa nikah ya sama orang tua Lo?” cerocos Baim.
Rendy menggeleng. “Gue tertarik sama dia udah lama. Tapi baru-baru ini aja deket karena ...” Rendy menjeda perkataannya, membuat ketiga sahabatnya menahan napas. “Takdir.”
Ketiga sahabatnya mendengus kesal. Sedangkan Rendy tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kecut dari ketiga sahabatnya.
*
“Mel, Lo ngerasa gak sih hari ini terlihat mencekam banget.” Bisik Mita pelan.
Melissa mengedikkan bahu cuek. “Biarin aja. Namanya juga syok dan terkejut. Palingan besok udah normal lagi kok.”
“Lo santai banget sih Mel. Gue yang di samping Lo aja berpikir sepertinya kita akan di serang dalam waktu dekat. Seperti perang dunia.” Lirih Mita.
Melissa tersenyum geli. “Cuekin aja. Pura-pura tidak tahu adalah senjata paling aman.” Gadis itu membereskan beberapa buku materinya. Dan bersiap keluar dari kelasnya.
“Kamu pulang sama ,,,” belum sampai Mita menyelesaikan pertanyaannya, suara laki-laki yang begitu familiar terdengar. Keduanya berbalik arah, mendapati Rendy yang berlari kecil ke arah mereka.
“Sudah selesai?” tanya Rendy.
Melissa mengangguk. “Udah Mas.”
Uhuukkk
Mita tersedak salivanya sendiri mendengar nada malu-malu dari sahabatnya.
“Lo kenapa Mit?” tanya Melissa polos.
Mita masih berusaha meredakan tenggorokannya yang tiba-tiba menjadi sakit.
“G-gue nggak apa-apa kok. Ehm, gue duluan ya. Bye ,,,” Mita segera beranjak dari sana . Meninggalkan Melissa yang menatapnya heran.
“Dia kenapa sih. Kok aneh.” Gumam Melissa.
Sedangkan Rendy hanya tersenyum geli melihat tingkah polos tunangannya. Tanpa bertanya cowok itu menarik tangan Melissa menuju di mana mobilnya berada.
“Mumpung masih siang, gimana kalau kita pergi nonton?” tanya Rendy yang telah selesai memasang seatbeltnya.
“Ehm ,,, Tapi Lissa belum ijin sama Ayah, Mas.” Jawabnya gugup
“Aku udah ijin kok. Kata Ayah sebelum jam lima sore harus pulang.” Jawab Rendy santai.
“B-beneran Mas?” Tanya Melissa meyakinkan.
Rendy mengulum senyum, dan mengangguk pelan. Dan itu sukses membuat gadis itu memerah. Satu kecupan mendarat di pipinya. Membuatnya terkesiap namun juga menerbitkan senyum manis di bibirnya.
Tak mengulur waktu, Rendy mengemudikan mobilnya meninggalkan parkiran kampus. Ia bersiap membelah jalanan yang tampak begitu lengang.
Dua puluh menit kemudian mereka telah sampai di bioskop ternama di Ibu Kota. Tempatnya luas dan banyak pilihan film yang bisa dilihat.
“Aku beli tiketnya dulu ya, kamu tunggu disini sebentar.” Satu kecupan mendarat mulus di bibir Melissa. Membuat kedua pipinya merona.
Sambil menunggu Rendy, Melissa memutuskan untuk membeli beberapa camilan dan minuman untuk di bawa masuk.
“Berapa Mbak?”
“Semuanya dua ratus empat puluh ribu mbak.”
“Aku pakai kartu aja. Terima kasih.”
Melissa keluar dari toko tersebut. Dan kembali berdiri di tempat Rendy meninggalkannya tadi.
“Lama banget ya,” monolog Melissa.
“Elissa?” Seru laki-laki dari arah belakangnya.
Deg
Dada Melissa berdebar kencang. Suara itu, panggilan itu. Hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan itu.
Kaki Melissa terasa gemetar. Bulir-bulir air mata sudah menggenang di pelupuk mata. Pelan-pelan ia menggerakkan kakinya, memutar tubuhnya. Dan, ia tercekat. Siluet seseorang yang pernah di hatinya sekaligus yang meninggalkannya tanpa kata perpisahan. Di sana laki-laki itu menatapnya sendu.
“Sayang?” Tiba-tiba Rendy sudah memeluknya dari belakang dan memanggil dirinya dengan begitu lembut.
Melissa menegang. Situasi yang tak pernah ia harapkan terjadi. Bertemu dengan sesuatu yang membuatnya jatuh terpuruk.
Rendy memutar tubuh Melissa. Menarik dagunya dan melabuhkan satu kecupan dalam pada bibirnya. Yang mampu membuat gadis itu memejamkan matanya. Merasakan setiap desiran halus di relung hatinya.
“Aku udah beli tiketnya.” Ucapnya lirih.
Melissa membuka mata, ia tersenyum. Tanpa Rendy duga, gadis itu mengecup bibirnya sesaat sebelum menarik tangan kanan cowok itu,
“Ayo. Aku udah lama nggak nonton.” Ajak Melissa.
Rendy mengangguk, ia pun melepaskan tangan Melissa. Ia lebih memilih melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu. Melissa pun tak merasa keberatan. Ia tampak membalas dengan melingkarkan satu tangannya di pinggang Rendy.
Mereka berjalan tanpa menghiraukan sosok laki-laki yang menatapnya dengan tajam.
Ini tidak mungkin
Elissa hanya milikku
Selamanya
Malam ini Melissa merasa begitu kesepian. Beberapa hari ini biasanya ada Riko yang selalu mengganggu saat ia di rumah. Tring >>Kak Riko Adekku yang cantik dan baik hati lagi ngapain? Rindu sama Kakak nggak? Hihihi Melissa tertawa membaca pesan konyol dari Kakaknya. Ia pun berniat membalas pesan itu. //Me Lissa lagi di kamar, Habis ngerjain tugas, sekarang lagi rebahan Kakak makin lama makin narsis ih,,, Bukan Riko namanya kalau gak menggoda Melissa. Dirinya akan melancarkan seribu jurus hanya untuk membuat adik manisnya itu terdiam tanpa bisa mendebatnya. >>Kak Riko
>>Mas Rendy Selamat tidur calon istri Semoga mimpi indah Jangan lupa mimpiin aku ya, Sayang Mmuaachh Melissa mendekap ponselnya dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Ia kembali teringat saat Rendy dengan percaya diri melamar, lebih tepatnya memaksa gadis itu untuk menikah dengannya. Flashback “Sudah puas?” Tanya Rendy dengan nada jahil. Melissa memukul dada Rendy gemas, saat cowok itu menggodanya. “Kok mukul sih, Sayang? Kalau belum puas aku bisa kasih yang lebih lama” goda Rendy. Blushh ... Kedua pipi Melissa merah merona. Ini bukan pertama kalinya cowok itu memanggilnya dengan panggilan ‘sayang’. Tapi tetap saja, itu membuatnya tersipu malu. Setelah ciuman kedua yang begitu menggebu, bibir keduanya tam
“Lo kemarin kenapa gak masuk? Pesan gue juga gak Lo bales? Lo sakit?” Tanya Mita beruntun. Melissa memutar bola mata malas, “Bisa satu persatu nggak sih ngasih pertanyaan ke gue?” “Nggak.” Sahut Mita cepat. Melissa menggelengkan kepalanya. “Jadi? Lo ngapain kemarin gak masuk?” Desak Mita. “Gue jalan sama Mas Rendy.” Mita membelalakkan matanya, tak percaya dengan perkataan lugas dari sahabatnya. “Lo bilang apa tadi?” Mita memastikan pendengarannya. Melissa mendekatkan diri ke telinga Mita. Lalu berbisik dengan pelan dan jelas. “Gue jalan sama Mas Rendy.” Tubuh Mita membeku dengan kedua mata yang melotot dan mulut terbuka. Karena terlalu syok dengan pengakuan sahabatnya. “Ckckck, sadar woy. Biasa aja kali.” Celetuk Melissa. Untuk beberapa saat Mita masih begitu tak percaya. Pasalnya hubungan mereka masih terbilang baru. Pesta pertunangan kemarin saja sudah membuatnya terkejut. D
Warning 21++ Kamu perempuan tak tahu malu, merusak hubungan anak dan orang tuanya!!! Apa yang kamu harapkan? Uang?! Akan saya berikan bila itu yang kamu inginkan. Jauhi anak saya, karena sampai kapanpun saya tidak akan pernah merestui hubungan kalian!!! Kamu mau membuat anak saya durhaka pada wanita yang melahirkannya? Iya!? Apa itu didikan orang tua kamu? Memisahkan anak dari ibunya? Dasar jalang!!! “Tidak! Jangan! Ayah ... Bunda ... Tolong” “Lissa, bangun Sayang. Lissa?” Rendy yang berada di sampingnya menepuk pelan kedua pipi Melissa. Menarik gadis itu dari mimpi buruknya. “Ahhhh !!!” Gadis itu terengah-engah, mencoba menghirup nafas dalam-dalam. Menepuk dadanya yang terasa sakit. Rendy dengan sigap menghalangi gadis itu menepuk dadanya
Warning 21 ++ Sebuah mobil Ferrari merah dengan kaca gelap, tampak terparkir tak jauh dari mobil Rendy . Di balik kemudi ada seorang laki-laki berwajah tampan dengan setelan jas mahal duduk dengan santai, sambil mengamati keadaan sekitar. Pandangannya terfokus ke depan. Saat matanya menangkap siluet dua orang manusia berbeda jenis kelamin yang tak lain adalah Rendy dan Melissa, rahangnya mengeras. Laki-laki itu mengeratkan kedua tangannya di stir mobilnya. Tiba-tiba saja otaknya dikuasai oleh api cemburu yang membabi buta. Sial!!! * “Filmnya masih satu jam lagi loh Sayang. Makan dulu ya? Gimana?” Melissa mengangguk. “Ayok!” Rendy tampak bahagia melihat pujaan hatinya begitu gembira. Hari ini ia tampak mengekspresikan segala perasaan dan kemauannya. Seperti sekarang ini, gadis itu menarik tangan Rendy ke salah satu Resto Seafood yang berada tak jauh dari tempatnya. “Mas
“Bagaimana kuliahnya hari ini Sayang?” Tanya Ningrum.“B-baik Ma. Enggak ada yang membuat L-Lissa kesulitan kok.” Jawabnya.Melihat kegugupan calon menantunya membuat Ningrum mengulum senyum. Ia tahu, sudah terjadi sesuatu antara Lissa dan Rendy. Ningrum bukannya tak tahu, hanya saja ia tak ingin membuat gadis itu malu.“Tadi ,,,” Ningrum menjeda perkataannya membuat Melissa menoleh dengan cepat ke arah wanita paruh baya itu. “Rendy bilang mau mempercepat pernikahan kalian.”Wajah Melissa memerah. Ingatannya tertarik pada insiden ciuman di mobil sore tadi.Flashback“Aku akan mempercepat pernikahan kita.” Cetus Rendy berapi-apiMelissa hanya bisa membelalakkan mata tak percaya. Sebenarnya itu bukan kali pertama Rendy mengatakannya. Namun tetap saja menjadi hal yang mengejutkan bagi gadis itu. Tunangan s
Seorang laki-laki tampak berlari dengan nafas tersengal. Ia tampak begitu panik ketika beberapa saat yang lalu ia mendapat telepon dari salah satu orang yang bertugas mengawasi Melissa dan Ningrum hari ini.“S-sus ,,, p-pasien wanita y...”“Rendy,” seru Ningrum.Rendy menoleh ke arah sumber suara itu. Ia membeku, melihat ada noda darah di pakaian Mamanya.“M-Mama?” gumam Rendy.Ningrum mendekati Rendy. Meraih tangan putranya yang tampak gemetar.“Ayo ikut Mama.”Langkah Rendy begitu kaku. Hingga Ningrum menghentikan langkahnya. Wanita paruh baya itu membisikkan sesuatu yang membuat Rendy semakin tertegun.*Rendy masih setia duduk di samping brankar Melissa. Ia tak mengalihkan pandangannya walau hanya sekejap. Tangannya menggenggam lembut telapak tangan gadis itu.“Eugh ...”Lenguhan halus Melissa membuat Rendy bangkit. Ia tampak memper
TringMas Rendy Malam ini Mas nggak bisa peluk kamu Pesan lebay Rendy dengan beberapa emot sedih membuat gadis yang berbaring di kamarnya, menjadi terkikik geli.#Mas Rendy Besok kan bisa peluk Lissa-nya Wajah Melissa merona.Tring Mas Rendy Kelamaan!Maunya sekarang !Atau Mas kesitu sekarang ya?Gadis itu membelalakkan mata tak percaya membaca sederet pesan tunangannya.#Mas Rendy Please Mas! Jangan lebay dehSabar ya, tiga minggu lagi