Author POV
London , Inggris
Mempunyai wajah cantik, bertubuh ideal walau tidak seperti model, memiliki mata yang indah, siapa yang tidak ingin memilikinya? Ayo katakanlah, akan aku pastikan bahwa lelaki manapun tergiur akan fisik yang ia miliki.
"Ambil saja kembaliannya," Cloris baru saja membayar pakaian yang ia beli, ia selalu memberikan sisa uang dari harga baju yang ia beli sebagai tip untuk pegawai yang melayaninya.
"Terimakasih nona," ucap pelayan itu tersenyum ramah.
Cloris mengangguk kecil dengan mengembangkan kedua pipinya, menarik bags berisi barang yang baru saja ia beli untuk pergi dari butik tersebut.
Di sepanjang perjalanan gadis itu selalu memikirkan apa yang akan ia kenakan nanti malam untuk mengunjungi temannya yang sudah lama tak jumpa, apakah gaun bewarna hitam dan putih? Make up flawless atau glossy? Lalu di apakan rambutnya? Cepol ? Gelung? Gerai?. Ah sudahlah itu urusan belakang.
Ingin sekali ia pulang kerumah saat ini, tapi jika ia pulang pasti ibu tirinya dan kakak tirinya mencibir dan memarahinya, memuakkan.
Baiklah tak apa dia akan di dalam mobil beberapa jam dengan menunggu arah jam berputar tepat pada angka tujuh.
Jarinya menyalakan dvd mininya, lagu kesuksesannya pun di putar dengan volume tinggi.
__**__
"Gilaa ... kau gilaa ero, kau menyetubuhi 2 wanita sekaligu" tawa Jerry keheranan.
"Yah kenapa? Aku melihatnya dia menikmati nya," jawabnya seolah itu adalah hal yang biasa saja.
"Simpanlah uang mu ero, kau suka sekali menghamburkan uang," balas Derry adiknya Jerry.
Temanya kesulitan memanggil nama Piero dan memang benar nama itu sungguh langkah, oleh karena itu semua teman-teman nya hanya mengambil 3 huruf dari namanya, dan yang cocok adalah Ero.
Baginya memiliki nama langka itu ajaib dan enak , karena menurutnya yang berbeda jelas akan berbeda dengan yang biasa-biasa saja, benar bukan ? Tapi berbeda dalam hal apa?
Piero pun mengeluarkan selembar cek dan menuliskan beberapa digit angka, "sudahlah diam mulut kalian, ini uang tutup mulut jangan bilang pada kekasihku,"
Menyogok uang untuk bungkam atas apa yang ia lakukan tentu itu tidak ada niatan dalam benak Piero, hanya saja ia ingin berbagi sedikit rezeki pada teman-teman nya, karena ia tidak tahu bagaimana caranya memberikan itu, ia memakai jurus yang yang bisa dibilang tidak masuk akal? Ya memang.
Prinsip lelaki itu adalah, kita tidak akan pernah miskin hanya untuk beramal "ayok ambillah," Derry dan Jerry pun menerimanya.
"Terimakasih Ero tapi kau tidak perlu memberi kita uang setiap kau curhat kepada kita," dengan terpaksa kedua adik kakak itu pun menerimanya karena bila tidak, Piero mengancam akan memecatnya dalam detik ini, saat ini, dan sekarang juga, lalu mau makan apa ibunya jika itu terjadi.
"Kalian ikut denganku, aku ingin membeli bunga untuk kekasihku agar terlihat romantis," ucap Piero berdiri diikuti kedua saudara yang sedikit mirip wajahnya.
Mereka bertiga pun menaiki mobil, Jerry yang mengambil alih menyetir, Derry berada di samping, dan Piero di belakang memainkan ponsel, video call dengan kekasihnya.
"Ya tunggulah, aku akan segera kesana," ucap Piero pada kekasihnya lewat video call.
Ciiiiiittt......Bruuuuggg...
Mata Jerry membulat sempurna karena kantuknya kini ia harus menabrak mobil seseorang.
Gadis itu pun tak kalah kagetnya saat tubuhnya harus sedikit mendorong ke depan, "sial siapa menabrak mobilku, ini belum lunas ..ahh sial,"
Cloris pun turun dari mobilnya, memandang syok mobilnya yang penyok "hai turun kau orang yang sudah menabrak mobilku" tangannya menunjuk arah depan.
"Astaga, bagaimana ini," ucap Derry .
Jerry pun keluar dan mendekati Cloris, "pelankan nada bicaramu nona,"
Banyak masalah yang kian menumpuk di otak gadis itu menjadikan seperti monster saat ini , ditambah pemandangan mobil penyok seperti ini, "aku tidak mau tahu, ganti rugi biaya untuk reparasi mobilku," ucap Cloris memandang Jerry sepertinya bukan orang kaya, karena terlihat dari cara berpakaian nya lebih mirip seorang Satpam atau sopir.
"Kau ingin mengganti nya atau tidak?" Tanya Cloris.
"Berapa biaya yang harus aku bayar nona?" suara seorang dari belakang Jerry.
Gadis itu pun menoleh sedikit ke arah lelaki tampan, berkulit putih dan tinggi, "bagaimana jika 100 juta?"
"Oh oke baiklah, Jerry ambilkan cek ku,"
"Tidak Ero, mobilnya juga tidak parah, kau di bodohi," Jerry merasa gadis itu keterlaluan membesarkan masalahnya.
"Ambilkan saja, tak apa," paksa nya.
Jerry pun berjalan ke belakang mengambil sesuatu di dalam mobil.
Sedangkan Cloris dan Piero saling berhadapan.
"Apakah dia kaya? Bodoh kenapa dia menurutiku?" Batin nya.
"Cantik sekali gadis ini, tapi tidak sesuai dengan sifatnya" Piero pun juga ikut membatin.
"Ini," ucap Jerry memberikan kertas persegi panjang.
Piero mengambil bulpoin yang berada di sempit kan pada sakunya dan menulis angka 100 juta "ini 100 juta,"
"Dia memberiku 100 juta?" Andai saja tempat ini adalah kamarnya, mungkin Cloris sudah berlonjat indah.
Ia pun menerimanya dengan tersenyum, "terimakasih, ohh .. silahkan lanjutkan perjalanan Anda," bujuk gadis itu.
Piero pun kembali pada duduknya di dalam mobil, saat ini berganti Derry lah yang menyetir.
"Ero maafkan aku, tapi tadi berlebihan," ucap Jerry menyesal membuat mobil temannya penyok.
Piero hanya diam, tak ada jawaban dari bibirnya.
"Ero aku tahu kau marah padaku"
Tak ada jawaban dari Piero.
"Ero kumohon maafkan aku," Jerry memelas.
"Aku memaafkanmu, tenanglah Jer" suara santai nya.
"Lalu apa yang kau pikirkan?" Tanya Derry menyaut begitu saja .
Jerry pun mengambil segulung kertas dan di pukulkan pada kepala Derry "menyetir lah dengan benar, atau kita akan mengalami nya lagi,"
"Baik....laaaaahhh..." Derry sengaja memanjangkan kata-kata nya.
"Ero jadi apa yang kau fikirkan?" tanya Jerry sekali lagi.
"Gadis tadi,"
"Ada yang salah?"
Piero mengambil ponsel dan memainkan salah satu games favoritnya"Tak ada yang salah, tapi aku berharap takkan bertemu dia sekali lagi,"
***
"sial jadi cek ini palsu," Cloris telah dibodohi oleh orang yang memberi selembar cek tersebut, pegawai bank berkata bahwa cek tersebut palsu karena tidak terdeteksi dengan ada kode MICR di cek pada umumnya, cek yang sah menggunakan sandi kode MICR dan dapat dibaca oleh MICR readers.Cloris sungguh menahan malu, tak ada yang lebih lebih memalukan dari ini, tapi entahlah kedepannya seperti apa."Sial, lihat saja jika aku bertemu Dengannya pasti aku buat dia merasakan apa yang aku rasakan,"Gadis itu pun pulang dan sampailah pada rumah nya yang tidak terlalu mewah, hanya bangunan sedikit bercorak tua, tetapi justru bangunan inilah khas asli dari tradisional Inggris."Hai, darimana saja kau ini Cloris?" ucap ibu tirinya yang bernama Melva."Bukan urusan Anda nyonya Melva," Cloris pun dengan lantang menjawab nya.Cloris tak pernah menganggap Melva sebagai ibunya,
Setelah kejadian tersebut gadis itu terus mengendarai mobilnya dengan sedikit cepat, bisa saja kini ada seseorang tengah mengikutinya dari belakang."C'mon Clo... kau tidak bersalah... jangan takut," ucapnya sendiri di dalam mobil.Drt.. drt... drt.. suara ponsel Cloris yang bergetar."Hallo Lindsey,""Clo apa kau tahu? kau sedang bermain-main dengan siapa sekarang," balas Lindsey dengan nada panik."Linds aku tidak seratus persen bersalah,""Aku tidak mengerti apa masalah kalian, tapi mengertilah Clo dia takkan membiarkamu lari begitu saja,""Akan aku hubungi lagi nanti Linds, sungguh pikiranku tidak bisa jernih,""Baiklah Clo,"Lindsey pun mematikan pembicaraan nya dengan teman nya.Cloris tiba di rumahnya, ketika membuka pintu sejenak matanya bertatapan dengan kakak tirinya Mal
"Ero kita kemana?" tanya Jerry yang menyetir."Ke Villa pribadiku." jawab Piero dengan memangku gadis yang terus mencoba kabur."Lepaskan aku... Ero.." Cloris tak mengerti namanya namun karena Jerry memanggil Ero, ia pun juga memanggil Ero."Diamlah, jangan berisik," Piero menjambak rambutnya dan menariknya kebelakang."Aaaaahhhh," terlihat beberapa tetes cairan merah di bawah bibirnya.Dan sampailah Piero di Villa pribadinya, letaknya sedikit jauh dari keramaian, tempatnya hanya terisi satu rumah dan tak ada tetangga.Piero mengendong Cloris turun dari mobilnya dengan paksa, dilingkarkan pergelangan tangannya pada perutnya dan menariknya untuk masuk ke dalam, "sini kau... ku ajarkan padamu tangisan yang lebih dari kau menangis, acting mu sangat bagus kemarin saat berpura-pura menangis,"Gadis itu terus memukul tangan yang menempel
Hiks... hiks... hiks....Suara tangisan Cloris yang membasahi bantal, badanya membelakangi lelaki kemarin yang sudah menyentuhnya dengan penuh emosi.Telapak tangannya menutup mulutnya sendiri, detik demi detik rasa sakit itu belum juga hilang, ada warna kemerahan pada selangkangan dan rasa perih pada area kewanitaannya."Bangunlah dan ikut aku," Piero yang sama-sama tak memakai baju.Lelaki itu berdiri dan memakai celana, "bangunlah dan ikut aku," Ia mengulangi ucapan nya.Cloris tak menjawab, membuat Piero harus berjalan melihat wajah Cloris dan berdiri tepat pada arah wanita itu.Lelaki itu memandang seluruh bagian tubuh Cloris, dan matanya tepat berhenti pada alat kewanitaan nya , lalu mata Piero beralih menatap wajah Cloris yang sudah membengkak."Kumohon jangan sentuh aku , cukup .. jangan mendekat.. aku masih sakit ..ini masih saki
Jerry memencet bel Apartemen Irene, Derry dibelakang bersama Piero dan Cloris yang juga menunggu Irene membukakan pintu."Katakanlah pada kekasihku jika kita bukan siapa-siapa," ucap Piero dengan menekan lengannya, Cloris hanya diam tak menjawabnya."Ero mau apa kau kesini," Tanya Irene membuka pintu dan matanya syok melihat Piero sudah di depan pintu.Piero menerobos pintu masuk Irene begitu saja dengan menarik tangan Cloris, "ayok jelaskan pada kekasihku siapa kau,""Untuk apa kau mengajak orang yang sudah kau hamili Ero," Irene menatap tidak suka.Jerry dan Derry ikut memasuki apartemen Irene dan langsung duduk, melihat sedikit pertengkaran antara keduanya."Irene, percayalah dia bukan kekasihku," Piero hendak mencium Irene namun Irene memundurkan langkahnya, "jangan mencoba mencium aku Ero, hubungan kita sudah selesai,""E
Di Apartemen, Irene sungguh tak percaya bahwa wanita yang baru saja di bawa oleh Ero adalah budak nya sekarang, terlebih di belakang kata budak ia menambah kata Sex yang berarti budak Sex .Jerry dan Derry lah yang mengatakan itu semua, karena memang saat ini mereka berada di pihak Irene ."Jadi Ero sudah menidurinya?" Tanya Irene hampir tak percaya.Jerry menyalakan remot tv, "Ya begitulah, Ero akan terus menyiksanya hingga kau benar-benar kembali pada Ero,"Tentu semua itu menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk Irene, bisa saja ia memanfaatkan kondisi ini."Irene kami sudah menceritakan semua, jadi jelaskan mengapa ada kondom dan katakan pada kami dengan siapa kau tidur?" sahut D
"Aku tidak mau kembali padamu Ero, hatiku sudah terlalu sakit," Ucap Irene meneteskan air mata palsu.Nice... nice... sekarang feeling Cloris sudah tak dapat di ragukan, Irene sengaja mengatakan itu agar dirinya semakin lama tertahan oleh Piero.Cloris mendekati kedua pasangan tersebut dan menatapnya dengan malas, " kembalilah padanya Irene, kenapa kau tidak ingin kembali? Apakah kau sudah tahu yang sebenarnya?" Ucap Cloris begitu ketus."Hai... diamlah!" bantah Piero.Irene tersenyum sedikit di bibirnya, ternyata yang dikatakan oleh Jerry dan Derry adalah kebenaran, "Ero, berapa kali kau meniduri wanita jalang ini?"Cloris merasa tak terima disebut jalang, bukankah dia sendiri yang
Cloris tidak akan menangis kali ini, mulutnya tidak akan menjerit, tidak juga mendesah jika Piero menyentuh tubuhnya, sudah cukup puas lelaki itu mengotori tubuh Cloris dengan sifat arogan Ero, sekarang bukan waktunya untuk meratapi nasib, tapi bagaimana cara agar keluar dari nasib Cloris saat ini.Ia mengelus pergelangan tangannya yang masih sakit, berjalan pelan ke arah kamar mandi, menguyur tubuhnya dengan air shower di atas.Mata Cloris terpejam, hati Cloris telah terluka saat ini, ia rindu papanya.. ia merindukan saat bahagia bersama keluarganya.Pelupuk mata Cloris mengeluarkan air mata, namun karena tercampur oleh air yang mengalir dari atas shower tak dapat di bedakan mana mata menangis dan mana yang air mengalir.Cloris
Sungguh mata Ryle tak bisa berkedip melihat pemandangan Mansion yang besar seperti istana itu, karena rumahnya tak berukuran sebesar itu.Jam dinding besar di depan dinding dengan lukisan keluarga yang sangat-sangat besar terpajang jelas saat ia membuka pintu."Rumah ini besar sekali." Ryle memandangi lampu besar yang menggantung di atas kepalanya."Tentu saja, ini adalah rumahku." Piero menurunkan Claretha agar bisa bermain dengan Ryle."Dengar Ryle kau akan aku sekolahkan tapi kau harus menjaga putriku yang cantik ini dengan baik ya." ujar Piero ditunjukkan pada Ryle."Oh ya panggil saja aku Paman." imbuh Piero menyentuh hidung nya.
pagi itu kedamaian di kedua manik mata Piero sungguh tergambar jelas, ia duduk di sofa putih dengan memegang segelas kopi panas menunggu istri tercinta terbangun tidurnya.Ia terus menyeruput perlahan kopi itu dengan menatap dalam-dalam Cloris yang sangat cantik bahkan disaat menutup mata, "baiklah aku akan membangun kan mu Clo." meletakan gelas kopi itu di atas nakas.Piero mengambil selembar tissue untuk membersihkan mulutnya yang terkena kopi, ia mencium Cloris dengan sedikit menjulurkan lidahnya untuk bermain disana, "eeemmppphh Erooo." umpat Cloris kesal."Dasar tukang tidur, kita harus kembali ke Mansion Clo." Piero membenarkan setiap rambut yang menutupi wajah Cloris."Kau bilang kita akan sedikit lama disini?" Cloris duduk dan
Bunyi alarm terdengar berulang kali di telinga sepasang suami istri yang terlihat begitu nyenyak tertidur, namun keduanya nampak tak memperdulikan."Menganggu saja." Piero malah membanting jam alarm itu.Mata Piero terbuka sedikit dan memeluk Cloris yang masih terlelap "bangun! ayoo bangun!" tetapi ia sendiri malah tertidur di dada istrinya."Bangunlah sendiri sana, aku masih lelah." menyingkirkan kepala Piero karena menganggu tidur saja.Setelah beberapa saat mereka tertidur cukup panjang, Piero dan Cloris sudah rapi dengan pakaian masing-masing yang baru saja ia beli kemarin "Ero kita pulang, perasaanku tak enak," batin Cloris."Baiklah." Piero mengangguk setuju.
Kini kamar Piero dan Cloris penuh dengan tangisan putrinya yaitu Claretha Venelov D'rajor, walau Claretha sudah mempunyai kamar sendiri tetapi untuk hari ini Cloris mengajak Claretha di kamar nya."Puas puas kan saja melupakan aku Clo, akan kubalas jika nanti sudah waktunya." Piero merasa cemburu dengan Claretha.Cloris melempar bantal di wajah Piero, "diam." dan tersenyum lucu.Membuka bajunya memperlihatkan satu payudaranya dan memaksa Claretha untuk meminum ASI. "putriku yang cantik." Cloris menimang dengan lembut.Sedangkan di depan terlihat Piero yang memasang wajah datar namun ia membayangkan sesuatu, "lihat saja .. " ucap Piero pelan.Ia mengambil ponsel dan menelpon Jerry, "J
Senyuman kebahagiaan telah tercetak kembali di bibir Piero , tak hanya itu kebahagiaan serasa lebih lengkap ketika melihat perut buncit Cloris yang sudah membesar .Piero mengajak Cloris singgah sejenak di restauran Berners Tavern , ia ingin melihat Cloris melahap semua makanan yang sudah ada di depan meja .makaroni keju dengan pasta carbonara dan kembang kol goreng. Hidangan semakin spesial dengan tambahan saus Skotlandia . Dan datanglah kembali semangkuk sup sosis dengan minuman yang sudah Piero pesan."Ayo makanlah yang banyak Clo , aku tidak ingin anak kita kelaparan " Piero tersenyum senang melihat wanita di depan memakan dengan semangat."Apa kau tidak ingin memakan juga " tanganya mulai mencocol mayonaise yang ada di dekatnya.
Kakinya melangkah pelan menaiki anak tangga kecil, hatinya merasakan desiran sesuatu yang luar biasa "apakah benar ini rumah mu Clo" tangannya mulai memegang gagang kayu pintu.Ia menarik nafas sedalam mungkin "Clo " ucapnya pelan .Mengetok pintu itu beberapa kali "Clo"Tak ada jawaban sama sekali , Piero mendorong pintu kayu itu "tak terkunci "Piero melihat ruang tamu kayu yang begitu tertata rapi, namun bukan itu yang ingin ia lihat , ia hanya ingin melihat Cloris "Clo " ia sama sekali tak menemukan sosok Cloris .Ia terus berjalan hingga mendengar suara rintihan kecil wanita dari arah pintu kamar "aahh .. siapa itu " suaranya begitu kecil seperti kesakitan.
Kini Piero dan Tn. Eytro sedang membicarakan hal yang saling bertolak belakang . Bagaimana tidak , jika papanya menginginkan untuk menjauh dari wanita yang bernama Cloris . Sedangkan Piero sendiri sudah tergila-gila dengan Cloris."Aku takkan pernah memberitahu mu dimana sekarang gadis itu" Tn. Eytro menatap Piero penuh emosi.Piero membalas dengan tatapan tak kalah tajam "papa percayalah padaku .. sekarang Cloris memang benar-benar mengandung anakku""Carilah sendiri Ero , dasar keras kepala " Tn. Eytro masih kukuh dengan pendiriannya. Ia pun pergi dari ruang tamu meninggalkan Piero dan Jerry yang masih terbengong ."Bagaimana aku bisa menemukan Cloris jika aku sendiri tidak tahu Jerry " Piero duduk di kursi kayu dengan tatapan sendu
Ia membiarkan Jerry yang pingsan di bawah , ia harus memilih antara mengejar Cloris atau menolong kakaknya"sial .. jika aku menolong kakakku .. aku pasti kehilangan jejak .. tapi jika Jerry .. ah sudahlah itu tidak begitu menyakitkan. Biar saja Ero yang mengurusnya, lagipula ia pria .. tidak akan mati hanya dengan di pukul togkat " Derry kembali mengikuti jejak mobil hitam itu ."Jadi .. si jalang itu yang telah membuatku kehilangan Cloris" Piero mulai memikirkan sebuah rencana ."Apa kau diam saja Ero " tanya Derry yang juga tak melihat sisi Piero yang dulu .Piero tersenyum dengan ketampanan yang begitu melekat di wajahnya"yah aku akan diam ... tapi setelah membuat mereka menderita. Ini adalah peringatan terakhir untuk mereka , aku melepaskan Irene karena jujur saja hatiku b
Masih ditempat yang sama dengan suasana hati yang kacau , Piero mendongak menatap langit-langit. Seperti inikah ? Arti cinta yang sebenarnya?"Ero luka mu parah , bisakah kita kembali saja " Jerry di belakang memeluk dirinya sendiri karena kedinginan.Namun lelaki yang sudah berlumur darah itu tak menggubris, jangan kan membalas ucapan itu . Melihat saja tidak "Ero " panggil Jerry sekali lagi.Jerry mengeluarkan ponsel yang berada di sakunya"Ero Tn. Eytro menelpon" memberikan ponsel itu di hadapan Piero .Pria itu menerima nya dengan sedikit terpaksa "ada apa papa" Piero berpura-pura seakan tak ada luka di hatinya."Maafkan papa karena tidak datang , besok kita akan bertemu di kantor