Di Apartemen, Irene sungguh tak percaya bahwa wanita yang baru saja di bawa oleh Ero adalah budak nya sekarang, terlebih di belakang kata budak ia menambah kata Sex yang berarti budak Sex .
Jerry dan Derry lah yang mengatakan itu semua, karena memang saat ini mereka berada di pihak Irene .
"Jadi Ero sudah menidurinya?" Tanya Irene hampir tak percaya.
Jerry menyalakan remot tv, "Ya begitulah, Ero akan terus menyiksanya hingga kau benar-benar kembali pada Ero,"
Tentu semua itu menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk Irene, bisa saja ia memanfaatkan kondisi ini.
"Irene kami sudah menceritakan semua, jadi jelaskan mengapa ada kondom dan katakan pada kami dengan siapa kau tidur?" sahut D
"Aku tidak mau kembali padamu Ero, hatiku sudah terlalu sakit," Ucap Irene meneteskan air mata palsu.Nice... nice... sekarang feeling Cloris sudah tak dapat di ragukan, Irene sengaja mengatakan itu agar dirinya semakin lama tertahan oleh Piero.Cloris mendekati kedua pasangan tersebut dan menatapnya dengan malas, " kembalilah padanya Irene, kenapa kau tidak ingin kembali? Apakah kau sudah tahu yang sebenarnya?" Ucap Cloris begitu ketus."Hai... diamlah!" bantah Piero.Irene tersenyum sedikit di bibirnya, ternyata yang dikatakan oleh Jerry dan Derry adalah kebenaran, "Ero, berapa kali kau meniduri wanita jalang ini?"Cloris merasa tak terima disebut jalang, bukankah dia sendiri yang
Cloris tidak akan menangis kali ini, mulutnya tidak akan menjerit, tidak juga mendesah jika Piero menyentuh tubuhnya, sudah cukup puas lelaki itu mengotori tubuh Cloris dengan sifat arogan Ero, sekarang bukan waktunya untuk meratapi nasib, tapi bagaimana cara agar keluar dari nasib Cloris saat ini.Ia mengelus pergelangan tangannya yang masih sakit, berjalan pelan ke arah kamar mandi, menguyur tubuhnya dengan air shower di atas.Mata Cloris terpejam, hati Cloris telah terluka saat ini, ia rindu papanya.. ia merindukan saat bahagia bersama keluarganya.Pelupuk mata Cloris mengeluarkan air mata, namun karena tercampur oleh air yang mengalir dari atas shower tak dapat di bedakan mana mata menangis dan mana yang air mengalir.Cloris
"maaf Ero, kau terlalu terburu-buru," Cloris bangkit dari posisinya.Piero tak menjawab, ia hanya diam saja bahkan dia membantu Cloris berdiri."Kau ini merepotkan saja," Ero membisikka dan menyentuh pantat Cloris.******Keesokan pagi hari.Cloris membuka matanya, dia sudah berada di ranjang berukuran king size yang empuk dan nyaman, sorot mata Cloris tak mendapati Piero di samping, itu berarti kemarin Piero tidak menyetetubuhinya.Cloris berjalan ke arah dapur membuatkan makanan untuk perutnya, "buatkan juga untukku," tiba-tiba suara Piero dari belakang.Piero langsung dudu
Irene berada di sebuah mini kedai bersama Sanders teman lelakinya, terlihat ia sedang mengaduk kopi dengan kesal."apa? Ero mengendong seorang wanita tanpa busana," Geram Irene dengan syok saat mendengarkan penjelasan dari Sanders."Yah.. dia sangat cantik Ren,"Irene menatap Sanders dengan tatapan mata sinis. "masih cantik aku,"Sanders hanya menjawab dengan berdehem, "apa kau tahu siapa dia?"Irene mengambil gelang karet lalu ia ikatkan pada rambutnya, "Tentu aku mengerti.. dia adalah budak sex nya Ero,""Apa? Budak sex?" Sanders mengeraskan suaranya."Yah." balas Irene singkat.
"Ugghhh," Piero melepas hisapan itu pada puting kiri Cloris, terlihat puting Cloris sangat basah dan begitu merah memar.Piero mengelus puting kiri Cloris dengan jari telunjuknya, "sedikit lagi," ucap Piero memperhatikan dada Cloris dengan tatapan nafsu.Piero memasukan batang kemaluannya kedalam liang kewanitaan Cloris.Mengocok nya dengan cepat, sangat cepat, membuat kedua payudara Cloris naik turun tak karuan."Aghhhhh, ayo menjeritlah budak!" Bantah Piero menampar payudara kanan Cloris dengan sangat keras.Cloris meremas erat sprei bantal dengan sangat kuat, ia sudah tak mengerti, ia sudah tak tahan dengan semua ini. Tapi Cloris mencoba tak mengeluarkan air matanya, tidak..
"Yah... Karena kau tidak bisa melihat mana yang berpura-pura dan tidak," Ketus Cloris menyeringai Piero."Ayok pergilah cepat!" Piero mendorong tubuh Cloris seperti yang dilakukannya pada Irene.Namun ini sedikit berbeda.. Cloris terjatuh dan menyentuh tanaman.Cloris berdiri tak menghiraukan sorak tawa seseorang dari samping kiri atau kanan, tangannya menepuk beberapa kali karena terkena tanah.Piero menepuk bahu Cloris satu kali, "kerjamu bagus," bisik Piero."Jangan mencari ku saat kau sudah mengetahuinya.. jangan sekali-kali menemuiku ketika dirimu baru menyadarinya.. karena sekarang aku sudah menyelesaikan apa yang seharusnya aku lakukan.. anggap saja kita tidak pern
Seorang wanita terus berjalan memasuki kapsul besar dan menikmati keindahan kota London.Ditemani matahari yang hampir tenggelam di arah Istana Buckingham, puncak Big Ben sangat sempurna. Warna emas menyala dari pantulan cahaya di ujung utara Istana Westminster tempat Big Ben berada, bukan dari cahaya ligthing lampu. Pemandangan menara setinggi 96,3 meter itu nyaris sempurna.Mungkin saat ini, disinilah dia bisa sedikit mengeluarkan perasaannya.Cloris berteriak kepada dunia yang tak pernah adil untuk dirinya, dia berteriak, "kumohon hentikan ini."Dia lelah, bagaimana pun keadaannya, sekuat apapun fisik dan batinnya namun dia adalah wanita, dia tetap wanita yang membutuhkan perlindungan dari seorang lelaki.
Drt... drt... ponsel Lindsey pun bergetar."Hallo.... ya Ero, ada apa?" jawab Lindsey dari suara telpon."Kau sudah di apartemen ku? Baikkah aku akan membuka pintu,"Cloris menjadi ketakutan mendengar nama ERO... ERO... ERO dia adalah lelaki jahat... bukan hanya jahat... tetapi kejam dan tak memiliki perasaan, tangannya sedikit bergetar, jantungnya sudah berdetak tak teratur, baru saja ia bisa bernafas lega karena bebas dari Ero, tapi sekarang ia mendengar bahwa Ero akan kesini? "Oh Tuhan ... aku harus bagaimana?" batin Cloris.Lindsey mengakhiri pembicaraan nya."Linds. Ero akan datang kesini? Untuk apa?" Tanya Cloris cemas."Aku t
Sungguh mata Ryle tak bisa berkedip melihat pemandangan Mansion yang besar seperti istana itu, karena rumahnya tak berukuran sebesar itu.Jam dinding besar di depan dinding dengan lukisan keluarga yang sangat-sangat besar terpajang jelas saat ia membuka pintu."Rumah ini besar sekali." Ryle memandangi lampu besar yang menggantung di atas kepalanya."Tentu saja, ini adalah rumahku." Piero menurunkan Claretha agar bisa bermain dengan Ryle."Dengar Ryle kau akan aku sekolahkan tapi kau harus menjaga putriku yang cantik ini dengan baik ya." ujar Piero ditunjukkan pada Ryle."Oh ya panggil saja aku Paman." imbuh Piero menyentuh hidung nya.
pagi itu kedamaian di kedua manik mata Piero sungguh tergambar jelas, ia duduk di sofa putih dengan memegang segelas kopi panas menunggu istri tercinta terbangun tidurnya.Ia terus menyeruput perlahan kopi itu dengan menatap dalam-dalam Cloris yang sangat cantik bahkan disaat menutup mata, "baiklah aku akan membangun kan mu Clo." meletakan gelas kopi itu di atas nakas.Piero mengambil selembar tissue untuk membersihkan mulutnya yang terkena kopi, ia mencium Cloris dengan sedikit menjulurkan lidahnya untuk bermain disana, "eeemmppphh Erooo." umpat Cloris kesal."Dasar tukang tidur, kita harus kembali ke Mansion Clo." Piero membenarkan setiap rambut yang menutupi wajah Cloris."Kau bilang kita akan sedikit lama disini?" Cloris duduk dan
Bunyi alarm terdengar berulang kali di telinga sepasang suami istri yang terlihat begitu nyenyak tertidur, namun keduanya nampak tak memperdulikan."Menganggu saja." Piero malah membanting jam alarm itu.Mata Piero terbuka sedikit dan memeluk Cloris yang masih terlelap "bangun! ayoo bangun!" tetapi ia sendiri malah tertidur di dada istrinya."Bangunlah sendiri sana, aku masih lelah." menyingkirkan kepala Piero karena menganggu tidur saja.Setelah beberapa saat mereka tertidur cukup panjang, Piero dan Cloris sudah rapi dengan pakaian masing-masing yang baru saja ia beli kemarin "Ero kita pulang, perasaanku tak enak," batin Cloris."Baiklah." Piero mengangguk setuju.
Kini kamar Piero dan Cloris penuh dengan tangisan putrinya yaitu Claretha Venelov D'rajor, walau Claretha sudah mempunyai kamar sendiri tetapi untuk hari ini Cloris mengajak Claretha di kamar nya."Puas puas kan saja melupakan aku Clo, akan kubalas jika nanti sudah waktunya." Piero merasa cemburu dengan Claretha.Cloris melempar bantal di wajah Piero, "diam." dan tersenyum lucu.Membuka bajunya memperlihatkan satu payudaranya dan memaksa Claretha untuk meminum ASI. "putriku yang cantik." Cloris menimang dengan lembut.Sedangkan di depan terlihat Piero yang memasang wajah datar namun ia membayangkan sesuatu, "lihat saja .. " ucap Piero pelan.Ia mengambil ponsel dan menelpon Jerry, "J
Senyuman kebahagiaan telah tercetak kembali di bibir Piero , tak hanya itu kebahagiaan serasa lebih lengkap ketika melihat perut buncit Cloris yang sudah membesar .Piero mengajak Cloris singgah sejenak di restauran Berners Tavern , ia ingin melihat Cloris melahap semua makanan yang sudah ada di depan meja .makaroni keju dengan pasta carbonara dan kembang kol goreng. Hidangan semakin spesial dengan tambahan saus Skotlandia . Dan datanglah kembali semangkuk sup sosis dengan minuman yang sudah Piero pesan."Ayo makanlah yang banyak Clo , aku tidak ingin anak kita kelaparan " Piero tersenyum senang melihat wanita di depan memakan dengan semangat."Apa kau tidak ingin memakan juga " tanganya mulai mencocol mayonaise yang ada di dekatnya.
Kakinya melangkah pelan menaiki anak tangga kecil, hatinya merasakan desiran sesuatu yang luar biasa "apakah benar ini rumah mu Clo" tangannya mulai memegang gagang kayu pintu.Ia menarik nafas sedalam mungkin "Clo " ucapnya pelan .Mengetok pintu itu beberapa kali "Clo"Tak ada jawaban sama sekali , Piero mendorong pintu kayu itu "tak terkunci "Piero melihat ruang tamu kayu yang begitu tertata rapi, namun bukan itu yang ingin ia lihat , ia hanya ingin melihat Cloris "Clo " ia sama sekali tak menemukan sosok Cloris .Ia terus berjalan hingga mendengar suara rintihan kecil wanita dari arah pintu kamar "aahh .. siapa itu " suaranya begitu kecil seperti kesakitan.
Kini Piero dan Tn. Eytro sedang membicarakan hal yang saling bertolak belakang . Bagaimana tidak , jika papanya menginginkan untuk menjauh dari wanita yang bernama Cloris . Sedangkan Piero sendiri sudah tergila-gila dengan Cloris."Aku takkan pernah memberitahu mu dimana sekarang gadis itu" Tn. Eytro menatap Piero penuh emosi.Piero membalas dengan tatapan tak kalah tajam "papa percayalah padaku .. sekarang Cloris memang benar-benar mengandung anakku""Carilah sendiri Ero , dasar keras kepala " Tn. Eytro masih kukuh dengan pendiriannya. Ia pun pergi dari ruang tamu meninggalkan Piero dan Jerry yang masih terbengong ."Bagaimana aku bisa menemukan Cloris jika aku sendiri tidak tahu Jerry " Piero duduk di kursi kayu dengan tatapan sendu
Ia membiarkan Jerry yang pingsan di bawah , ia harus memilih antara mengejar Cloris atau menolong kakaknya"sial .. jika aku menolong kakakku .. aku pasti kehilangan jejak .. tapi jika Jerry .. ah sudahlah itu tidak begitu menyakitkan. Biar saja Ero yang mengurusnya, lagipula ia pria .. tidak akan mati hanya dengan di pukul togkat " Derry kembali mengikuti jejak mobil hitam itu ."Jadi .. si jalang itu yang telah membuatku kehilangan Cloris" Piero mulai memikirkan sebuah rencana ."Apa kau diam saja Ero " tanya Derry yang juga tak melihat sisi Piero yang dulu .Piero tersenyum dengan ketampanan yang begitu melekat di wajahnya"yah aku akan diam ... tapi setelah membuat mereka menderita. Ini adalah peringatan terakhir untuk mereka , aku melepaskan Irene karena jujur saja hatiku b
Masih ditempat yang sama dengan suasana hati yang kacau , Piero mendongak menatap langit-langit. Seperti inikah ? Arti cinta yang sebenarnya?"Ero luka mu parah , bisakah kita kembali saja " Jerry di belakang memeluk dirinya sendiri karena kedinginan.Namun lelaki yang sudah berlumur darah itu tak menggubris, jangan kan membalas ucapan itu . Melihat saja tidak "Ero " panggil Jerry sekali lagi.Jerry mengeluarkan ponsel yang berada di sakunya"Ero Tn. Eytro menelpon" memberikan ponsel itu di hadapan Piero .Pria itu menerima nya dengan sedikit terpaksa "ada apa papa" Piero berpura-pura seakan tak ada luka di hatinya."Maafkan papa karena tidak datang , besok kita akan bertemu di kantor