Share

Taruhan

“WOI, GUYS. VANESSA BARU PUTUS!”

Padahal Vanessa berharap bisa merasakan ketenangan ketika sampai di rumah, tapi rupanya itu sangat salah. Dia baru saja membuka pintu, dan menegur sang adik yang sedang main judi online, tapi sekarang malah dirinya yang diteriaki.

"Dari mana kau mendapat informasih tidak masuk akal itu?" hardik Vanessa dengan mata yang sudah hampir keluar dari posisinya.

"Semua orang juga tahu ekspresimu ketika diputus pacar." Sang adik segera berlari, setelah mengatakan hal itu.

“Hei, brengsek!” Vanessa jelas saja akan mengejar, tapi dia jelas kalah. Tubuhnya lebih besar dari sang adik lelaki.

“Jangan kejar-kejaran di tangga.” Sang ibu ikut-ikutan berteriak entah dari mana.

“Dia duluan yang cari gara-gara,” hardik Vanessa dengan kesal. “Aku bahkan tidak bilang apa-apa, tapi dia sudah berteriak.”

“Dia masih kecil, Nes.” Sayangnya sang ibu malah membela sang adik.

“Kecil my ass. Dia sudah bisa bikin anak.” Vanessa hanya berani mengatakan hal itu dengan suara kecil saja. “Mana kerjanya cuma judi saja.”

“Kau juga cobalah bikin anak.” Seorang lelaki keluar dari dalam kamar di sisi kiri Vanessa.

“Mas kira aku ini kucing?” tanya Vanessa dengan mata yang senang sekali melotot. “Tinggal kawin saja dan langsung jadi setengah lusin anak.”

“Emang ada yang mau kawin sama kamu?” tanya kakak lelaki Vanessa dengan senyum lebar mengejek. “Ngaca dong, mana ada yang mau dengan cewek gendut.”

Vanessa membuang napas dengan kasar. Dia sungguh ingin sekali memaki, tapi tahu kalau itu akan percuma. Semua saudaranya akan senang kalau dia marah, jadi Vanessa tidak akan memberikan apa yang dia inginkan. Sayangnya, sang kakak tidak tinggal diam.

“Aku kasih uang deh kalau ada yang mau kawin denganmu. Kawin ya, bukan nikah.”

“Gila!” Tentu saja Vanessa akan menghardik, bahkan sudah akan melangkah pergi.

“Setidaknya, coba rasakan sekali saja surga dunia,” tambah sang kakak dengan cepat. “Setelah itu, kau bebas melakukan apa pun. Tidak mau menikah juga tidak masalah, nanti aku akan pergi cari uang.”

Mendengar kakak sulungnya ingin pergi cari uang, Vanessa langsung berbalik. Hal itu jauh lebih menggiurkan baginya, dibanding langsung diberikan uang tunai dalam jumlah besar. Dia sudah lelah menanggung hidup semua orang yang ada di rumah ini.

“Fine,” desis Vanessa kesal. “Kalau aku berhasil penuhi janjimu, atau akan kupotong belalai kesayanganmu.”

“Aku pasti akan menang.” Sang kakak berteriak dengan senyum lebar.

Vanessa tidak berniat untuk menjawab sang kakak lagi, dan memilih untuk memberikan jari tengah saja. Setelahnya, dia masuk ke dalam kamar dengan membanting pintu. Cukup keras, sampai membuat sang kakak terlonjak.

“Sialan!” Vanessa langsung mengumpat, ketika sudah mengunci diri di dalam kamar. “Dasar gila. Sekarang bagaimana aku harus melaksanakan taruhan tidak masuk akal itu?”

“Pacarku saja tidak pernah ada yang dapat jatah, masa sekarang aku harus mencari orang asing?” tanya Vanessa masih bicara pada diri sendiri.

Vanessa mondar-mandir di dalam kamarnya, memikirkan apa yang harus dia lakukan. Sesungguhnya, dia sudah punya ide akan mengajak siapa. Hanya saja ....”

“Kalau kau mengajak dokter mesum itu, namanya kau gila Vanessa.” Perempuan itu segera menggeleng. “Kalian baru bertemu tadi siang.”

“Tapi kan dia tadi sudah memanfaatkanku juga.” Vanessa mengingat bagaimana ketika Jovi tiba-tiba membuatnya menjadi pacar dadakan.

Dengan bibir bawah yang tergigit, Vanessa bergerak pelan mencari kartu nama yang tadi diberikan oleh Jovi. Kartu nama yang diberikan untuk membuktikan kalau dia sungguh dokter. Awalnya Vanessa pikir itu tidak akan berguna, tapi pada akhirnya dia mencari juga.

“Jadi, apa yang harus kutulis?” Vanessa berpikir sesaat, sebelum mulai mengetik dengan cepat.

Tentu saja bukan hal mudah untuk meminta seseorang yang baru saja dia temui untuk tidur bersama, apalagi dirinya masih perawan. Vanessa sampai harus berulang kali mengumpat dan mengulangi ketikannya.

“Oke.” Vanessa mengangguk cukup yakin, sembari membaca ketikannya untuk yang kesekian kalinya. “Berdoalah untuk yang terbaik Vanessa. Demi masa depan yang lebih baik, tanpa keluargamu.” Vanessa pada akhirnya menekan tombol kirim.

[+628xxxxxxxx: Ayo kita tidur bersama. Anggap saja kau balas dendam pada mantanmu yang entah melakukan apa, dan aku balas dendam pada mantanku yang selingkuh.]

***To be continued***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status