Share

BAB 75 - Terpaksa

"Ta... Tapi, De..." bantahku, yang langsung dimentahkan oleh Bude Rahmi.

"Masakanku belum mateng. Pasti kamu udah laper, 'kan? Terus kasian itu anak kamu kalau makanmu ditunda-tunda," kata Bude Rahmi.

"Iya, Dek. Kasian bayi kamu," timpal Pak Burhan mendukung ucapan Bude Rahmi.

Aku mengembuskan napas berat. Merasa sudah kalah set karena Bude Rahmi dan Pak Burhan menyebut-nyebut anakku sebagai alasan.

'Dek. Ibu nggak suka pergi sama laki-laki itu. Tapi, bagaimanapun juga, betul kata mereka. Kasian kamu kalau Ibu makannya nunggu masakan Bude Rahmi mateng.' Ku usap perutku sekilas tanpa kentara.

"Gimana, Dek?" tanya Pak Burhan mendesakku.

"Baik. Saya mau ikut Pak Burhan," sahutku.

"Nah, kalau gitu, langsing aja. Toh kamu juga udah siap pergi 'kan, Ris. Pakai baju yang kamu pakai ke kampus itu aja udah cukup 'kan, Nduk?" celetuk Bude Rahmi.

"Ya, De," jawabku.

'Tentunya pakai baju dari kampus ini aja udah cukup. Nggak perlu ganti pakai gaun cantik yang Bude beliin kemaren.' pikirku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status