Share

BAB 44 - Wasiat Bapak

Pakde Joko sempat ragu saat Boy menyapa mereka. Namun, diam-diam aku melihat matanya memandang Boy dengan tatapan menilai.

"Mas yang sering ke sini kan? Pacarnya Risa. Aku tetangganya Risa. Rumahku di sebelah kiri rumah ini," kata Bu Tinah. Dia mengulurkan tangannya sebelum Boy menjabatnya.

“Iya, Bu,” sahut Boy singkat namun ramah.

Nava yang berdiri tak jauh dariku dan Bude Rahmi menggeser posisi badannya untuk memberi akses pada Boy agar bisa berdiri di dekatku di depan kotak. Tak lupa, Boy juga menyapa Bude Rahmi yang kurang lebih bereaksi sama seperti yang dilakukan Pakde Joko tadi.

'Kenapa mereka sepertinya sudah tahu siapa Boy? Padahal, tanpa disuruh Bu Tinah, sepertinya mereka sudah mengetahui sesuatu tentang Boy. Apakah kamu memberitahuku, ya? Tapi saat itu? Boy 'hanya pacarku, bukan calon suamiku.' Saya terkejut. Namun perasaan itu menguap sesaat karena Boy mengajakku berbicara dengan suara setengah bergumam.

"Maaf, aku baru sampai di sini lagi. Aku ada urusan kecil-kecila
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status