Share

BAB 43 - Ikhlas

Aku ingin pingsan. Tapi tidak sampai pingsan juga. Aku hanya memejamkan mata sambil menangis memanggil-manggil Bapak. Hampir saja aku lupa bahwa aku menyentuh tanah, merasakan lemasnya setelah mendengar kabar yang disampaikan oleh Pakde Joko. Kalau tidak ada Boy yang mendekapku, mungkin aku sudah jatuh luruh ke lantai tempat empedu itu.

Aku benar-benar ingin tahu rasanya pingsan sekarang.

Aku butuh pingsan!

Aku tak lagi peduli siapa aku, di mana aku, dengan siapa saja saat ini. Toh, duniaku sudah hancur.

Aku cuma meluapkan saja perasaan kehilangan yang tak bisa dilukiskan hanya dengan kata-kata dan perbuatan saja. Saya ingin Pakde Joko kembali meneleponku dan mengatakan bahwa Bapak ternyata baik-baik saja. Bahwa kabar yang tadi hanyalah kesalahan informasi dan cuma ringkasan belaka.

Aku sadar sekaligus juga tak sadar. Entah apa saja yang terjadi begitu Pakde Joko menutup telepon. Aku seperti zombie yang memasrahkan segala sesuatunya pada Boy, satu-satunya manusia yang bisa aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status