Share

BAB 52 - Telepon Penting

"Aku udah janji sama om kamu bakal langsung nganterin kamu pulang sehabis dari kampus," kata Boy. Sejak tadi memang aku menampakkan raut muka keheranan ketika dia melajukan sepeda motornya ke arah rumahku.

Bukankah dia minta lukanya diobati?

Bukan berarti aku ngotot menuntut harus ada sesuatu yang romantis bakal terjadi sih. Cuma heran saja, kok dia malah mengantarku pulang.

"Ya..." sahutku sambil turun dari kendaraan roda dua itu.

"Kamu bisa telpon aku kalau butuh apa-apa," pesan Boy. Aku hanya mengangguk, tak sanggup bersuara karena tenggorokanku tercekat. Ada sebuah rasa tercekik sehubungan dengan semua situasi yang melingkupiku saat ini.

"Udah sana, buruan kamu masuk. Nanti om kamu pikir aku nyulik kamu, 'kan bahaya," ujar Boy.

Aku bergeming. Terlalu banyak pikiran membuatku jadi lamban bergerak.

"Ada apa? Perlu aku temenin masuk ke rumah?" tanya Boy.

"Ng... Nggak usah," jawabku.

"Terus kenapa kamu masih berdiri di situ?" celetuk Boy keheranan.

'Aku belum mau pula
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status