Share

Part 4: Dia Lagi

My Actor

Alana memarkir mobilnya di halaman bangunan berarsitektur Eropa berlantai tiga. Di gedung itulah butik dan juga studio milik Jhoni Ares berada.

Alana bergegas menuju pintu. Seorang security menyambutnya dengan ramah kemudian mengarahkan Alana supaya langsung ke lantai dua. Sekilas Alana mengedarkan pandangan ke butik yang ada di lantai satu itu. Matanya sungguh terpesona oleh deretan pakaian mewah yang terpajang dengan rapi. Semua itu merupakan hasil rancangan Jhoni Ares.

Begitu mencapai lantai dua, Alana langsung disuguhi suasana sibuk. Beberapa orang kru terlihat tengah mempersiapkan lighting dan properti untuk pemotretan. Di sudut ruangan yang lain Jhoni Ares tengah memberi pengarahan pada beberapa orang model. Pada akhirnya mata Alana pun menangkap keberadaan sosok yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Razka sedang ditangani oleh seorang hair stylist.

Sesuai prediksi Alana, ia tidak menemukan keberadaan Theo di sana. Alana pun berjalan pelan menghampiri Razka. Ia mencoba bersikap biasa walaupun sebenarnya ia cukup deg-degan menunggu reaksi Razka atas kemunculannya.

Alana memperlambat langkahnya begitu ia bertemu pandang dengan Razka ketika jarak masih beberapa langkah lagi. Lelaki itu langsung menampakkan ekspresi tidak senang. Alana tidak punya pilihan lain. Ia harus bermental baja. Ia tetap mendekat dan bersikap seolah-olah mereka baik-baik saja.

“Kamu udah sarapan?” tanya Alana setelah ia melempar senyum pada hair stylist yang hampir selesai merapikan rambut Razka.

Razka sama sekali tidak mengacuhkan Alana. Lelaki itu malah meraih telepon genggam yang tergeletak di meja di depannya. Segera ia menghubungi seseorang. Alana sempat melihat nama yang tertera di layar ponsel milik Razka. Wajah aktor itu tampak kesal karena teleponnya tidak kunjung dijawab.

“Theo udah pulang,” lirih Alana tapi masih bisa terdengar oleh Razka.

“Aku nggak mau terlibat dalam pemotretan ini.”  Razka hendak berdiri tetapi  Alana tidak kalah cepat. Setengah berbisik ia berbicara dengan tegas pada Razka.

“Kamu tahu, kan apa konsekuensinya jika pemotretan ini tidak berlangsung dengan baik hari ini? Kamu sudah siap karier kamu meredup?” Alana merasa di atas angin. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. “Aku kembalikan kata-kata kamu, bersikaplah profesional.”

Alana pun melenggang meninggalkan Razka yang tak bisa berkutik. Ia segera menghampiri Jhoni Ares yang juga hendak mendatanginya. Ia dan desainer itu terlibat pembicaraan yang cukup serius. Tidak lama setelah itu mereka pun menghampiri Razka yang sudah berganti pakaian dan siap untuk melakukan pemotretan.

Pemotretan itu berlangsung selama beberapa jam. Dalam rentang waktu itu, Alana harus mengurut dada berkali-kali. Razka tidak menganggap keberadaan Alana sama sekali. Setiap kali Alana memberikan barang-barang yang dibutuhkan Razka, artisnya itu mengambilnya tanpa menoleh bahkan setiap kata yang dilontarkan Alana tidak pernah digubrisnya. Capek karena dianggap tidak ada, akhirnya Alana pun menarik diri. Ia memilih menunggu di sudut yang lain.

Untuk menghalau rasa bosan, Alana membuka ponsel. Ia pun menjelajah ke dunia maya. Jarinya terhenti pada akun berita artis yang memuat foto Razka bergandengan dengan seorang gadis cantik.

“Ini pasti foto kemarin,” gumam Alana. Ia pun meng-klik kolom komentar. Ribuan orang telah mengomentari foto tersebut. Hampir semua memuji dan mendoakan agar ke dua artis itu menjadi pasangan sungguhan dan melenggang ke pelaminan.

Dada Alana semakin panas. Selama ini hubungannya dan Razka memang tidak pernah dipublikan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui status hubungan mereka. Salah satu yang menjadi pertimbangannya adalah fans. Biasanya fans akan meninggalkan artis idolanya jika ada hal-hal yang mengecewakan mereka.

Alana menyadari hal itu, apalagi ia bukanlah dari kalanagan artis. Semua demi kelangsungan karir Razka dan cintanya pada lelaki itu. Namun sayangnya hal itu malah menjadi bumerang baginya.

“Nanti jam tujuh udah standby di hotel Quenn, ya, Nona Manjer.” Alana tersentak, ia tidak menyadari keberadaan Jhoni Ares di hadapannya.

“I-iya, kenapa, King?” Alana mendongakkan kepala.

“Ntar malam jangan telat! Nih, ntar pakai ya.” Desainer itu menyerahkan sebuah paper bag pada Alana.

“Thank you, King,” jawab Alana sembringah.

“Saya sih senang-senang aja kerja sama ma kamu, cuma kurang sreg aja sama dia, sok ngartis,” sungut King Jhoni sambil menunjuk Razka yang sedang menyelesaikan sesi fotonya.

“Ya, sudah. Saya turun dulu, ya. Mau ketemu artis yang minta disponsori.”

Jhoni Ares segera menuju tangga meninggalkan Alana yang masih termangu duduk di sofa yang ada di pojok ruangan.

Melihat Razka yang sudah selesai pemotretan, Alana segera menghampirinya.

“Aku antarin pulang, ya. Theo nggak bisa jemput ke sini,” tawar Alana pada Razka yang tengah membersihkan muka. Di saat Alana tengah menunggu jawaban dari Razka, seseorang datang menyelinap di antara dia dan Razka.

“Sorry, kamu udah nunggu lama, ya?” suaranya sedikit dimanja-majakan dan tanpa basa-basi, tangannya langsung hinggap di kepala Razka merapikan rambut lelaki itu.

“Nggak, baru aja selesai,” jawab Razka kemudian mengulas senyum pada wanita yang baru datang itu.

“Kita makan dulu, ya. aku lapar banget, nih,” ujar wanita itu dengan suara yang masih dimanja-manjakan.

“Ayo,” ajak Razka sambil meraih tangan wanita itu kemudian berlalu tanpa menghiraukan keberadaan Alana.

“Razka, nanti jam tujuh udah nyampai di hotel Queen,” ucap Alana datar.

Razka menghentikan langkahnya, sejenak menoleh pada Alana kemudian kembali berjalan tanpa memberi jawaban apa-apa.

Alana berusaha keras menahan sesak yang menguasai dada. Tindakan Razka benar-benar berhasil mengoyak hatinya. Ia ingin marah, berteriak, bahkan ingin memaki tetapi ia sadar itu hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.

"Kita lihat saja Razka, sampai kapan kamu bisa tanpa aku."

Alana melihat ke sekeliling, orang-orang terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ia sedikit lega, paling tidak, tidak ada yang melihat apa yang terjadi pada dirinya. Ia pun menyambar tas dan bergegas meninggalkan tempat itu. Membawa hati yang sedang panas membara.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status