pukul lima sore Tiara baru pulang dari sawah,sungguh dia menikmati setiap momen baru yang ia lakukan hari ini.
ternyata keputusannya untuk kembali ke rumah neneknya tidak salah. seharian ini bahkan ia tak mengingat tentang masalah yang ia lalui saat ini."Tiara lebih baik kamu cepat mandi,gak baik ibu hamil mandi malam-malam.""iya Mbah." Tiara menuruti perintah sang nenek ia bergegas untuk membersihkan diri.selesai mandi Tiara membantu neneknya untuk menyiapkan makan malam. ia memasak kangkung yang tadi sempat ia petik di kebun neneknya."mau dibawa kemana itu kan ndhuk?""ya mau di bersihkan to nek,kan mau dimasak."memang tadi Tiara merengek ingin makan ikan nila,kebetulan di sawah sang kakek juga memelihara ikan nila,dan kakeknya dengan senang hati mengambilkannya untuk cucunya itu."e...kamu itu sedang hamil,gak boleh bersihin ikan yang masih hidup,sini biar nenek aja yang bersihin,kamu ngiria bawang saHari ini adalah hari Minggu Hasan berencana untuk mengajak Tiara jalan-jalan,ia ingin mencari perhatian wanita yang tengah berbadan dua itu.dia tidak peduli kalau Tiara saat ini sedang hamil,ia akan menganggap anak Tiara seperti anaknya sendiri.bukankah cinta itu harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya. maka dari itulah Hasan tak memperdulikan keadaan Tiara. dia hanya memikirkan masa depan mereka. dan yang paling penting sekarang dia harus bisa membuat Tiara jatuh hati kepadanya."assalamualaikum." Hasan mengucapkan salam saat sudah sampai di rumah Tiara."walaikumsalam." jawab Tiara dari dalam. Tiara berjalan keluar menggunakan dres kusus ibu hamil,rambut panjangnya ia gerai karena masih sedikit basah."loh...Hasan,cari kakek dan nenek ya?mereka masih di sawah." ucap Tiara"gak kok,aku kesini mau cari kamu.""cari aku?ada masalah apa ya?" Tiara sedikit merasa was-was takut kalau ada masalah dirinya yang menetap dis
Tiara membuka matanya secara perlahan,ia melihat sekeliling dia sangat mengenali tempat ini,dia mencoba bangkit untuk mengambil minum yang sudah tersedia di atas nakas samping ranjangnya."kamu sudah bangun?" suara seorang wanita membuat Tiara menoleh ke asal suaraTiara hanya mengangguk sebagai jawaban."kamu mau minum?" tanyanya lagiTiara mengangguk lagi. wanita itu lalu membantu Tiara untuk mengambilkan air lalu membantunya untuk minum."maafkan Tante ya,Tante tadi gak sengaja.""tidak apa-apa Tante,ini murni salah saya sendiri."wanita itu tersenyum, "oh ya,suamimu tadi pamit ingin mengabarkan ke keluarga mu tadi.""suami?" Tiara mengerutkan keningya,lalu ia teringat pada Hasan."oh...itu bukan suami saya Tante,dia hanya teman.""loh,oh...kirain suami kamu,oh ya kenalin nama Tante Astuti,bisa panggil Tante Tuti,nama kamu siapa nak?""nama saya Tiara Tante."akhirnya mereka mengobrol ringan dan semakin akrab hingga suara pint
"Tiara..." panggil Dewa,Tiara menoleh ke asal suara yang memanggil namanya,sungguh ia terkejut siapa yang telah memanggil namanya,lidahnya terasa kelu,badanya tiba-tiba tak bisa di gerakkan.secepat kilat menyadarkan dirinya dari keperluannya,dia lebih memilih mengabaikan Dewa dan terus berjalan untuk membeli eskrim sperti tujuan awalnya ia keluar rumah.Saat akan melewati tubuh Dewa,ia mencekal pergelangan tangan Tiara cukup kuat."Tiara dengarkan aku,aku ingin menjelaskan sesuatu."sungguh saat ini Tiara ingin sekali memeluk Dewa,karena jujur ia juga sangat merindukan sosok lelaki yang menjadi ayah kandung dari anaknya ini."lepas Dewa aku mohon,biarkan aku hidup tenang bersama dengan anakku tanpa hadirmu aku mohon Dewa." ucap Tiara lirih tapi masih bisa di dengar jelas oleh Dewa.Dewa masih mendengar dan tanganya masih mencengkram erat pergelangan Tiara."jika kamu datang hanya untuk menorehkan luka maka pergilah,karena aku hanya ingin bahag
"cepat katakan apa maumu?" tanya Tiara to the point,dan dia masih sibuk memakan eskrimnya.sekarang mereka di sebuah kamar yang cukup luas,Dewa menyewa rumah yang cukup mewah untuk dia tempati dan Wili."kenapa diam,ayo cepat katakan aku tidak ada waktu karena sebentar lagi acara tujuh bulanan akan di mulai,aku tidak mau kakekku kawatir karena tidak menemukan ku." ucap Tiara menyuap eskrim terakhir yang ada di tanganya lalu ia mengambil tisu untuk membersihkan tanganya.Dewa masih diam tak menjawab pertanyaan Tiara,dia malah berjalan mendekati Tiara lalu memeluk tubuh Tiara yang semakin berisi."lepas ih,aku ikut denganmu bukan untuk kau peluk-peluk." ucap Tiara meronta.Dewa melepaskan pelukannya lalu menatap sendu ke wajah Tiara,dia menatap mulut Tiara yang masih ada sisa coklat disana.tanpa kata ia melahap bibir tipis milik Tiara yang sangat ia rindukan. mendapat perlakuan seperti ini Tiara langsung menggigit lidah Dewa yang
pagi ini Dewa akan kerumah Tiara untuk menemui kakek dan nenek Tiara,semalam dia ingin berbicara secara pribadi,tetapi susananya tidak mendukung. dia menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan kakek dan nenek tetapi para tamu tak kunjung pulang sampai larut malam,sehingga ia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.dan pagi inilah Dewa memilih waktu untuk bertemu dengan kakek nenek tiara.Dewa turun dari mobilnya saat sudah sampai di teras depan rumah Tiara,kali ini Wili menemaninya,katanya Dewa sangat gugup,dan kurang percaya diri makanya dia meminta Wili untuk menemaninya.sebelum turun Dewa menata rambutnya dan memastikan penampilannya sudah rapi baru dia turun dari mobil dan berjalan menuju rumah yang masih tertutup itu.tok...tok...tok...Dewa mengetuk pintu,lama menunggu tak kunjung ada yang membukanya."Tiara kemana ya,kok dari tadi gak ada yang buka?" tanyanya pada Wilisementara Wili hanya mengedipkan bahunya tanda ia tak tahu."c
setelah sampai rumah Tiara memakan rujak dengan lahap di teras Depan sambil menunggu kakek dan neneknya datang. saat sedang asik menyuap tiba-tiba Dewa duduk di depannya sambil mengambil air es yang ada di gelas lalu meneguknya hingga tandas. Tiara melongo di buatnya."sedang makan apa sayang?" tanya Dewa"makan rujak." jawabnya singkat"sepertinya enak,boleh aku minta?""tidak..."tak berselang lama sebuah truk datang menyusul kakek dan neneknya."sana bantuin kakek,kalau tidak mau dimarahi." Dewa tersenyum lalu beranjak dari duduknya, lalu membantu menurunkan karung-karung padi.🥀🥀🥀🥀sungguh seharian ini membuat tenaga Dewa terkuras habis,apalagi sang kakek terus saja mengomel,kalau dia tidak ingat kalau kakek tua itu adalah lelaki kesayangan Tiara,ia pasti sudah membuat pelajaran kepada kakek tua itu.kini ia dan Wili terlihat segar karena sehabis mandi,untung tadi dia selalu menyiapkan baju di dalam mobilnya sehingga ia tak perl
Tiara duduk di teras rumah, memperhatikan Dewa yang sedang menjemur padi. Dewa datang kerumahnya pagi-pagi sekali, dan melakukan tugas yang di berikan oleh kakenya kemarin."bagaiman,apa kau sudah memutuskan?" tanya sang kakek saat sudah duduk di samping Tiara.Tiara yang mendengar pertanyaan sang kakek sontak menoleh dengan alis mengkerut."memutuskan apa kek?" tanya Tiara yang memang tidak tahu kearah mana ucapan sang kakek."his...dasar bodoh, memutuskan apakan kamu mau menerima lamaran Dewa."Tiara hanya menggeleng,lalu menatap ke arah Dewa yang sedang membolak balikan padi yang di jemurnya."ish...kakek,bukankah aku sudah memasrahkan keputusan ke kakek?""memangnya siapa yang akan menikah dengan Dewa, kalau kakek yang memutuskan berarti kakek yang harus menikahinya." celetuk kakek"ha...ha...ha.." Tiara tertawa lepas mendengar ucapan sang kakek."lah...malah ketawa." ucap kakek jengkel"sebenarnya Tiara masih ragu kek,apa lagi Dewa
Dengan kesal Dewa meninggalkan Hasan yang masih saja cengar-cengir mengejek Dewa. dia melanjutkan membolak-balikkan padi yang tengah di jemurnya,badanya penuh peluh hawa panas menusuk kulitnya yang eksotis. saat sedang fokus dengan pekerjaanya muncul sebuah mobil berwarna putih berhenti di terasa rumah Tiara,alisnya mengerut saat melihat wanita paruh baya yang tidak asing baginya.wanita itu Astuti,dia menatap penasaran ke arah Dewa,hari ini ia akan menemui pria berumur tiga puluh tahun itu,dia ingin meyakinkan dirinya bahwa dugaanya itu benar dan ia akan memeluk anak yang selama ini ia rindukan. dulu memang dia yang salah karena dia telah tega meninggalkan Dewa yang masih berumur sepuluh tahun karena meninggalnya dan sang suami,dia mempunyai alasan kenapa ia meninggalkan sang buah hati dan berharap sang anak mau memaafkannya.Astuti berjalan mantap ke arah Dewa sambil tersenyum."boleh kita bicara sebentar?"Hasan,dan kakek hanya memandang dari kejauhan Astuti