"Tiara..." panggil Dewa,Tiara menoleh ke asal suara yang memanggil namanya,sungguh ia terkejut siapa yang telah memanggil namanya,lidahnya terasa kelu,badanya tiba-tiba tak bisa di gerakkan.secepat kilat menyadarkan dirinya dari keperluannya,dia lebih memilih mengabaikan Dewa dan terus berjalan untuk membeli eskrim sperti tujuan awalnya ia keluar rumah.Saat akan melewati tubuh Dewa,ia mencekal pergelangan tangan Tiara cukup kuat."Tiara dengarkan aku,aku ingin menjelaskan sesuatu."sungguh saat ini Tiara ingin sekali memeluk Dewa,karena jujur ia juga sangat merindukan sosok lelaki yang menjadi ayah kandung dari anaknya ini."lepas Dewa aku mohon,biarkan aku hidup tenang bersama dengan anakku tanpa hadirmu aku mohon Dewa." ucap Tiara lirih tapi masih bisa di dengar jelas oleh Dewa.Dewa masih mendengar dan tanganya masih mencengkram erat pergelangan Tiara."jika kamu datang hanya untuk menorehkan luka maka pergilah,karena aku hanya ingin bahag
"cepat katakan apa maumu?" tanya Tiara to the point,dan dia masih sibuk memakan eskrimnya.sekarang mereka di sebuah kamar yang cukup luas,Dewa menyewa rumah yang cukup mewah untuk dia tempati dan Wili."kenapa diam,ayo cepat katakan aku tidak ada waktu karena sebentar lagi acara tujuh bulanan akan di mulai,aku tidak mau kakekku kawatir karena tidak menemukan ku." ucap Tiara menyuap eskrim terakhir yang ada di tanganya lalu ia mengambil tisu untuk membersihkan tanganya.Dewa masih diam tak menjawab pertanyaan Tiara,dia malah berjalan mendekati Tiara lalu memeluk tubuh Tiara yang semakin berisi."lepas ih,aku ikut denganmu bukan untuk kau peluk-peluk." ucap Tiara meronta.Dewa melepaskan pelukannya lalu menatap sendu ke wajah Tiara,dia menatap mulut Tiara yang masih ada sisa coklat disana.tanpa kata ia melahap bibir tipis milik Tiara yang sangat ia rindukan. mendapat perlakuan seperti ini Tiara langsung menggigit lidah Dewa yang
pagi ini Dewa akan kerumah Tiara untuk menemui kakek dan nenek Tiara,semalam dia ingin berbicara secara pribadi,tetapi susananya tidak mendukung. dia menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan kakek dan nenek tetapi para tamu tak kunjung pulang sampai larut malam,sehingga ia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.dan pagi inilah Dewa memilih waktu untuk bertemu dengan kakek nenek tiara.Dewa turun dari mobilnya saat sudah sampai di teras depan rumah Tiara,kali ini Wili menemaninya,katanya Dewa sangat gugup,dan kurang percaya diri makanya dia meminta Wili untuk menemaninya.sebelum turun Dewa menata rambutnya dan memastikan penampilannya sudah rapi baru dia turun dari mobil dan berjalan menuju rumah yang masih tertutup itu.tok...tok...tok...Dewa mengetuk pintu,lama menunggu tak kunjung ada yang membukanya."Tiara kemana ya,kok dari tadi gak ada yang buka?" tanyanya pada Wilisementara Wili hanya mengedipkan bahunya tanda ia tak tahu."c
setelah sampai rumah Tiara memakan rujak dengan lahap di teras Depan sambil menunggu kakek dan neneknya datang. saat sedang asik menyuap tiba-tiba Dewa duduk di depannya sambil mengambil air es yang ada di gelas lalu meneguknya hingga tandas. Tiara melongo di buatnya."sedang makan apa sayang?" tanya Dewa"makan rujak." jawabnya singkat"sepertinya enak,boleh aku minta?""tidak..."tak berselang lama sebuah truk datang menyusul kakek dan neneknya."sana bantuin kakek,kalau tidak mau dimarahi." Dewa tersenyum lalu beranjak dari duduknya, lalu membantu menurunkan karung-karung padi.🥀🥀🥀🥀sungguh seharian ini membuat tenaga Dewa terkuras habis,apalagi sang kakek terus saja mengomel,kalau dia tidak ingat kalau kakek tua itu adalah lelaki kesayangan Tiara,ia pasti sudah membuat pelajaran kepada kakek tua itu.kini ia dan Wili terlihat segar karena sehabis mandi,untung tadi dia selalu menyiapkan baju di dalam mobilnya sehingga ia tak perl
Tiara duduk di teras rumah, memperhatikan Dewa yang sedang menjemur padi. Dewa datang kerumahnya pagi-pagi sekali, dan melakukan tugas yang di berikan oleh kakenya kemarin."bagaiman,apa kau sudah memutuskan?" tanya sang kakek saat sudah duduk di samping Tiara.Tiara yang mendengar pertanyaan sang kakek sontak menoleh dengan alis mengkerut."memutuskan apa kek?" tanya Tiara yang memang tidak tahu kearah mana ucapan sang kakek."his...dasar bodoh, memutuskan apakan kamu mau menerima lamaran Dewa."Tiara hanya menggeleng,lalu menatap ke arah Dewa yang sedang membolak balikan padi yang di jemurnya."ish...kakek,bukankah aku sudah memasrahkan keputusan ke kakek?""memangnya siapa yang akan menikah dengan Dewa, kalau kakek yang memutuskan berarti kakek yang harus menikahinya." celetuk kakek"ha...ha...ha.." Tiara tertawa lepas mendengar ucapan sang kakek."lah...malah ketawa." ucap kakek jengkel"sebenarnya Tiara masih ragu kek,apa lagi Dewa
Dengan kesal Dewa meninggalkan Hasan yang masih saja cengar-cengir mengejek Dewa. dia melanjutkan membolak-balikkan padi yang tengah di jemurnya,badanya penuh peluh hawa panas menusuk kulitnya yang eksotis. saat sedang fokus dengan pekerjaanya muncul sebuah mobil berwarna putih berhenti di terasa rumah Tiara,alisnya mengerut saat melihat wanita paruh baya yang tidak asing baginya.wanita itu Astuti,dia menatap penasaran ke arah Dewa,hari ini ia akan menemui pria berumur tiga puluh tahun itu,dia ingin meyakinkan dirinya bahwa dugaanya itu benar dan ia akan memeluk anak yang selama ini ia rindukan. dulu memang dia yang salah karena dia telah tega meninggalkan Dewa yang masih berumur sepuluh tahun karena meninggalnya dan sang suami,dia mempunyai alasan kenapa ia meninggalkan sang buah hati dan berharap sang anak mau memaafkannya.Astuti berjalan mantap ke arah Dewa sambil tersenyum."boleh kita bicara sebentar?"Hasan,dan kakek hanya memandang dari kejauhan Astuti
sudah seminggu Tiara membujuk Dewa untuk bertemu dengan ibu Astuti tetapi Dewa slalu saja menolaknya. ibu Astuti juga tak kalah gencar dalam mencari perhatian sang anak yang sangat di rindukanya tetapi anaknya itu benar-benar keras kepala.seperti saat ini Tiara sengaja membawa Dewa jalan-jalan keliling kampung dan berujung di sebuah taman. dia sengaja mengajak Dewa kesini karena selain suasananya nyaman tetapi juga ada beberapa penjual makanan yang membuatnya ingin membeli dan memakanya."Tiara besok Tante Anisa akan datang bersama om Frans dan Wili untuk melamarmu." ucap Dewa kepada Tiara saat sudah duduk di sebuah bangku dan Tiara sedang memakan rujak mangga muda yang di belinya tadi.mendengar itu Tiara menghentikan kunyahanya dan menoleh ke arah Dewa dengan ekspresi terkejut."kok cepet?" tanya Tiara dengan nada terkejutnyaDewa tersenyum lembut ia mengelap bibir Tiara yang blepotan sambal rujak yang ia makan."Iya aku ingin kita segera menikah dan aku akan membawamu ke Jakarta! k
Dewa sedang duduk di kursi tunggu di bandara Semarang. ia menunggu kedatangan keluarganya,karena besok rencananya ia akan melamar Tiara dan meminta kepada Tantenya Anisa ,om Pram dan Wili untuk datang."kak...di sini." ucap Dewa sambil melambaikan tangannya saat ia melihat sosok yang sangat ia kenali.Nisha tersenyum melihat keponakanya,ia berjalan sambil menggandeng sang suami dan Wili yang berjalan di belakang mereka."Kaka,apa kabar?" ucap Dewa sambil memeluk Anisha"tentu saja Kaka baik,apalagi keponakan bodohku sebentar lagi akan menikah.""om...terimakasih sudah menyempatkan mau datang ke acara ku." ucap Dewa sambil memeluk om yang sudah ia anggap sebagai ayahnya.setelah itu ia memeluk Wili dan tos ala lelaki."kak,aku punya kejutan untukmu." ucap Dewa sambil memeluk bahu Tante rasa Kaka itu."kejutan apa itu?" ucap Anisa sambil menghentikan langkahnya lalu menatap sang keponakan."his...kakak ini,kalau aku kasih tahu bukan kejutan na