"cepat katakan apa maumu?" tanya Tiara to the point,dan dia masih sibuk memakan eskrimnya.sekarang mereka di sebuah kamar yang cukup luas,Dewa menyewa rumah yang cukup mewah untuk dia tempati dan Wili."kenapa diam,ayo cepat katakan aku tidak ada waktu karena sebentar lagi acara tujuh bulanan akan di mulai,aku tidak mau kakekku kawatir karena tidak menemukan ku." ucap Tiara menyuap eskrim terakhir yang ada di tanganya lalu ia mengambil tisu untuk membersihkan tanganya.Dewa masih diam tak menjawab pertanyaan Tiara,dia malah berjalan mendekati Tiara lalu memeluk tubuh Tiara yang semakin berisi."lepas ih,aku ikut denganmu bukan untuk kau peluk-peluk." ucap Tiara meronta.Dewa melepaskan pelukannya lalu menatap sendu ke wajah Tiara,dia menatap mulut Tiara yang masih ada sisa coklat disana.tanpa kata ia melahap bibir tipis milik Tiara yang sangat ia rindukan. mendapat perlakuan seperti ini Tiara langsung menggigit lidah Dewa yang
pagi ini Dewa akan kerumah Tiara untuk menemui kakek dan nenek Tiara,semalam dia ingin berbicara secara pribadi,tetapi susananya tidak mendukung. dia menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan kakek dan nenek tetapi para tamu tak kunjung pulang sampai larut malam,sehingga ia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.dan pagi inilah Dewa memilih waktu untuk bertemu dengan kakek nenek tiara.Dewa turun dari mobilnya saat sudah sampai di teras depan rumah Tiara,kali ini Wili menemaninya,katanya Dewa sangat gugup,dan kurang percaya diri makanya dia meminta Wili untuk menemaninya.sebelum turun Dewa menata rambutnya dan memastikan penampilannya sudah rapi baru dia turun dari mobil dan berjalan menuju rumah yang masih tertutup itu.tok...tok...tok...Dewa mengetuk pintu,lama menunggu tak kunjung ada yang membukanya."Tiara kemana ya,kok dari tadi gak ada yang buka?" tanyanya pada Wilisementara Wili hanya mengedipkan bahunya tanda ia tak tahu."c
setelah sampai rumah Tiara memakan rujak dengan lahap di teras Depan sambil menunggu kakek dan neneknya datang. saat sedang asik menyuap tiba-tiba Dewa duduk di depannya sambil mengambil air es yang ada di gelas lalu meneguknya hingga tandas. Tiara melongo di buatnya."sedang makan apa sayang?" tanya Dewa"makan rujak." jawabnya singkat"sepertinya enak,boleh aku minta?""tidak..."tak berselang lama sebuah truk datang menyusul kakek dan neneknya."sana bantuin kakek,kalau tidak mau dimarahi." Dewa tersenyum lalu beranjak dari duduknya, lalu membantu menurunkan karung-karung padi.🥀🥀🥀🥀sungguh seharian ini membuat tenaga Dewa terkuras habis,apalagi sang kakek terus saja mengomel,kalau dia tidak ingat kalau kakek tua itu adalah lelaki kesayangan Tiara,ia pasti sudah membuat pelajaran kepada kakek tua itu.kini ia dan Wili terlihat segar karena sehabis mandi,untung tadi dia selalu menyiapkan baju di dalam mobilnya sehingga ia tak perl
Tiara duduk di teras rumah, memperhatikan Dewa yang sedang menjemur padi. Dewa datang kerumahnya pagi-pagi sekali, dan melakukan tugas yang di berikan oleh kakenya kemarin."bagaiman,apa kau sudah memutuskan?" tanya sang kakek saat sudah duduk di samping Tiara.Tiara yang mendengar pertanyaan sang kakek sontak menoleh dengan alis mengkerut."memutuskan apa kek?" tanya Tiara yang memang tidak tahu kearah mana ucapan sang kakek."his...dasar bodoh, memutuskan apakan kamu mau menerima lamaran Dewa."Tiara hanya menggeleng,lalu menatap ke arah Dewa yang sedang membolak balikan padi yang di jemurnya."ish...kakek,bukankah aku sudah memasrahkan keputusan ke kakek?""memangnya siapa yang akan menikah dengan Dewa, kalau kakek yang memutuskan berarti kakek yang harus menikahinya." celetuk kakek"ha...ha...ha.." Tiara tertawa lepas mendengar ucapan sang kakek."lah...malah ketawa." ucap kakek jengkel"sebenarnya Tiara masih ragu kek,apa lagi Dewa
Dengan kesal Dewa meninggalkan Hasan yang masih saja cengar-cengir mengejek Dewa. dia melanjutkan membolak-balikkan padi yang tengah di jemurnya,badanya penuh peluh hawa panas menusuk kulitnya yang eksotis. saat sedang fokus dengan pekerjaanya muncul sebuah mobil berwarna putih berhenti di terasa rumah Tiara,alisnya mengerut saat melihat wanita paruh baya yang tidak asing baginya.wanita itu Astuti,dia menatap penasaran ke arah Dewa,hari ini ia akan menemui pria berumur tiga puluh tahun itu,dia ingin meyakinkan dirinya bahwa dugaanya itu benar dan ia akan memeluk anak yang selama ini ia rindukan. dulu memang dia yang salah karena dia telah tega meninggalkan Dewa yang masih berumur sepuluh tahun karena meninggalnya dan sang suami,dia mempunyai alasan kenapa ia meninggalkan sang buah hati dan berharap sang anak mau memaafkannya.Astuti berjalan mantap ke arah Dewa sambil tersenyum."boleh kita bicara sebentar?"Hasan,dan kakek hanya memandang dari kejauhan Astuti
sudah seminggu Tiara membujuk Dewa untuk bertemu dengan ibu Astuti tetapi Dewa slalu saja menolaknya. ibu Astuti juga tak kalah gencar dalam mencari perhatian sang anak yang sangat di rindukanya tetapi anaknya itu benar-benar keras kepala.seperti saat ini Tiara sengaja membawa Dewa jalan-jalan keliling kampung dan berujung di sebuah taman. dia sengaja mengajak Dewa kesini karena selain suasananya nyaman tetapi juga ada beberapa penjual makanan yang membuatnya ingin membeli dan memakanya."Tiara besok Tante Anisa akan datang bersama om Frans dan Wili untuk melamarmu." ucap Dewa kepada Tiara saat sudah duduk di sebuah bangku dan Tiara sedang memakan rujak mangga muda yang di belinya tadi.mendengar itu Tiara menghentikan kunyahanya dan menoleh ke arah Dewa dengan ekspresi terkejut."kok cepet?" tanya Tiara dengan nada terkejutnyaDewa tersenyum lembut ia mengelap bibir Tiara yang blepotan sambal rujak yang ia makan."Iya aku ingin kita segera menikah dan aku akan membawamu ke Jakarta! k
Dewa sedang duduk di kursi tunggu di bandara Semarang. ia menunggu kedatangan keluarganya,karena besok rencananya ia akan melamar Tiara dan meminta kepada Tantenya Anisa ,om Pram dan Wili untuk datang."kak...di sini." ucap Dewa sambil melambaikan tangannya saat ia melihat sosok yang sangat ia kenali.Nisha tersenyum melihat keponakanya,ia berjalan sambil menggandeng sang suami dan Wili yang berjalan di belakang mereka."Kaka,apa kabar?" ucap Dewa sambil memeluk Anisha"tentu saja Kaka baik,apalagi keponakan bodohku sebentar lagi akan menikah.""om...terimakasih sudah menyempatkan mau datang ke acara ku." ucap Dewa sambil memeluk om yang sudah ia anggap sebagai ayahnya.setelah itu ia memeluk Wili dan tos ala lelaki."kak,aku punya kejutan untukmu." ucap Dewa sambil memeluk bahu Tante rasa Kaka itu."kejutan apa itu?" ucap Anisa sambil menghentikan langkahnya lalu menatap sang keponakan."his...kakak ini,kalau aku kasih tahu bukan kejutan na
Dewa bersama keluarga besarnya datang kerumah Tiara untuk melamarnya.Dewa sedang duduk di ruang tamu,dengan gugup ia menunggu kedatangan kakek dan neneknya."heh...baru lamaran saja kau sudah terlihat pucat begitu,apalagi nanti saat kau ijab?" ledek Wili"his....suatu saat kamu pasti akan merasakan,jadi awas kamu." ancam Dewasementara yang di ancam malah nyengir memperlihatkan gigi-gigi putihnya.ekhem...suara deheman terdengar,lalu semua orang yang berada di situ melihat ke asal suara. disana ternyata kakek Tiara bersama sang istri dan di susul oleh Tiara. Dewa terpana melihat Tiara yang memakai kebaya dan rok span batik yang pas di tubuhnya dan jangan lupakan perut buncitnya,Dewa menyukainya. Tiara malam ini terlihat begitu anggun dan cantik."ekhem...jangan lupa berkedip." goda Wili"apaan sih." Dewa salah tingkah.sementara yang lain hanya terkekeh melihat kelakuan dua orang bersaudara itu."begini kek,kami kesini bermaksud i
Wili dan Intan memutuskan untuk duduk di taman sembari mengawasi anak-anak mereka yang sedang asik bermain."bagaimana kabarmu dek?" tanya Wili setelah cukup lama terdiam."aku baik mas,bagiamana dengan kamu dan Angeline?" tanya Intan.memang selama berpisah Intan tidak pernah tahu bagaimana keadaan Wili,meskipun mertuanya selalu datang untuk menemuinya dan putrinya tetapi Intan tak bertanya dan Anisa pun tak pernah mengungkit atau bercerita tentang Wili kepada Intan.Wili tersenyum kecut mendengar pertanyaan Intan,ternyata Intan memang sudah tidak ingin mengetahui apapun tentang dirinya setelah perpisahan mereka."mas baik,Angeline...sudah meninggal saat umur Naufal masih terhitung hari."Intan terkejut mendengar jawaban dari Wili,"maaf mas aku sungguh tidak tahu." ucap Intan menyesal."sudahlah, lupakan. aku tak menyangka jika anak kita akan tumbuh sehat dan cantik sepertimu dek." ucap Wili mengalihkan pembicaraan,dia tak ingin mengingat tentang kejadian beberapa tahun yang lalu."
lima tahun berlalu,selama itu juga Wili sama sekali belum bertemu dengan Intan. walau terkadang ia ingin sekali mencari tahu tentang keadaan Intan,tetapi ia takut jika bertemu dengan mantan istrinya itu dia akan kembali memberikan luka kepada Intan.Wili memang menyesal dengan apa yang telah dia lakukan kepada Intan,tetapi penyesalan takkan merubah apapun. kehidupan rumah tangganya bersama Angeline juga tak semulus yang ia bayangkan.hubungan mereka mulai merenggang ketika Wili tak sengaja membaca pesan yang masuk di ponsel milik Angeline."boss,kapan anda mentransfer uangnya,saya sudah melakukan apa yang anda inginkan."kedua alis Wili bertaut saat tak sengaja membacanya,penasaran Wili akhirnya membuka dan menscrol percakapan sebelumnya. betapa terkejutnya Wili saat membacanya,jadi selama ini lah Angeline yang berusaha memisahkan dirinya dengan Intan dengan cara mematai-matai Intan dan mengambil beberapa foto Intan yang terlihat mesra dan nyata."mas sedang apa?" tegur Angeline saat
"cepat katakan apa maksud kedatanganmu kesini." ucap papa sedikit kesal karena Wili tak kunjung menjawab pertanyaannya."saya kesini hanya ingin menanyakan keberadaan Intan,pa.""apa maksudmu,bukankah Intan itu istri kamu?kenapa tanya kepada saya?" ucap papa sambil menaikkan sebelah alisnya."pa,saya tahu kalau Intan sudah menceritakan tentang rencana perceraian kami,tapi saya mohon tolong beri tahu saya dimana Intan,saya hanya ingin memastikan Intan baik-baik saja." ucap Wili jujur,sungguh kali ini Wili menaruh harapan kepada orang tua Intan.papa tersenyum masam mendengar ucapan menantunya itu,bukan tepatnya mantan menantu karena dirinya takkan membiarkan Intan hidup bersama dengan pria yang tak bertanggung jawab bahkan tega menyakiti putri semata wayangnya itu."pergilah karena,saya maupun istri saya tidak akan pernah memberitahu dimana anak dan cucu saya berada.bukankah ini yang kamu inginkan?dan satu lagi,biarkan anak saya hidup bahagia bersama anaknya tanpa adanya dirimu." ungka
Wili membuka matanya saat matahari pagi menyorot tepat ke arah wajahnya,ia melihat jam yang menggantung di tembok. seketika matanya melotot melihat sudah pukul sepuluh pagi dan dirinya baru bangun dari tidurnya.tanpa pikir panjang Wili melangkahkan kakinya untuk segera ke kamarnya dan Intan. ia harus mencegah Intan untuk pergi,setidaknya sampai Intan melahirkan,karena ia takkan membiarkan intan hidup sendirian apa lagi Intan tengah hamil anaknya."dek..." panggil Wili saat sudah sampai di kamar,tetapi ia tak menemui sosok yang ia cari. Wili melangkah ke arah kamar mandi tetapi ia juga tak menemukan Intan.Wili berpikir kemana Intan pergi,lalu matanya melihat ke arah lemari,Wili membukanya seketika Wili mematung melihat isi lemari milik Intan sudah kosong itu tandanya Intan sudah pergi dari hidupnya,sepeti kata Intan semalam.padahal Wili hanya ingin memastikan Intan hidup baik-baik saja meskipun tak bersamanya dirinya,tetapi setidaknya Wili bisa memantau ke adaan Intan.Wili mengamb
"apa kalian sedang ada masalah?katakan sejujurnya." ucap Anisa karena melihat gerak-gerik keduanya."ma aku...." ucapan Wili terpotong,"mas Wili masih mempertahankan pernikahanya dengan Angeline ma,dan aku lebih memilih mundur. untuk anak ini biarlah aku sendiri yang mengurusnya,tetapi mama tenang saja aku tidak akan melarang mama maupun mas Wili untuk menemuinya karena bagaimanapun mama adalah neneknya dan mas Wili adalah ayahnya.""dek....""maaf mas,aku tidak ingin menghalangi kebahagiaanmu,biarlah aku hidup sendiri bersama anakku. karena aku yakin mas tidak pernah menginginkan kehadiran ya karena akan menjadi panghalangmu." potong Intan secepat mungkin."tidak mama tidak setuju kalian berpisah,dan kamu Wili bukankah mama tidak pernah mengajarimu untuk mengingkari janji?" tanya Anisa dengan penuh kekecewaan."ma,bukanya Wili ingin mengingkari janji tetapi Angeline juga sedang mengandung anakku ma,aku tidak bisa meninggalkanya maafkan aku." ucap Wili menyesal dia menatap mamanya da
sudah dua Minggu Wili pergi,dan selama itu juga Wili tak pernah memberinya kabar. dan Angeline makin gencar mengirimi foto-foto mesra mereka.ingin sekali Intan bertemu dengan dan dia ingin mendengar penjelasan dari Wili."aku harap kau cepat kembali mas,agar semuanya jelas." gumam Intan sembari menatap langit-langit kamarnya kepalanya rasanya berdenyut dan perutnya terasa sangat mual,bahkan setiap pagi ia selalu bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya."apa kamu tahu mas,untuk saat ini aku sangat membutuhkanmu." gumamnya,ia memeringkan tubuhnya semabri memeluk guling dan membayangkan jika yang dia peluk adalah suaminya."aku merindukanmu mas,kapan kamu akan pulang?dan aku berharap semua video dan foto hanyalah rekayasa untuk memisahkan kita." gumam intan,dia sungguh berharap semua bukti yang di kirimkan oleh Angeline hanyalah rekayasa.Brak...suara pintu kamar di buka dengan sangat kasar,hingga membuat Intan terlonjak kaget.dengan segera ia melihat siapa yang sudah b
hari ini hari kedua Wili berada di luar kota,tetapi sedari tadi pagi Wili tidak ada kabar sama sekali,Intan berusaha menghubungi ponsel wili tetapi nomor Wili tidak aktif."kamu kemana sih,mas?paling gak kasih aku kabar biar aku tak kawatir." gumam Intan melihat benda pipih yang ada di tangannya.Wili yang belum memberi kabar seharian ini membuat Intan tak bisa berkonsentrasi,pekerjaanya menjadi kacau. dari pada membuat pekrjaan semakin berantakan Intan memutuskan untuk menenangkan diri,berjalan kaki di taman dekat cafe miliknya. entah kenapa berbagai macam pikiran buruk masuk ke dalam otak kecilnya. dengan sekuat tenaga Intan berusaha membuang pikiran buruk itu."aku harus percaya dengan suamiku,meskipun ia pernah mengecewakan tetapi aku yakin dia akan berubah." gumam Intan.Intan menatap ke arah anak-anak yang sedang asik bermain kejar-kejaran. suara tawa riang menghiasi wajah mereka,sungguh pemandangan ini membuat Intan bisa sedikit melupakan permasalahan yang sedang ia hadapi.Inta
pagi ini Intan sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya,meski di sini ada beberapa asisten tetapi Intan ingin dirinya yang menyiapkan semua keperluan sang suami sendiri."masak apa dek...?" tanya Wili yang tiba-tiba sudah memeluknya dengan erat."ini masalah nasi goreng seafood mas,kesukaan mas." ucap Intan membalikkan badanya lalu membalas pelukan suaminya. mulai sekarang Intan akan bersikap lebih agresif dan tak sungkan untuk memperlihatkan kalau dirinya sangat mencintai sang suami.terhitung sudah satu Minggu Intan keluar dari rumah sakit dan kondisinya sudah sangat membaik berkat sikap Wili yang berubah menjadi manis dan penuh perhatian."seharusnya kamu gak ninggalin mas sendirian dek,biar bik Narsih aja yang masak." ucap Wili yang membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya."gak apa-apa mas,aku hanya ingin menyiapkan keperluan mas sendiri,lebih baik mas tunggu di meja makan biar aku siapkan nasi goreng."Wili mengangkat wajahnya lalu menghembuskan nafas pelan,ia menatap
dua Minggu lamanya intan di rawat,dan hari ini ia di perbolehkan untuk pulang. dan selama di rumah sakit Wili tak pernah meninggalkan intan sendirian,meskipun Wili masih saja sibuk dengan ponselnya dan beberapa pekerjaanya yang dikirim oleh sekeetarisnya."semuanya sudah siap dek?" pertanyaan Wili membuyarkan lamunan Intan.intan mengangguk dan tersenyum, Wili mendekatinya lalu memeluk pinggangnya dan berjalan keluar kamar."masih bisa jalan kan?" tanya Wili pada Intan "iya mas..." jawab intan tersenyum.mereka berjalan perlahan menuju parkiran mobil,saat sedang berjalan mereka tak sengaja berpapasan dengan Angeline yang kebetulan memang ada keperluan di rumah sakit ini.memang Angeline beberapa kali tidak sengaja bertemu dengan Anisha,ia berusaha ingin mengambil lagi hati mertuanya itu tetapi Anisha seolah acuh dan tak pernah peduli dengan keberadaan nya."Will...kenapa kau tak pernah balas chatku dan mengangkat telponku?" tanya Angeline saat melihat Wili dan intan.Wili menatap Ang