Dengan kesal Dewa meninggalkan Hasan yang masih saja cengar-cengir mengejek Dewa. dia melanjutkan membolak-balikkan padi yang tengah di jemurnya,badanya penuh peluh hawa panas menusuk kulitnya yang eksotis. saat sedang fokus dengan pekerjaanya muncul sebuah mobil berwarna putih berhenti di terasa rumah Tiara,alisnya mengerut saat melihat wanita paruh baya yang tidak asing baginya.wanita itu Astuti,dia menatap penasaran ke arah Dewa,hari ini ia akan menemui pria berumur tiga puluh tahun itu,dia ingin meyakinkan dirinya bahwa dugaanya itu benar dan ia akan memeluk anak yang selama ini ia rindukan. dulu memang dia yang salah karena dia telah tega meninggalkan Dewa yang masih berumur sepuluh tahun karena meninggalnya dan sang suami,dia mempunyai alasan kenapa ia meninggalkan sang buah hati dan berharap sang anak mau memaafkannya.Astuti berjalan mantap ke arah Dewa sambil tersenyum."boleh kita bicara sebentar?"Hasan,dan kakek hanya memandang dari kejauhan Astuti
sudah seminggu Tiara membujuk Dewa untuk bertemu dengan ibu Astuti tetapi Dewa slalu saja menolaknya. ibu Astuti juga tak kalah gencar dalam mencari perhatian sang anak yang sangat di rindukanya tetapi anaknya itu benar-benar keras kepala.seperti saat ini Tiara sengaja membawa Dewa jalan-jalan keliling kampung dan berujung di sebuah taman. dia sengaja mengajak Dewa kesini karena selain suasananya nyaman tetapi juga ada beberapa penjual makanan yang membuatnya ingin membeli dan memakanya."Tiara besok Tante Anisa akan datang bersama om Frans dan Wili untuk melamarmu." ucap Dewa kepada Tiara saat sudah duduk di sebuah bangku dan Tiara sedang memakan rujak mangga muda yang di belinya tadi.mendengar itu Tiara menghentikan kunyahanya dan menoleh ke arah Dewa dengan ekspresi terkejut."kok cepet?" tanya Tiara dengan nada terkejutnyaDewa tersenyum lembut ia mengelap bibir Tiara yang blepotan sambal rujak yang ia makan."Iya aku ingin kita segera menikah dan aku akan membawamu ke Jakarta! k
Dewa sedang duduk di kursi tunggu di bandara Semarang. ia menunggu kedatangan keluarganya,karena besok rencananya ia akan melamar Tiara dan meminta kepada Tantenya Anisa ,om Pram dan Wili untuk datang."kak...di sini." ucap Dewa sambil melambaikan tangannya saat ia melihat sosok yang sangat ia kenali.Nisha tersenyum melihat keponakanya,ia berjalan sambil menggandeng sang suami dan Wili yang berjalan di belakang mereka."Kaka,apa kabar?" ucap Dewa sambil memeluk Anisha"tentu saja Kaka baik,apalagi keponakan bodohku sebentar lagi akan menikah.""om...terimakasih sudah menyempatkan mau datang ke acara ku." ucap Dewa sambil memeluk om yang sudah ia anggap sebagai ayahnya.setelah itu ia memeluk Wili dan tos ala lelaki."kak,aku punya kejutan untukmu." ucap Dewa sambil memeluk bahu Tante rasa Kaka itu."kejutan apa itu?" ucap Anisa sambil menghentikan langkahnya lalu menatap sang keponakan."his...kakak ini,kalau aku kasih tahu bukan kejutan na
Dewa bersama keluarga besarnya datang kerumah Tiara untuk melamarnya.Dewa sedang duduk di ruang tamu,dengan gugup ia menunggu kedatangan kakek dan neneknya."heh...baru lamaran saja kau sudah terlihat pucat begitu,apalagi nanti saat kau ijab?" ledek Wili"his....suatu saat kamu pasti akan merasakan,jadi awas kamu." ancam Dewasementara yang di ancam malah nyengir memperlihatkan gigi-gigi putihnya.ekhem...suara deheman terdengar,lalu semua orang yang berada di situ melihat ke asal suara. disana ternyata kakek Tiara bersama sang istri dan di susul oleh Tiara. Dewa terpana melihat Tiara yang memakai kebaya dan rok span batik yang pas di tubuhnya dan jangan lupakan perut buncitnya,Dewa menyukainya. Tiara malam ini terlihat begitu anggun dan cantik."ekhem...jangan lupa berkedip." goda Wili"apaan sih." Dewa salah tingkah.sementara yang lain hanya terkekeh melihat kelakuan dua orang bersaudara itu."begini kek,kami kesini bermaksud i
pukul tujuh malam Dewa baru pulang ke rumahnya,ia heran mendengar suara lelaki asing tetapi dia seperti mengenal suara itu.Dewa berjalan menuju ruang keluarga,dia ingin melihat siapa yang tengah bersenda gurau dengan keluarganya itu.Dewa menatap tajam ke arah lelaki yang seumuran denganya,ternyata dia Rangga Aditya yang pernah menjebaknya beberapa bulan lalu,demi melancarkan usaha bisnisnya dia rela melakukan hal licik dengan menjebak Dewa."hai kak,sudah pulang?" sapa Wulan saat melihat kakanya sudah berdiri di dekat mereka.sontak orang yang berada di situ menoleh ke arah Dewa,sementara Rangga hanya tersenyum miring saat melihat ternyata yang menjadi Kaka iparnya adalah Dewa.Dewa mencoba menahan amarahnya,karena dia tak ingin keluarganya kecewa dengan tindakan menantu mereka.apalagi sekarang adiknya tengah hamil,ia tak ingin adiknya kecewa dan mempengaruhi kehamilannya karena terlalu stres memikirkan suami yang di cintai y
hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Dewa. ia sangat gugup saat akad akan di mulai. Dewa duduk dengan gelisah di depan pak penghulu dan kakek yang akan berperan sebagai wali Tiara nanti.Dewa duduk dengan gelisah karena mempelai wanitanya tak kunjung datang,sungguh ia tak sabar ingin segera menyelesaikan ijab qobul dan segera memiliki Tiara seutuhnya."hei...tenang brother jangan gugup seperti itu." ucap Wili menenangkan. Dewa hanya melihat sekilas ke arah Wili,dan kembali mengusap kedua telapak tanganya yang terasa dingin."Dewa,bagaimana kalau aku yang menggantikan posisimu saja." ucap Wili sambil tersenyum jahil"dalam mimpimu." geram Dewa sempat-sempatnya adik sepupunya itu menggodanya.sementara Wili hanya terkekeh melihat Dewa yang jengkel mendengar ucapannya."Wili,sudah jangan kau ganggu Dewa." ucap Frans menegur anaknya itu. sungguh ia tak hasib dikit kenapa dua orang pemuda itu slalu saja berdebat d
warning mengandung konten DEWASA acara pernikahan berlangsung dengan lancar,kini Dewa dan Tiara berada di rumah kakek Tiara.mereka sepakat setelah menikah Dewa akan memboyong Tiara ke Jakarta,karena itu Dewa dan Tiara memutuskan untuk menginap di rumah kakeknya sebelum ia pergi ke Jakarta bersama sang suami."Tiara boleh nenek masuk?" tanya sang nenek saat sudah mengetuk pintu."masuk saja nek tidak di kunci."Tiara memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu,karena dia sudah merasa lelah. sementara Dewa masih menemani keluarganya untuk mengobrol.sang nenek memasuki kamar cucunya sambil tersenyum, Tiara yang terlihat lebih segar karena sehabis mandi."Tiara nenek ingin membicarakan sesuatu." ucap sang nenek saat sudah duduk di ranjang dekat dengan meja rias Tiara.Tiara menghentikan kegiatanya yang sedang menyisir rambut panjangnya."ya nek,ingin bicara apa?" tanya Tiara yang sudah menghadap sang nenek."Tiara sekarang kamu suda
Wili melihat jam yang berada di atas nakas,memang semalam ia memutuskan untuk menginap di rumah kakek Tiara,karena sudah sangat mengantuk.tetapi sialnya dia mendapatkan kamar tepat di sebelah pengantin baru itu,semalam bukanya bisa tidur nyenyak dia harus mendengarkan suara ambigu yang terdengar dari kamar sebelah. dia benar-benar tak bisa tidur.dia baru bisa tertidur pukul tiga dini hari,dan sekarang baru pukul setengah enam pagi tidurnya harus terganggu lagi karena mendengar suara seperti semalam.dengan kesal ia bangun dan keluar kamar,dia lebih memilih untuk mandi dari pada harus mendengarkan suara yang membuat bulu kuduknya merinding."loh,sudah bangun?" tanya sang nenek saat melihat Wili yang ingin mandi"iya nek.""pasti ke ganggu suara Tiara sama Dewa yang sedang nyanyi ya?"Wili hanya tersenyum kikuk dan tidak meladeni sang nenek."ya ws sana dang aduso." suruh sang nenektanpa pikir panjang Wili langsung masuk kamar mandi dan men
Wili dan Intan memutuskan untuk duduk di taman sembari mengawasi anak-anak mereka yang sedang asik bermain."bagaimana kabarmu dek?" tanya Wili setelah cukup lama terdiam."aku baik mas,bagiamana dengan kamu dan Angeline?" tanya Intan.memang selama berpisah Intan tidak pernah tahu bagaimana keadaan Wili,meskipun mertuanya selalu datang untuk menemuinya dan putrinya tetapi Intan tak bertanya dan Anisa pun tak pernah mengungkit atau bercerita tentang Wili kepada Intan.Wili tersenyum kecut mendengar pertanyaan Intan,ternyata Intan memang sudah tidak ingin mengetahui apapun tentang dirinya setelah perpisahan mereka."mas baik,Angeline...sudah meninggal saat umur Naufal masih terhitung hari."Intan terkejut mendengar jawaban dari Wili,"maaf mas aku sungguh tidak tahu." ucap Intan menyesal."sudahlah, lupakan. aku tak menyangka jika anak kita akan tumbuh sehat dan cantik sepertimu dek." ucap Wili mengalihkan pembicaraan,dia tak ingin mengingat tentang kejadian beberapa tahun yang lalu."
lima tahun berlalu,selama itu juga Wili sama sekali belum bertemu dengan Intan. walau terkadang ia ingin sekali mencari tahu tentang keadaan Intan,tetapi ia takut jika bertemu dengan mantan istrinya itu dia akan kembali memberikan luka kepada Intan.Wili memang menyesal dengan apa yang telah dia lakukan kepada Intan,tetapi penyesalan takkan merubah apapun. kehidupan rumah tangganya bersama Angeline juga tak semulus yang ia bayangkan.hubungan mereka mulai merenggang ketika Wili tak sengaja membaca pesan yang masuk di ponsel milik Angeline."boss,kapan anda mentransfer uangnya,saya sudah melakukan apa yang anda inginkan."kedua alis Wili bertaut saat tak sengaja membacanya,penasaran Wili akhirnya membuka dan menscrol percakapan sebelumnya. betapa terkejutnya Wili saat membacanya,jadi selama ini lah Angeline yang berusaha memisahkan dirinya dengan Intan dengan cara mematai-matai Intan dan mengambil beberapa foto Intan yang terlihat mesra dan nyata."mas sedang apa?" tegur Angeline saat
"cepat katakan apa maksud kedatanganmu kesini." ucap papa sedikit kesal karena Wili tak kunjung menjawab pertanyaannya."saya kesini hanya ingin menanyakan keberadaan Intan,pa.""apa maksudmu,bukankah Intan itu istri kamu?kenapa tanya kepada saya?" ucap papa sambil menaikkan sebelah alisnya."pa,saya tahu kalau Intan sudah menceritakan tentang rencana perceraian kami,tapi saya mohon tolong beri tahu saya dimana Intan,saya hanya ingin memastikan Intan baik-baik saja." ucap Wili jujur,sungguh kali ini Wili menaruh harapan kepada orang tua Intan.papa tersenyum masam mendengar ucapan menantunya itu,bukan tepatnya mantan menantu karena dirinya takkan membiarkan Intan hidup bersama dengan pria yang tak bertanggung jawab bahkan tega menyakiti putri semata wayangnya itu."pergilah karena,saya maupun istri saya tidak akan pernah memberitahu dimana anak dan cucu saya berada.bukankah ini yang kamu inginkan?dan satu lagi,biarkan anak saya hidup bahagia bersama anaknya tanpa adanya dirimu." ungka
Wili membuka matanya saat matahari pagi menyorot tepat ke arah wajahnya,ia melihat jam yang menggantung di tembok. seketika matanya melotot melihat sudah pukul sepuluh pagi dan dirinya baru bangun dari tidurnya.tanpa pikir panjang Wili melangkahkan kakinya untuk segera ke kamarnya dan Intan. ia harus mencegah Intan untuk pergi,setidaknya sampai Intan melahirkan,karena ia takkan membiarkan intan hidup sendirian apa lagi Intan tengah hamil anaknya."dek..." panggil Wili saat sudah sampai di kamar,tetapi ia tak menemui sosok yang ia cari. Wili melangkah ke arah kamar mandi tetapi ia juga tak menemukan Intan.Wili berpikir kemana Intan pergi,lalu matanya melihat ke arah lemari,Wili membukanya seketika Wili mematung melihat isi lemari milik Intan sudah kosong itu tandanya Intan sudah pergi dari hidupnya,sepeti kata Intan semalam.padahal Wili hanya ingin memastikan Intan hidup baik-baik saja meskipun tak bersamanya dirinya,tetapi setidaknya Wili bisa memantau ke adaan Intan.Wili mengamb
"apa kalian sedang ada masalah?katakan sejujurnya." ucap Anisa karena melihat gerak-gerik keduanya."ma aku...." ucapan Wili terpotong,"mas Wili masih mempertahankan pernikahanya dengan Angeline ma,dan aku lebih memilih mundur. untuk anak ini biarlah aku sendiri yang mengurusnya,tetapi mama tenang saja aku tidak akan melarang mama maupun mas Wili untuk menemuinya karena bagaimanapun mama adalah neneknya dan mas Wili adalah ayahnya.""dek....""maaf mas,aku tidak ingin menghalangi kebahagiaanmu,biarlah aku hidup sendiri bersama anakku. karena aku yakin mas tidak pernah menginginkan kehadiran ya karena akan menjadi panghalangmu." potong Intan secepat mungkin."tidak mama tidak setuju kalian berpisah,dan kamu Wili bukankah mama tidak pernah mengajarimu untuk mengingkari janji?" tanya Anisa dengan penuh kekecewaan."ma,bukanya Wili ingin mengingkari janji tetapi Angeline juga sedang mengandung anakku ma,aku tidak bisa meninggalkanya maafkan aku." ucap Wili menyesal dia menatap mamanya da
sudah dua Minggu Wili pergi,dan selama itu juga Wili tak pernah memberinya kabar. dan Angeline makin gencar mengirimi foto-foto mesra mereka.ingin sekali Intan bertemu dengan dan dia ingin mendengar penjelasan dari Wili."aku harap kau cepat kembali mas,agar semuanya jelas." gumam Intan sembari menatap langit-langit kamarnya kepalanya rasanya berdenyut dan perutnya terasa sangat mual,bahkan setiap pagi ia selalu bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya."apa kamu tahu mas,untuk saat ini aku sangat membutuhkanmu." gumamnya,ia memeringkan tubuhnya semabri memeluk guling dan membayangkan jika yang dia peluk adalah suaminya."aku merindukanmu mas,kapan kamu akan pulang?dan aku berharap semua video dan foto hanyalah rekayasa untuk memisahkan kita." gumam intan,dia sungguh berharap semua bukti yang di kirimkan oleh Angeline hanyalah rekayasa.Brak...suara pintu kamar di buka dengan sangat kasar,hingga membuat Intan terlonjak kaget.dengan segera ia melihat siapa yang sudah b
hari ini hari kedua Wili berada di luar kota,tetapi sedari tadi pagi Wili tidak ada kabar sama sekali,Intan berusaha menghubungi ponsel wili tetapi nomor Wili tidak aktif."kamu kemana sih,mas?paling gak kasih aku kabar biar aku tak kawatir." gumam Intan melihat benda pipih yang ada di tangannya.Wili yang belum memberi kabar seharian ini membuat Intan tak bisa berkonsentrasi,pekerjaanya menjadi kacau. dari pada membuat pekrjaan semakin berantakan Intan memutuskan untuk menenangkan diri,berjalan kaki di taman dekat cafe miliknya. entah kenapa berbagai macam pikiran buruk masuk ke dalam otak kecilnya. dengan sekuat tenaga Intan berusaha membuang pikiran buruk itu."aku harus percaya dengan suamiku,meskipun ia pernah mengecewakan tetapi aku yakin dia akan berubah." gumam Intan.Intan menatap ke arah anak-anak yang sedang asik bermain kejar-kejaran. suara tawa riang menghiasi wajah mereka,sungguh pemandangan ini membuat Intan bisa sedikit melupakan permasalahan yang sedang ia hadapi.Inta
pagi ini Intan sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya,meski di sini ada beberapa asisten tetapi Intan ingin dirinya yang menyiapkan semua keperluan sang suami sendiri."masak apa dek...?" tanya Wili yang tiba-tiba sudah memeluknya dengan erat."ini masalah nasi goreng seafood mas,kesukaan mas." ucap Intan membalikkan badanya lalu membalas pelukan suaminya. mulai sekarang Intan akan bersikap lebih agresif dan tak sungkan untuk memperlihatkan kalau dirinya sangat mencintai sang suami.terhitung sudah satu Minggu Intan keluar dari rumah sakit dan kondisinya sudah sangat membaik berkat sikap Wili yang berubah menjadi manis dan penuh perhatian."seharusnya kamu gak ninggalin mas sendirian dek,biar bik Narsih aja yang masak." ucap Wili yang membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya."gak apa-apa mas,aku hanya ingin menyiapkan keperluan mas sendiri,lebih baik mas tunggu di meja makan biar aku siapkan nasi goreng."Wili mengangkat wajahnya lalu menghembuskan nafas pelan,ia menatap
dua Minggu lamanya intan di rawat,dan hari ini ia di perbolehkan untuk pulang. dan selama di rumah sakit Wili tak pernah meninggalkan intan sendirian,meskipun Wili masih saja sibuk dengan ponselnya dan beberapa pekerjaanya yang dikirim oleh sekeetarisnya."semuanya sudah siap dek?" pertanyaan Wili membuyarkan lamunan Intan.intan mengangguk dan tersenyum, Wili mendekatinya lalu memeluk pinggangnya dan berjalan keluar kamar."masih bisa jalan kan?" tanya Wili pada Intan "iya mas..." jawab intan tersenyum.mereka berjalan perlahan menuju parkiran mobil,saat sedang berjalan mereka tak sengaja berpapasan dengan Angeline yang kebetulan memang ada keperluan di rumah sakit ini.memang Angeline beberapa kali tidak sengaja bertemu dengan Anisha,ia berusaha ingin mengambil lagi hati mertuanya itu tetapi Anisha seolah acuh dan tak pernah peduli dengan keberadaan nya."Will...kenapa kau tak pernah balas chatku dan mengangkat telponku?" tanya Angeline saat melihat Wili dan intan.Wili menatap Ang