Selama dia menjadi raja kerajaan Kalingga, tidak ada kejadian yang bahkan bisa sedikit mengguncang singgasananya. Semuanya bisa dia selesaikan dengan mudah. Termasuk menguasai beberapa kerajaan yang berada di sekitar kerajaan Kalingga.
Tak berapa lama, seorang gadis yang cantik dan memiliki tinggi semampai dan berbodi aduhai, memasuki ruangan tersebut.
Raja Wanajaya langsung tersenyum lebar melihat putrinya yang berjalan memasuki ruang pribadinya.
"Ada apa Ayah memanggilku?"
"Putriku Larasati, kamu tahu kalau anak ayah cuma kamu seorang. Di umur ayah yang sudah tua ini, ayah juga ingin menimang cucu. Lalu kapan kau akan menikah? Setiap kali ayah menjodohkanmu dengan pangeran dari berbagai kerajaan, kau selalu menolaknya dengan alasan belum ada yang cocok," berondong Raja Wanajaya.
"Memang aku belum merasa ada kecocokan dengan para pangeran yang Ayah sodorkan. Sejauh ini aku pun belum menemukan lelaki yang pas dengan hatiku," jawab Putri Larasati
Pertarungan yang cepat kembali terjadi. Mata para prajurit bahkan sulit untuk menangkap pergerakan kedua pendekar tersebut. Hanya warna baju putih dan hitam saja yang terlihat berkelebat cepat di mata mereka.Hingga akhirnya sebuah ledakan mengagetkan mereka, termasuk juga Putri Larasati yang masih bertahan di kereta kuda mewahnya. Putri cantik itu bahkan harus sampai melongok keluar jendela untuk melihatnya.Blaaaar!Sebuah ledakan kembali terjadi. Terlihat lelaki berbaju hitam itu terpental jauh ke belakang dan tidak bergerak lagi. Sedangkan Aji juga terdorong ke belakang hampir 7 langkah sebelum jatuh terjungkal.Lelaki tampan itu bangkit sambil memegangi dadanya. Dia berjalan mendekati lelaki berbaju hitam itu dan mengamatinya sebelum memeriksa detak jantungnya.Seorang prajurit memberanikan diri untuk mendekati Aji, "Pendekar, apa dia sudah mati?""Dia sudah mati," jawab Aji singkat."Terima kasih, Pendekar. Andai tad
Dengan langkah gontai seperti kehabisan tenaga, lelaki tampan itu berjalan menuju kereta kuda Putri Larasati.Sudah aman, Gusti Putri. Harimau itu sudah melarikan diri." Aji melihat Putri Maharani yang seperti was-was melihat keadaannya."Kau tidak apa-apa?""Aku tidak apa-apa. Hanya lelah saja," jawab Aji lirih."Masuklah, sebentar lagi kita akan sampai ke Puri."Aji mengangguk dan masuk ke dalam kereta kuda itu. Perjalanan itupun mereka lanjutkan lagi.Setelah dua jam perjalanan, mereka telah sampai di sebuah bangunan yang sangat indah."Bangunan besar ini adalah puri yang dibangun ayah untukku. Aku menamakannya, Puri Keabadian. Aku menamakannya seperti.itu karena makam ibuku ada di dalam puri ini. Dua kali dalam satu purnama, aku datang kemari untuk berziarah," kata Putri Larasati menjelaskan."Kenapa jauh sekali Gusti Ratu dimakamkan di sini?""Itu permintaan ibu sebelum meninggal, dan wasiat itu di
"Tapi kau berhak mendapatkan imbalan karena telah menolong putriku," sahut raja yang sudah berumur tua, tapi memiliki perawakan setengah baya itu. Dia menilai jika lelaki tampan itu menurutnya memiliki sesuatu yang misterius di dalam tubuhnya, tapi dia tidak bisa menerkanya."Mohon maaf, Paduka. Bukannya hamba menolak, tapi biarlah Dewata yang memberi imbalan buat hamba kelak di alam sana."Senyum hangat yang terlontar dari bibir Aji serasa bagai palu godam yang memukul batinnya. Selama ini dia tidak pernah berpikir tentang kehidupan lain setelah kehidupan dunia.Putri Larasati terkejut dengan semua perkataan Aji yang berbanding terbalik dengan sifat ayahnya. Dia tidak menyangka jika pemuda yang sudah menolongnya itu mempunyai jiwa yang begitu luhur.Tanpa terasa, rasa simpati langsung dirasakan putri cantik itu kepada Aji. Dia merasakan kenyamanan yang begitu besar hanya dari ucapan sesaat pahlawan yang menolongnya tersebut."Suatu kehormata
Sementara itu di dalam kamarnya, Aji termenung memikirkan rencananya untuk bisa mendekati dan memancing Raja Wanajaya agar bisa bertarung dengannya tanpa melibatkan para prajurit."Penjagaan di dalam istana ini begitu ketat. Tampaknya akan membutuhkan waktu sedikit lama," ucapnya dalam hati.Dia juga berpikir bagaimana memberitahu Ratih tentang renncananya yang waktunya bisa molor lebih dari 7 hari, seperti yang dijanjikannya kepada istrinya itu.Di tengah lamunannya, dia dikagetkan dengan suara pintu kamarnya yang diketuk dari luar.Lelaki tampan itu bangkit dan berjalan menuju pintu lalu membukanya. Rasa terkejut langsung dirasakannya begitu melihat Putri Larasati sudah berada di depan pintu kamarnya."Kenapa Gusti Putri datang ke kamar hamba?'Putri Larasati tersenyum hangat kepada sosok yang sudah membuatnya jatuh hati tersebut, "Bukankah aku berada di istana ayahku sendiri? Apa aku tidak boleh kesini?""Maaf, Gusti Putri. B
Raja Wanajaya termangu melihat putrinya yang pergi keluar dari ruangannya sambil menangis. "Apa mungkin putriku benar-benar bermimpi buruk tentang kematianku yang tragis itu? Apa itu bukan alasannya saja agar aku berhenti menikmati gadis-gadis cantik?" tanyanya dalam hati. Sesaat kemudian dia berpikir untuk menemui peramal istana dan menanyakan tentang mimpi buruk putrinya tersebut. Raja Wanajaya berjalan keluar dari ruangannya dengan lesu. Antara percaya dan tidak, pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang mimpi buruk putrinya. Dia tidak bisa berpikir andai mimpi itu menjadi kenyataan. Tak lama berjalan, dia memasuki sebuah ruangan yang remang-remang dan dipenuhi bau dupa yang menyengat. Suasana mistis benar-benar terasa di dalam ruangan itu. Seorang lelaki tua berwajah tirus dan memiliki rambut putih yang tidak terawat, terlihat sedang sibuk berada di depan guci kuningan yang berisi air dan berbagai macam kembang di permukaannya. "Ki Ja
Aji berjalan keluar dari kamarnya karena tidak bisa memejamkan matanya dan duduk di sebuah kursi bambu sedikit panjang yang berada di depan kamarnya itu.Pikirannya melayang ke arah Iatrinya yang sendirian di penginapan. Beberapa hari tanpa Ratih di sisinya, tentunya itu sebuah situasi yang tidak biasa."Bagaimana keadaannya sekarang?" tanyanya dalam hati."Kau sedang apa di luar kamar?"Suara Putri Larasati yang juga tidak bisa tidur, tiba-tiba mengagetkan lelaki tampan itu."Gusti Putri..." sapa Aji pelan. Dia menggeser duduknya sedikit karena putri cantik itu memberi isyarat untuk duduk di sampingnya."Entah kenapa aku tidak bisa tidur malam ini," jawab Aji lirih. Dia terpaksa berbohong dengan tidak menyebut Ratih sebagai alasannya.Putri cantik itu tersenyum kecil mendengar ucapan Aji yang mengalami situasi sama dengannya saat ini."Kenapa kita bisa sama-sama sulit tidur malam ini, Aji?"&
Ki Jalandra tersenyum tipis hingga membuat kerutan di pipinya semakin tebal, "Hamba tahu kalau Paduka tidak akan mungkin sanggup dengan syarat pertama itu, Paduka. Jadi semalam hamba minta syarat lain kepada guru hamba.""Cepat katakan, Ki. Jangan berbelit-belit! Aku sudah tidak bisa berpikir lagi saat ini!" bentak Raja Wanajaya."Syarat kedua, Paduka harus bisa menggauli 21 gadis perawan yang berumur 17 sampai 20 tahun dalam waktu 5 hari saja dari sekarang. Dan setelah menggauli mereka, Paduka harus membunuh dan meminum satu gelas darah mereka."Raja Wanajaya bisa sedikit lega meski pikirannya masih dipusingkan dengan permintaan putrinya. Dia bisa saja mengumpulkan 21 gadis perawan dalam 1 atau dua hari. Tapi menggauli mereka semua hanya dalam waktu yang begitu singkat, tentu harus membutuhkan stamina yang kuat. Belum lagi jika dia sampai ketahuan lagi oleh putrinya mengumpulkan gadis untuk digaulinya."Setiap gadis yang Paduka gauli dan Paduka minum darahnya, akan menambah kekuatan
Sebagai pendekar, Ratih tentu tidak mau menyerah begitu saja, dia tetap berusaha untuk bertahan agar tidak tertangkap para prajurit tersebut.Dalam keadaan terjepit seperti itu, dia teringat dengan apa yang diajarkan Aji kepadanya. Gadis itu memanfaatkan dinding kamar dan memberikan serangan kejut kepada prajurit yang terdekat.Tidak menduga adanya serangan tiba-tiba membuat prajurit di dekat Ratih terkena sebuah tendangan tepat mengenai kepalanya."Aaaakh!"Saking kerasnya tendangan Ratih, prajurit itu terlempar dan tubuhnya menghantam dinding kamar hingga jebol.Ratih melompat meraih pedangnya dan bergerak memberi serangan kepada prajurit lainnya. Wanita cantik itu seperti mendapat spirit ketika melihat Setiaji bertarung melawan prajurit lain di luar kamar.Mereka berdua harus bisa lepas dan meloloskan diri dari kepungan para prajurit dan mencari tempat lain yang lebih aman.Saat kriti