Setelah berada di dalam penginapan, Aji langsung menuju kamar Jaya, dan kebetulan di dalam kamar itu ada beberapa orang teman Setiaji yang sudah berkumpul. Sedang yang lainnya masih berada di luar.
"Bagaimana informasinya?" tanya Aji penasaran.
"Sebaiknya kau duduk dulu dan minum air ini," balas Jaya sambil menyodorkan gelas yang sudah diisinya dengan air.
Aji meletakkan pantatnya di atas tikar pandan yang mereka gunakan sebagai alas untuk duduk di lantai yang masih berupa tanah. "Kebetulan, aku juga lagi haus.
"Menurut informasi yang aku dapatkan dari orang yang bisa aku percaya, Putri Larasati berangkat menuju purinya dua hari sebelum purnama," jawab Jaya. Dia kemudian mengeluarkan sebuah gulungan kulit kering dan menggelarnya di lantai.
"Peta ini adalah jalur menuju Gunung Merapi, dan puri milik Putri Larasati berada di sisi barat gunung tersebut," tambahnya.
Aji memandang peta tersebut dengan seksama. Otaknya bekerja mencari titik
Selama dia menjadi raja kerajaan Kalingga, tidak ada kejadian yang bahkan bisa sedikit mengguncang singgasananya. Semuanya bisa dia selesaikan dengan mudah. Termasuk menguasai beberapa kerajaan yang berada di sekitar kerajaan Kalingga.Tak berapa lama, seorang gadis yang cantik dan memiliki tinggi semampai dan berbodi aduhai, memasuki ruangan tersebut.Raja Wanajaya langsung tersenyum lebar melihat putrinya yang berjalan memasuki ruang pribadinya."Ada apa Ayah memanggilku?""Putriku Larasati, kamu tahu kalau anak ayah cuma kamu seorang. Di umur ayah yang sudah tua ini, ayah juga ingin menimang cucu. Lalu kapan kau akan menikah? Setiap kali ayah menjodohkanmu dengan pangeran dari berbagai kerajaan, kau selalu menolaknya dengan alasan belum ada yang cocok," berondong Raja Wanajaya."Memang aku belum merasa ada kecocokan dengan para pangeran yang Ayah sodorkan. Sejauh ini aku pun belum menemukan lelaki yang pas dengan hatiku," jawab Putri Larasati
Pertarungan yang cepat kembali terjadi. Mata para prajurit bahkan sulit untuk menangkap pergerakan kedua pendekar tersebut. Hanya warna baju putih dan hitam saja yang terlihat berkelebat cepat di mata mereka.Hingga akhirnya sebuah ledakan mengagetkan mereka, termasuk juga Putri Larasati yang masih bertahan di kereta kuda mewahnya. Putri cantik itu bahkan harus sampai melongok keluar jendela untuk melihatnya.Blaaaar!Sebuah ledakan kembali terjadi. Terlihat lelaki berbaju hitam itu terpental jauh ke belakang dan tidak bergerak lagi. Sedangkan Aji juga terdorong ke belakang hampir 7 langkah sebelum jatuh terjungkal.Lelaki tampan itu bangkit sambil memegangi dadanya. Dia berjalan mendekati lelaki berbaju hitam itu dan mengamatinya sebelum memeriksa detak jantungnya.Seorang prajurit memberanikan diri untuk mendekati Aji, "Pendekar, apa dia sudah mati?""Dia sudah mati," jawab Aji singkat."Terima kasih, Pendekar. Andai tad
Dengan langkah gontai seperti kehabisan tenaga, lelaki tampan itu berjalan menuju kereta kuda Putri Larasati.Sudah aman, Gusti Putri. Harimau itu sudah melarikan diri." Aji melihat Putri Maharani yang seperti was-was melihat keadaannya."Kau tidak apa-apa?""Aku tidak apa-apa. Hanya lelah saja," jawab Aji lirih."Masuklah, sebentar lagi kita akan sampai ke Puri."Aji mengangguk dan masuk ke dalam kereta kuda itu. Perjalanan itupun mereka lanjutkan lagi.Setelah dua jam perjalanan, mereka telah sampai di sebuah bangunan yang sangat indah."Bangunan besar ini adalah puri yang dibangun ayah untukku. Aku menamakannya, Puri Keabadian. Aku menamakannya seperti.itu karena makam ibuku ada di dalam puri ini. Dua kali dalam satu purnama, aku datang kemari untuk berziarah," kata Putri Larasati menjelaskan."Kenapa jauh sekali Gusti Ratu dimakamkan di sini?""Itu permintaan ibu sebelum meninggal, dan wasiat itu di
"Tapi kau berhak mendapatkan imbalan karena telah menolong putriku," sahut raja yang sudah berumur tua, tapi memiliki perawakan setengah baya itu. Dia menilai jika lelaki tampan itu menurutnya memiliki sesuatu yang misterius di dalam tubuhnya, tapi dia tidak bisa menerkanya."Mohon maaf, Paduka. Bukannya hamba menolak, tapi biarlah Dewata yang memberi imbalan buat hamba kelak di alam sana."Senyum hangat yang terlontar dari bibir Aji serasa bagai palu godam yang memukul batinnya. Selama ini dia tidak pernah berpikir tentang kehidupan lain setelah kehidupan dunia.Putri Larasati terkejut dengan semua perkataan Aji yang berbanding terbalik dengan sifat ayahnya. Dia tidak menyangka jika pemuda yang sudah menolongnya itu mempunyai jiwa yang begitu luhur.Tanpa terasa, rasa simpati langsung dirasakan putri cantik itu kepada Aji. Dia merasakan kenyamanan yang begitu besar hanya dari ucapan sesaat pahlawan yang menolongnya tersebut."Suatu kehormata
Sementara itu di dalam kamarnya, Aji termenung memikirkan rencananya untuk bisa mendekati dan memancing Raja Wanajaya agar bisa bertarung dengannya tanpa melibatkan para prajurit."Penjagaan di dalam istana ini begitu ketat. Tampaknya akan membutuhkan waktu sedikit lama," ucapnya dalam hati.Dia juga berpikir bagaimana memberitahu Ratih tentang renncananya yang waktunya bisa molor lebih dari 7 hari, seperti yang dijanjikannya kepada istrinya itu.Di tengah lamunannya, dia dikagetkan dengan suara pintu kamarnya yang diketuk dari luar.Lelaki tampan itu bangkit dan berjalan menuju pintu lalu membukanya. Rasa terkejut langsung dirasakannya begitu melihat Putri Larasati sudah berada di depan pintu kamarnya."Kenapa Gusti Putri datang ke kamar hamba?'Putri Larasati tersenyum hangat kepada sosok yang sudah membuatnya jatuh hati tersebut, "Bukankah aku berada di istana ayahku sendiri? Apa aku tidak boleh kesini?""Maaf, Gusti Putri. B
Raja Wanajaya termangu melihat putrinya yang pergi keluar dari ruangannya sambil menangis. "Apa mungkin putriku benar-benar bermimpi buruk tentang kematianku yang tragis itu? Apa itu bukan alasannya saja agar aku berhenti menikmati gadis-gadis cantik?" tanyanya dalam hati. Sesaat kemudian dia berpikir untuk menemui peramal istana dan menanyakan tentang mimpi buruk putrinya tersebut. Raja Wanajaya berjalan keluar dari ruangannya dengan lesu. Antara percaya dan tidak, pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang mimpi buruk putrinya. Dia tidak bisa berpikir andai mimpi itu menjadi kenyataan. Tak lama berjalan, dia memasuki sebuah ruangan yang remang-remang dan dipenuhi bau dupa yang menyengat. Suasana mistis benar-benar terasa di dalam ruangan itu. Seorang lelaki tua berwajah tirus dan memiliki rambut putih yang tidak terawat, terlihat sedang sibuk berada di depan guci kuningan yang berisi air dan berbagai macam kembang di permukaannya. "Ki Ja
Aji berjalan keluar dari kamarnya karena tidak bisa memejamkan matanya dan duduk di sebuah kursi bambu sedikit panjang yang berada di depan kamarnya itu.Pikirannya melayang ke arah Iatrinya yang sendirian di penginapan. Beberapa hari tanpa Ratih di sisinya, tentunya itu sebuah situasi yang tidak biasa."Bagaimana keadaannya sekarang?" tanyanya dalam hati."Kau sedang apa di luar kamar?"Suara Putri Larasati yang juga tidak bisa tidur, tiba-tiba mengagetkan lelaki tampan itu."Gusti Putri..." sapa Aji pelan. Dia menggeser duduknya sedikit karena putri cantik itu memberi isyarat untuk duduk di sampingnya."Entah kenapa aku tidak bisa tidur malam ini," jawab Aji lirih. Dia terpaksa berbohong dengan tidak menyebut Ratih sebagai alasannya.Putri cantik itu tersenyum kecil mendengar ucapan Aji yang mengalami situasi sama dengannya saat ini."Kenapa kita bisa sama-sama sulit tidur malam ini, Aji?"&
Ki Jalandra tersenyum tipis hingga membuat kerutan di pipinya semakin tebal, "Hamba tahu kalau Paduka tidak akan mungkin sanggup dengan syarat pertama itu, Paduka. Jadi semalam hamba minta syarat lain kepada guru hamba.""Cepat katakan, Ki. Jangan berbelit-belit! Aku sudah tidak bisa berpikir lagi saat ini!" bentak Raja Wanajaya."Syarat kedua, Paduka harus bisa menggauli 21 gadis perawan yang berumur 17 sampai 20 tahun dalam waktu 5 hari saja dari sekarang. Dan setelah menggauli mereka, Paduka harus membunuh dan meminum satu gelas darah mereka."Raja Wanajaya bisa sedikit lega meski pikirannya masih dipusingkan dengan permintaan putrinya. Dia bisa saja mengumpulkan 21 gadis perawan dalam 1 atau dua hari. Tapi menggauli mereka semua hanya dalam waktu yang begitu singkat, tentu harus membutuhkan stamina yang kuat. Belum lagi jika dia sampai ketahuan lagi oleh putrinya mengumpulkan gadis untuk digaulinya."Setiap gadis yang Paduka gauli dan Paduka minum darahnya, akan menambah kekuatan
"Kau! Energi apa yang kau miliki itu?"Raja Iblis dibuat heran dengan kemampuan lawan yang bahkan menurutnya memiliki kekuatan lebih besar dari pada yang dibayangkannya. Selain itu, energi yang keluar dari tubuh lawan sejauh ini tidak pernah diketahuinya."Itu tadi belum seberapa, Iblis busuk! Kali ini aku akan mengeluarkan semua kemampuan yang kumiliki!" Aji yang sudah memegang pedang Mustika Naga Bumi, mengerahkan semua energi yang dimilikinya.‘Tidak mungkin!’ pekik Raja Iblis dalam hati. Dia terkejut dengan energi pemuda itu yang menjadi berlipat ganda, setelah pedang di tangannya mengeluarkan aura hijau terang."Sekarang terimalah ajalmu! Kembalilah kau ke alammu Iblis biadab!” Pedang Mustika Naga Bumi di tangan Aji memancarkan energi yang begitu besar, bahkan lebih besar dari energi yang dikeluarkan Raja Iblis di awal kemunculannya tadi.Tiba-tiba saja, suara tawa Raja Iblis terdengar menggelegar. "Hahaha ... Aku memang terkejut dengan kemampuanmu, manusia hina! Tapi kau pun ju
Setelah debu pekat yang menutupi pandangannya menghilang, Aji yang masih dalam keadaan tergeletak di tanah bisa melihat dengan jelas jika Caraka masih berdiri dengan kokoh di tempatnya berdiri. Bahkan tubuhnya tidak sedikit pun bergeser dari tempatnya semula. Pendekar yang belum genap 30 tahun tersebut merasakan nyeri yang begitu hebat di dadanya. Dia kemudian terbatuk kecil dan lalu memuntahkan darah segar dari mulutnya. ‘Kekuatannya sangat besar. Bahkan energiku saja tidak mampu untuk menggoyahkannya,’ gumam dalam hati. Tubuh Caraka kemudian melayang satu meter di atas tanah. Dia lalu bergerak maju mendekati Aji yang belum juga bangkit berdiri, "Apa kau sudah sadar betapa jauhnya perbedaan kekuatan kita berdua? Aku tahu kau belum mengeluarkan energi terkuatmu, tapi meskipun kau mengeluarkannya, itu tidak akan merubah apapun!" Caraka yang masih merasa geram dengan Aji langsung melesat tanpa terlihat seusai berbicara. Tendangan kerasnya mendarat dengan telak di perut Aji, hingga m
Rasa terkejut Aji belum selesai, tiba-tiba saja muncul bayangan hitam berbentuk cakar naga melayang di angkasa. Bayangan hitam itu menutupi matahari sehingga suasana yang semula terang menjadi redup. “Jurus apapun yang kau keluarkan tidak akan bisa mengalahkan aku!” ucap Ki Brenggolo Karang. Seusai berucap, energi yang lebih besar meluap dari tubuhnya. Secara perlahan energi tersebut semakin membuat Aji tertekan. Namun suami Ratih itu masih menunggu kesempatan untuk menjatuhkan jurus Naga Bumi Mengoyak Langit yang masih mengambang di angkasa. Dia terus menarik unsur alam yang ada di sekitar hutan tersebut untuk menambah daya hancur jurus yang hendak dikeluarkannya. Sejauh ini, Ki Brenggolo Karang belum menyadari apa yang dilakukan Aji. Dia menduga lawannya itu hanya menggunakan tenaga dalamnya untuk bertahan dari tekanan energi yang dikeluarkannya. Selain itu, redupnya sinar matahari juga menurutnya hanya karena tertutup awan tebal saja.Beberapa saat kemudian, Cakar Naga raksasa y
Aura hitam yang menyelimuti tubuh Ki Brenggolo Karang perlahan menghilang. Dia sadar jika terus menggunakannya dalam jangka panjang, yang ada tenaga dalamnya akan berkurang drastis. Murid Caraka itu juga berpikir harus bisa mengefektifkan serangannya lebih tepat lagi. Dia melihat jika lawannya itu masih menyimpan kekuatannya yang sebenarnya. Itu terlihat dari kondisinya yang masih terlihat bugar meski sudah terkena serangannya.Melihat aura hitam di tubuh Ki Brenggolo Karang menghilang, Aji tersenyum lebar. Kuat dugaan energi lawan sudah berkurang cukup signifikan. Memaksa menggunakan kabut beracun dalam jangka panjang jelas menguras energinya.Di antara reruntuhan pepohonan dan kepulan debu, pertarungan sengit masih terus terjadi di antara kedua pendekar yang tidak henti bertukar serangan. Beberapa pohon kembali bertumbangan terkena dampak pertarungan mereka berdua.Seperti terjadi kesepakatan, mereka berdua melompat mundur mengambil jarak. Nafas mereka tersengal-sengal terasa berat
Belum juga sempat menyeimbangkan tubuhnya, serangan kembali muncul tanpa terlihat oleh mata Aji. Dia hanya merasakan energi besar saja yang bergerak menyerangnya. Aji kembali bergerak menghindar. Dia melompat menyamping dua langkah. Namun tiba-tiba sebuah pukulan menghantam punggungnya dengan begitu keras, hingga membuatnya terjungkal dan bergulingan di tanah berulang kali. Batuk kecil terdengar dari mulut Aji. Sesaat kemudian, darah segar meleleh keluar dari sudut bibirnya. Sambil bangkit berdiri, dia mengusap darah tersebut dengan punggung tangannya. Belum sempat pemuda itu berdiri tegak, kembali sebuah serangan yang tidak bisa dilihat menghajar dadanya dengan telak. Beruntung Aji masih sempat menahannya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada ketika merasakan energi besar yang bergerak ke arahnya. Meskipun bisa melindungi dadanya, tapi tak urung tubuh Aji harus kembali terlempar hampir 12 langkah ke belakang hingga membentur sebuah batang pohon.Batuk kecil kembali te
Sementara itu di sekitar lembah, terdapat sebuah gubuk kecil yang berdiri di dekat sungai kecil. Air di sungai itu berasal dari air terjun yang berada tidak jauh dari gubuk itu berdiri. Di dalam gubuk, Sanjaya terlihat duduk sendirian di sudut ruangan dengan wajah pucat pasi. Dia menunggu kedatangan Ki Brenggolo Karang yang menemui Caraka sejak dia baru datang di gubuk tersebut. Menjelang tengah malam, Ki Brenggolo Karang akhirnya kembali ke gubuknya yang biasa digunakannya beristirahat sehari-hari. Sanjaya yang tertidur sambil memeluk lutut, terbangun ketika terdengar suara pintu dibuka. “Ki, akhirnya kau kembali,” ucap Sanjaya pelan.“Kenapa kau kemari tanpa membawa gadis, Sanjaya? Apa kau tidak tahu jika proses yang dilakukan Guru Caraka sudah mendekati akhir?” tanya Ki Brenggolo Karang seraya menatap tajam Sanjaya yang menunduk ketakutan.“Maaf, Ki, sebenarnya tiga gadis tambahan yang dibutuhkan sudah tersedia, tapi sebelum aku membawanya kemari, ternyata anak buahku telah menc
Tubuh tinggi besar itupun terguling hingga menabrak dinding. Suara tubuhnya yang jatuh terdengar cukup keras. Aji berjalan mendekati lelaki itu dan berjongkok di sampingnya. ‘Hmmmm … ternyata pingsan,”’ batinnya. Aji bangkit berdiri untuk melihat kondisi istrinya yang masih berada di dalam kamar. Setelah Aji mengalirkan energinya ke dalam tubuh Ratih, wajah wanita cantik yang pucat itupun kembali segar seperti semula. “Kang, kenapa aku bisa ada di tempat ini?” tanya Ratih. “Panjang ceritanya, nanti saja kuceritakan. Sekarang kita selamatkan dulu gadis yang lain,” kata Aji. Dilihatnya tali tambang di atas sebuah lemari, kemudian diambilnya. ***Tiga orang gadis sudah dikeluarkan dari kamar, salah satunya adalah anak kepala desa Sudirjo. Sedang lelaki bertubuh besar terikat erat di sebuah kursi di ruang tamu. Setelah lelaki itu sadar, Aji pun melakukan interogasi. Dari pengakuannya, lelaki bernama Sanjaya itu diperintah oleh seorang lelaki tua yang merupakan bawahan dari Caraka, s
“Kalian kira aku sedang melucu?” Aji menggeleng dengan satu sudut bibir terangkat naik, “Tapi tidak apa-apa jika kalian berpikir seperti itu. Kalian nanti bisa tertawa sepuasanya setelah kucabut nyawa satu-satunya yang kalian miliki!” Hahahahaha! Semakin keraslah tawa 8 orang penjaga itu. Bahkan tawa mereka sampai terdengar masuk ke dalam dan memantik keingintahuan penjaga yang berada di dalam. Pintu gerbang pun terbuka, beberapa orang tampak keluar menemui 8 penjaga gerbang. “Kenapa kalian tertawa begitu keras, apa ada yang lucu?” tanya seorang penjaga yang baru saja keluar. “Lihatlah dia, katanya dia akan memberi hukuman kepada kita, bukankah itu sesuatu yang lucu? Apa hanya karena dia membawa pedang terus kita harus takut? Hahahaha!” “Kalian pasti akan ketakutan hingga meminta untuk tidak dibunuh!” sela Aji, kemudian bergerak begitu cepat hingga tiba-tiba sudah berada di depan penjaga yang sudah meremehkannya. Jari tangan Aji langsung mencengkeram leher orang itu hingga kesu
Jendela kamar pun terbuka. Dua orang langsung melompat masuk ke dalam. Suasana kamar yang gelap tidak menyulitkan mereka berdua untuk menemukan ranjang yang digunakan Ratih tidur. Perlahan tubuh Ratih diangkat dan dibawa keluar. Satu orang yang berada di luar menerima tubuh wanita cantik itu. Mereka tidak memeriksa terlebih dahulu, karena merasa sudah mendapatkan targetnya. Dari atas atap, Aji merasa heran karena tidak ada perlawanan sedikitpun dari istrinya. Padahal seharusnya jika dalam posisi tersebut, Ratih pasti terbangun. Aji menilai ketiga orang tersebut menggunakan bius untuk membuat istrinya tidak sadar. Ketiga orang itu kemudian pergi sambil membawa Ratih. Suasana yang sepi membuat aksi mereka berjalan lancar tanpa ada halangan hingga keluar desa. Aji terus mengikuti dari belakang, dia menjaga jarak agar tidak diketahui ketiga orang yang membawa istrinya hingga masuk ke dalam hutan. Hampir tiga jam berjalan di dalam hutan, ketiga orang itu akhirnya sampai di bibir hutan,