Home / Pendekar / Mustika Naga Bumi / Markas Perampok

Share

Markas Perampok

Author: AL
last update Last Updated: 2021-11-07 15:07:40

"Belum tentu juga!" Rangga tertawa pelan, sebelum melanjutkan ucapannya, "Tapi aku akan memberimu kesempatan untuk bertobat, dan menyadari semua kesalahan yang sudah kau lakukan." 

"Apa aku tidak salah mendengar?" tanya pemimpin rampok itu heran. Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah sendu, dan kedua bola matanya memperlihatkan mendung tebal.

"Tapi masyarakat mana yang mau menerimaku? Sedangkan aku sudah begitu banyak membuat kesalahan selama ini." tambahnya.

Sementara itu, pertarungan antara Aji dan Subrata masih terus berlangsung. Bekas salah satu tetua di perguruan Harimau Hitam itu terus menyerang Aji tanpa henti. Tebasan pedangnya terus mencecar Aji untuk membuka celah pertahanan lelaki tampan itu. 

Terbakarnya emosi yang menguasai pikirannya, membuatnya lupa jika tangannya masih terluka. Tanpa disadarinya, luka di tangannya kembali terbuka dan mengeluarkan darah yang mengucur lumayan deras. 

Aji tersenyum kecil melihat raut muk

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mustika Naga Bumi   Kejanggalan

    "Aku merasa kau sudah menyembunyikan sesuatu dariku, Aji. Sudah dua kali aku melihatmu melakukan hal yang sama, kau memejamkan matamu dan menggeleng perlahan. Sebenarnya apa yang sudah kau simpan dari kami?" tanya Ratih.Aji memandang Ratih dengan tatapan sayu. Dia lalu mengalihkan pandangannya ketika bola matanya bertatapan dengan mata Ratih."Aku tidak bisa mengatakannya padamu sekarang, Ratih. jika nanti saatnya sudah tiba, aku pasti akan bercerita kepadamu tentang masa laluku," jawab Aji, kemudian tersenyum hangat."Baiklah. Tapi kau harus janji untuk cerita kepadaku suatu saat nanti."Aji mengangguk pelan. Dia kemudian melangkah menepati salah satu peti dan mengangkatnya ke atas bahunya.Di luar ruangan, Bargowo sudah menyiapkan sebuah gerobak kuda untuk mengangkut bahan makanan dan juga 3 peti yang berisi koin uang.Setelah semuanya sudah tertata rapi di atas gerobak tersebut, Mereka pun melanjutkan perjal

    Last Updated : 2021-11-07
  • Mustika Naga Bumi   Undangan Adipati Hanggareksa

    Tidak ingin hanya berpangku tangan saja dan membiarkan Aji membagikan sendiri koin uang kepada gelandangan dan pengemis yang ada di Kadipaten Tanjungrejo, Ratih dan Rangga pun ikut turun dari atas kudanya. Sementara Bargowo tetap berada di atas gerobak untuk mengendalikan lajunya.Berita kebaikan yang dilakukan Aji dan ketiga temannya itu pun menyebar luas, dan akhirnya tercium juga oleh pihak istana.Mendapati laporan tentang adanya empat sosok asing yang kini sudah menjadi pusat perhatian penduduk Kadipaten Tanjung Rejo, Adipati Hanggareksa pun memberi perintah kepada beberapa orang prajurit untuk memanggil Aji dan yang lainnya menghadap ke istana.Di sebuah tempat makan setelah mereka memberi sedekah kepada pengemis yang terakhir, mereka dikejutkan dengan kedatangan 4 orang prajurit yang masuk ke dalam tempat makan, dan berhenti di dekat meja mereka menikmati makanan."Maaf mengganggu waktunya, Kisanak, Nisanak," ucap seorang prajurit denga

    Last Updated : 2021-11-08
  • Mustika Naga Bumi   Jebakan Kata-kata

    "Tenang saja. Kalau melawan prajurit-prajurit itu aku tidak takut sama sekali," balas Bargowo. Raut wajah percaya dirinya tampak begitu tegas.Aji tersenyum melihat perubahan sifat mantan pemimpin gerombolan perampok itu."Mari, Kisanak. Tuan Adipati sudah menunggu di aula," kata seorang prajurit."Baiklah. Mari kita temui beliau!"Aji, Rangga dan Ratih berjalan mengekor di belakang seorang prajurit. Sambil terus berpikir, mata mereka bertiga berkeliling mengamati bagian dalam istana yang kecil itu.Sejauh mata memandang, tidak terlihat ada sesuatu pun yang mencurigakan di bagian dalam istana. Namun mereka bertiga tidak mengendorkan kewaspadaan. Memang mereka bertiga tidak tahu benar bagaimana karakter Adipati Hanggareksa, tapi tidak ada salahnya juga bersikap waspada.Setelah berada di depan aula, salah satu dari dua prajurit yang berjaga bergegas membuka pintu aula dan mempersilahkan mereka bertiga untuk

    Last Updated : 2021-11-08
  • Mustika Naga Bumi   Kelompok Pemberontak

    Adipati Hanggareksa hanya tersenyum simpul. Dia kemudian mendekati Ratih yang duduk di samping Aji. "Siapa namamu, Nisanak?"Ratih melirik sebentar ke atas sebelum pandangan matanya kembali menatap lantai. "Nama hamba Ratih, Tuan Adipati."Adipati Hanggareksa mengangguk-angguk kecil. "Hmmm ... Ratih, nama yang bagus," ucapnya pelan, namun masih bisa terdengar Aji dan Ratih."Kalian semua keluarlah!" perintah Adipati Hanggareksa kepada 7 orang pejabat bawahannya.Ketujuh pejabat itu heran dengan sikap yang ditunjukkan pimpinannya tersebut. Namun mereka tidak sedikitpun berani untuk melawan perintah.Satu persatu dari ketujuh pejabat itu kemudian berdiri dan berjalan keluar dari aula, setelah memberi hormat kepada Adipati Hanggareksa.Setelah semua pejabat itu meninggalkan aula dan pintunya tertutup rapat, Adipati Hanggareksa kembali ke tempat duduknya."Ratih, maaf jika aku tadi melihatmu seperti itu. Kau mengingatkan

    Last Updated : 2021-11-08
  • Mustika Naga Bumi   Emosi Bargowo

    Adipati Hanggareksa mengernyitkan dahinya. Setahunya, nama Pangeran Dananjaya sebagai adik tiri Raja Wanajaya sangat dirahasiakan. Sebab mendiang Raja Suryajaya memang menyembunyikan status Pangeran Dananjaya yang merupakan anak dari seorang selir. Kalaupun ada yang tahu, bisa dipastikan orang itu mempunyai koneksi khusus ke dalam istana kerajaan Candipura.Rasa penasaran tentang sosok ayah dari Ratih, membuat Adipati Hanggareksa memberanikan diri untuk bertanya, "Siapa nama ayahmu?"Pertanyaan yang diajukan Adipati Hanggareksa membuat Ratih melirik Rangga untuk sesaat. Ada sebuah beban yang menghimpitnya jika berterus terang untuk mengatakan siapa ayahnya sebenarnya. Dia takut jika nama ayahnya akan terseret dalam pusaran masalah yang sedang terjadi."Ayah Ratih bernama Ki Mangkubumi, Tuan Adipati," jawab Rangga cepat.Ratih melotot menatap Rangga. Maksud hatinya untuk menutupi siapa ayahnya menjadi percuma saja, setelah Rangga secara t

    Last Updated : 2021-11-08
  • Mustika Naga Bumi   Pengakuan Aji 1

    Adipati Hanggareksa menganggukkan kepalanya. "Silahkan!"Aji beranjak berjalan menuju pintu aula. sesampainya di luar, dia melihat Bargowo sedang menenteng golok besarnya berhadapan dengan 7 orang prajurit."Bargowo, berhenti!" teriaknya dari jauh.Bekas pemimpin perampok yang memiliki tubuh tinggi besar dan berwajah sangar itu, seketika menolehkan arah pandangnya. begitu melihat Aji berjalan ke arahnya, golok besar yang sudah diangkatnya tinggi, kembali dia masukkan ke dalam sarungnya."Kenapa kau emosi seperti itu, Bargowo? Bukankah sudah kubilang untuk belajar mengontrol emosimu?" tanya Aji.Bargowo menundukkan kepalanya. Emosinya yang tadi memuncak, seketika mencair setelah Aji memberinya satu pertanyaan kecil."Aku minta maaf. Tapi mereka menatapku, seolah keberadaanku di sini seperti hendak berniat buruk."&nbs

    Last Updated : 2021-11-09
  • Mustika Naga Bumi   Rencana Dijalankan

    Adipati Hanggareksa mengernyitkan dahinya, penasaran dengan ucapan Aji yang terhenti. "Tugas apa yang harus kau lakukan?"Aji tersenyum menutupi rasa gugupnya. "Bukan tugas yang penting, Tuan. Hanya tugas kecil yang masih bisa ditunda," jawabnya."Baiklah kalau begitu, ayo kita keluar sekarang!" Adipati Hanggareksa berjalan menuju pintu, tanpa menunggu Aji membalas ucapannya.Aji mengangguk pelan, Lalu berjalan mengikuti langkah kaki Adipati Hanggareksa."Jadi begini. Setelah masalah di kadipaten Tanjung Rejo ini usai, aku akan mengenalkan kalian pada paduka Raja Wanajaya. Tapi agar tidak terlalu mencolok dan bisa menimbulkan kecurigaan para pejabat, Aji dan Rangga harus ikut turnamen yang kebetulan akan diadakan istana untuk mencari sosok pengganti Senopati Wirabumi yang sudah mangkat."Aji, Rangga dan Ratih saling berpandangan. Mereka bertiga tersenyum kecil karena perkenalan mereka juga berawal dari sebuah turnamen."Itu

    Last Updated : 2021-11-09
  • Mustika Naga Bumi   Mawar Merah

    Meskipun pandangan mata mereka berdua terlihat biasa saja dan kuluman senyum tercetak di bibir keduanya, tapi itu tidak berarti membuat mereka berdua melepaskan ketajamannya.Dalam pandangan Aji, sosok lelaki yang sekarang berada di depannya itu memiliki fisik yang kokoh dan kondisi tubuh yang segar bugar. Jika dilihat dari segi kepantasan maupun kelayakan, lelaki itu tentunya sangat tidak memenuhi kriteria sebagai seorang pengemis. Pakaian yang dibuat kotor dan compang camping, tidak bisa menyembunyikan fakta jika dia bukanlah seorang pengemis, melainkan prajurit yang menyamar."Siapa nama, Paman?" tanya Ratih, sebelum memberikan beberapa koin perunggu yang ada di genggaman tangannya.Lelaki itu diam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Ratih, "Namaku Pranggolo, Nisanak,""Paman sudah lama mengemis seperti ini?""Sudah cukup lama, Nisanak. Sejak enam atau

    Last Updated : 2021-11-09

Latest chapter

  • Mustika Naga Bumi   Kematian Raja Iblis (Tamat)

    "Kau! Energi apa yang kau miliki itu?"Raja Iblis dibuat heran dengan kemampuan lawan yang bahkan menurutnya memiliki kekuatan lebih besar dari pada yang dibayangkannya. Selain itu, energi yang keluar dari tubuh lawan sejauh ini tidak pernah diketahuinya."Itu tadi belum seberapa, Iblis busuk! Kali ini aku akan mengeluarkan semua kemampuan yang kumiliki!" Aji yang sudah memegang pedang Mustika Naga Bumi, mengerahkan semua energi yang dimilikinya.‘Tidak mungkin!’ pekik Raja Iblis dalam hati. Dia terkejut dengan energi pemuda itu yang menjadi berlipat ganda, setelah pedang di tangannya mengeluarkan aura hijau terang."Sekarang terimalah ajalmu! Kembalilah kau ke alammu Iblis biadab!” Pedang Mustika Naga Bumi di tangan Aji memancarkan energi yang begitu besar, bahkan lebih besar dari energi yang dikeluarkan Raja Iblis di awal kemunculannya tadi.Tiba-tiba saja, suara tawa Raja Iblis terdengar menggelegar. "Hahaha ... Aku memang terkejut dengan kemampuanmu, manusia hina! Tapi kau pun ju

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Raja Iblis

    Setelah debu pekat yang menutupi pandangannya menghilang, Aji yang masih dalam keadaan tergeletak di tanah bisa melihat dengan jelas jika Caraka masih berdiri dengan kokoh di tempatnya berdiri. Bahkan tubuhnya tidak sedikit pun bergeser dari tempatnya semula. Pendekar yang belum genap 30 tahun tersebut merasakan nyeri yang begitu hebat di dadanya. Dia kemudian terbatuk kecil dan lalu memuntahkan darah segar dari mulutnya. ‘Kekuatannya sangat besar. Bahkan energiku saja tidak mampu untuk menggoyahkannya,’ gumam dalam hati. Tubuh Caraka kemudian melayang satu meter di atas tanah. Dia lalu bergerak maju mendekati Aji yang belum juga bangkit berdiri, "Apa kau sudah sadar betapa jauhnya perbedaan kekuatan kita berdua? Aku tahu kau belum mengeluarkan energi terkuatmu, tapi meskipun kau mengeluarkannya, itu tidak akan merubah apapun!" Caraka yang masih merasa geram dengan Aji langsung melesat tanpa terlihat seusai berbicara. Tendangan kerasnya mendarat dengan telak di perut Aji, hingga m

  • Mustika Naga Bumi   Aji Vs Caraka

    Rasa terkejut Aji belum selesai, tiba-tiba saja muncul bayangan hitam berbentuk cakar naga melayang di angkasa. Bayangan hitam itu menutupi matahari sehingga suasana yang semula terang menjadi redup. “Jurus apapun yang kau keluarkan tidak akan bisa mengalahkan aku!” ucap Ki Brenggolo Karang. Seusai berucap, energi yang lebih besar meluap dari tubuhnya. Secara perlahan energi tersebut semakin membuat Aji tertekan. Namun suami Ratih itu masih menunggu kesempatan untuk menjatuhkan jurus Naga Bumi Mengoyak Langit yang masih mengambang di angkasa. Dia terus menarik unsur alam yang ada di sekitar hutan tersebut untuk menambah daya hancur jurus yang hendak dikeluarkannya. Sejauh ini, Ki Brenggolo Karang belum menyadari apa yang dilakukan Aji. Dia menduga lawannya itu hanya menggunakan tenaga dalamnya untuk bertahan dari tekanan energi yang dikeluarkannya. Selain itu, redupnya sinar matahari juga menurutnya hanya karena tertutup awan tebal saja.Beberapa saat kemudian, Cakar Naga raksasa y

  • Mustika Naga Bumi   Naga Bumi Mengoyak Langit

    Aura hitam yang menyelimuti tubuh Ki Brenggolo Karang perlahan menghilang. Dia sadar jika terus menggunakannya dalam jangka panjang, yang ada tenaga dalamnya akan berkurang drastis. Murid Caraka itu juga berpikir harus bisa mengefektifkan serangannya lebih tepat lagi. Dia melihat jika lawannya itu masih menyimpan kekuatannya yang sebenarnya. Itu terlihat dari kondisinya yang masih terlihat bugar meski sudah terkena serangannya.Melihat aura hitam di tubuh Ki Brenggolo Karang menghilang, Aji tersenyum lebar. Kuat dugaan energi lawan sudah berkurang cukup signifikan. Memaksa menggunakan kabut beracun dalam jangka panjang jelas menguras energinya.Di antara reruntuhan pepohonan dan kepulan debu, pertarungan sengit masih terus terjadi di antara kedua pendekar yang tidak henti bertukar serangan. Beberapa pohon kembali bertumbangan terkena dampak pertarungan mereka berdua.Seperti terjadi kesepakatan, mereka berdua melompat mundur mengambil jarak. Nafas mereka tersengal-sengal terasa berat

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Ki Brenggolo Karang 2

    Belum juga sempat menyeimbangkan tubuhnya, serangan kembali muncul tanpa terlihat oleh mata Aji. Dia hanya merasakan energi besar saja yang bergerak menyerangnya. Aji kembali bergerak menghindar. Dia melompat menyamping dua langkah. Namun tiba-tiba sebuah pukulan menghantam punggungnya dengan begitu keras, hingga membuatnya terjungkal dan bergulingan di tanah berulang kali. Batuk kecil terdengar dari mulut Aji. Sesaat kemudian, darah segar meleleh keluar dari sudut bibirnya. Sambil bangkit berdiri, dia mengusap darah tersebut dengan punggung tangannya. Belum sempat pemuda itu berdiri tegak, kembali sebuah serangan yang tidak bisa dilihat menghajar dadanya dengan telak. Beruntung Aji masih sempat menahannya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada ketika merasakan energi besar yang bergerak ke arahnya. Meskipun bisa melindungi dadanya, tapi tak urung tubuh Aji harus kembali terlempar hampir 12 langkah ke belakang hingga membentur sebuah batang pohon.Batuk kecil kembali te

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Ki Brenggolo Karang

    Sementara itu di sekitar lembah, terdapat sebuah gubuk kecil yang berdiri di dekat sungai kecil. Air di sungai itu berasal dari air terjun yang berada tidak jauh dari gubuk itu berdiri. Di dalam gubuk, Sanjaya terlihat duduk sendirian di sudut ruangan dengan wajah pucat pasi. Dia menunggu kedatangan Ki Brenggolo Karang yang menemui Caraka sejak dia baru datang di gubuk tersebut. Menjelang tengah malam, Ki Brenggolo Karang akhirnya kembali ke gubuknya yang biasa digunakannya beristirahat sehari-hari. Sanjaya yang tertidur sambil memeluk lutut, terbangun ketika terdengar suara pintu dibuka. “Ki, akhirnya kau kembali,” ucap Sanjaya pelan.“Kenapa kau kemari tanpa membawa gadis, Sanjaya? Apa kau tidak tahu jika proses yang dilakukan Guru Caraka sudah mendekati akhir?” tanya Ki Brenggolo Karang seraya menatap tajam Sanjaya yang menunduk ketakutan.“Maaf, Ki, sebenarnya tiga gadis tambahan yang dibutuhkan sudah tersedia, tapi sebelum aku membawanya kemari, ternyata anak buahku telah menc

  • Mustika Naga Bumi   Sambaran Petir

    Tubuh tinggi besar itupun terguling hingga menabrak dinding. Suara tubuhnya yang jatuh terdengar cukup keras. Aji berjalan mendekati lelaki itu dan berjongkok di sampingnya. ‘Hmmmm … ternyata pingsan,”’ batinnya. Aji bangkit berdiri untuk melihat kondisi istrinya yang masih berada di dalam kamar. Setelah Aji mengalirkan energinya ke dalam tubuh Ratih, wajah wanita cantik yang pucat itupun kembali segar seperti semula. “Kang, kenapa aku bisa ada di tempat ini?” tanya Ratih. “Panjang ceritanya, nanti saja kuceritakan. Sekarang kita selamatkan dulu gadis yang lain,” kata Aji. Dilihatnya tali tambang di atas sebuah lemari, kemudian diambilnya. ***Tiga orang gadis sudah dikeluarkan dari kamar, salah satunya adalah anak kepala desa Sudirjo. Sedang lelaki bertubuh besar terikat erat di sebuah kursi di ruang tamu. Setelah lelaki itu sadar, Aji pun melakukan interogasi. Dari pengakuannya, lelaki bernama Sanjaya itu diperintah oleh seorang lelaki tua yang merupakan bawahan dari Caraka, s

  • Mustika Naga Bumi   Pembebasan

    “Kalian kira aku sedang melucu?” Aji menggeleng dengan satu sudut bibir terangkat naik, “Tapi tidak apa-apa jika kalian berpikir seperti itu. Kalian nanti bisa tertawa sepuasanya setelah kucabut nyawa satu-satunya yang kalian miliki!” Hahahahaha! Semakin keraslah tawa 8 orang penjaga itu. Bahkan tawa mereka sampai terdengar masuk ke dalam dan memantik keingintahuan penjaga yang berada di dalam. Pintu gerbang pun terbuka, beberapa orang tampak keluar menemui 8 penjaga gerbang. “Kenapa kalian tertawa begitu keras, apa ada yang lucu?” tanya seorang penjaga yang baru saja keluar. “Lihatlah dia, katanya dia akan memberi hukuman kepada kita, bukankah itu sesuatu yang lucu? Apa hanya karena dia membawa pedang terus kita harus takut? Hahahaha!” “Kalian pasti akan ketakutan hingga meminta untuk tidak dibunuh!” sela Aji, kemudian bergerak begitu cepat hingga tiba-tiba sudah berada di depan penjaga yang sudah meremehkannya. Jari tangan Aji langsung mencengkeram leher orang itu hingga kesu

  • Mustika Naga Bumi   Pengorbanan Gadis

    Jendela kamar pun terbuka. Dua orang langsung melompat masuk ke dalam. Suasana kamar yang gelap tidak menyulitkan mereka berdua untuk menemukan ranjang yang digunakan Ratih tidur. Perlahan tubuh Ratih diangkat dan dibawa keluar. Satu orang yang berada di luar menerima tubuh wanita cantik itu. Mereka tidak memeriksa terlebih dahulu, karena merasa sudah mendapatkan targetnya. Dari atas atap, Aji merasa heran karena tidak ada perlawanan sedikitpun dari istrinya. Padahal seharusnya jika dalam posisi tersebut, Ratih pasti terbangun. Aji menilai ketiga orang tersebut menggunakan bius untuk membuat istrinya tidak sadar. Ketiga orang itu kemudian pergi sambil membawa Ratih. Suasana yang sepi membuat aksi mereka berjalan lancar tanpa ada halangan hingga keluar desa. Aji terus mengikuti dari belakang, dia menjaga jarak agar tidak diketahui ketiga orang yang membawa istrinya hingga masuk ke dalam hutan. Hampir tiga jam berjalan di dalam hutan, ketiga orang itu akhirnya sampai di bibir hutan,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status