“Gue mau kita putus, Kay.”
“Uhuk!”Kay, perempuan yang semula tengah asyik mengunyah beberapa boba di dalam mulutnya mendadak tersedak ketika seorang laki-laki di hadapannya mengatakan hal demikian.“Gi-gimana maksudnya?” Kay mencoba memastikan apa yang dia dengar barusan.Laki-laki itu menatap Kay mencoba mengulangi perkataannya dengan tegas, “Gue mau kita putus.”Kay mengedipkan matanya beberapa kali mencoba untuk mencerna apa yang baru saja dia dengar, “Serius, Ren?”Rendy, lelaki itu menganggukkan kepalanya sambal berdeham.“YES!” ucap Kay dengan cukup lantang.Rendy yang semula bersikap tenang itu mendadak menatap gadis di hadapannya dengan bingung. Pasalnya respons yang Kay berikan benar-benar di luar ekspektasinya.“Maksudnya yes?” tanya Rendy.
Kay menghabiskan boba yang masih ada di dalam mulutnya terlebih dahulu, “kenapa gak dari kemarin-kemarin aja sih mutusinnya?”“Lo gak sedih atau nanya alesan kenapa gue mutusin lo?” “Lo sendiri yang bilang kalau gue ini beda dari yang lain kan? kalau cewe-cewe lain mungkin bakalan ngelakuin hal yang baru aja lo bilang. tetapi gue engga,” jawab Kay.Rendy benar-benar tidak mengerti mengapa ada perempuan seperti Kay di dunia ini. Parahnya lagi, perempuan ini pernah mengisi hari-harinya selama dua tahun lebih. Bahkan sekarang, Kay masih asyik dengan minuman bobanya. Rendy tidak sedikit pun melihat ada kesedihan dari sorot mata perempuan ini.
Daripada kepalanya makin pusing, Rendy akhirnya berdiri dari tempat duduknya. dia langsung pergi meninggalkan Kay yang masih asyik dengan dunianya tanpa mengucapkan selamat tinggal. Kay hendak memanggil Rendy, namun dia memilih untuk mengurungkan niatnya.Mata yang berbinar, senyuman yang merekah dengan ekspresi wajah ceria yang semula dilihat oleh Rendy itu mendadak sirna. ketika Kay duduk sendirian di bangkunya, menatap bangku di hadapannya yang sudah kosong. Semua kepalsuan yang dia tampilkan juga ikut pergi bersamaan dengan mobil silver milik Rendy yang menjauh dari kafe.
Jika ada seleksi calon pemain sinetron, Kay akan dengan berbangga diri menyombongkan dirinya karena berakting merupakan kelebihan yang dia punya sejak dahulu. Entah sudah berapa banyak orang yang tertipu dengan permainannya. Begitu sempurna. Dia mampu menyembunyikan semua perasaannya memainkan perannya sebagai seorang perempuan ceria dengan begitu sempurna tanpa celah kesalahan sedikit pun. Sehingga orang lain akan dengan mudah terkecoh.Apa yang Kay lakukan tadi bukan tanpa alasan. Mungkin Rendy mengira bahwa Kay senang dengan akhir dari kisah mereka berdua. Tetapi, perasaan seseorang tidak ada yang tahu kecuali orang itu sendiri. Jika kalian tanya apa yang Kay rasakan sekarang tentunya adalah patah hati sedih. Rasanya tidak masuk akal jika ada seseorang yang tidak sedih dengan berakhirnya sebuah hubungan.Bagaimana pun, Kay adalah seseorang yang memiliki hak penuh atas hidupnya. Dia juga yang memiliki keputusan untuk hidupnya. Kay sengaja memilih bersikap seperti tadi. Dia memilih tidak bertanya apa alasan Rendy memutuskan hubungan mereka karena pada dasarnya, Kay sudah mengetahui itu semua.Bagaimana tidak, Kay dengan jelas memergoki Rendy pergi dengan seorang perempuan yang tidak asing adalah teman satu sekolahnya dahulu. Perempuan ini, bukan perempuan asing. Sebab perempuan ini pernah menjadi satu alasan Kay Rendy bertengkar dengan hebat. Kay tahu, perempuan ini menaruh hati pada mantan kekasihnya. rela melakukan apa saja untuk membuat Rendy meliriknya.
Perselingkuhan? Ya, mungkin bisa dibilang seperti itu. Hanya saja, perselingkuhan ini dilakukan dengan halus namun kurang rapi. Daripada harus berdebat hingga kehabisan energi, Kay memilih untuk diam bersikap seperti tadi. karena yang Kay tahu, jika seseorang melakukan perselingkuhan terungkap, sampai kapan pun akan sulit diakui. Pelaku akan terus mencari alasan atas pembenaran yang sudah dilakukannya. Jadi, Kay rasa jika keputusan yang dia lakukan tadi sudah benar. Daripada makin menyakiti diri sendiri, mungkin ini lebih baik.Perlahan, Kay menundukkan kepalanya. Air mata yang dia tahan ternyata lolos juga. dia tidak bisa menahannya lagi untuk kali ini. Mungkin karena Rendy pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. ditambah lagi, sekarang semua hal yang pernah terjadi antara dirinya Rendy terbesit di dalam benaknya. Membuat rasa sakit sesak itu makin timbul.
Kay menghapus air matanya dan bergegas menuju toilet yang ada di kafe. dia mengeluarkan semua apa yang dirasakannya. Rasa sedih, sesak, kecewa. Setelah kurang lebih sepuluh menit, Kay keluar dari bilik kamar mandi. dia sedikit terkejut melihat wajahnya di kaca besar. Seluruh wajahnya memerah. Mulai dari hidung sampai matanya.ketika Kay baru saja akan mencuci wajahnya, satu notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya. Kay pun memilih untuk membacanya.Tante Airin[Haloo, Kay. kalau lagi gak sibuk, bisa ke toko? Toko lagi lumayan ramai nih. Karyawan yang lainnya lagi pada delivery pesanan.]Membaca isi pesan tersebut, Kay pun langsung membasuh wajahnya dengan air.“Duh, masih merah lagi muka gue,” keluh Kay. Tetapi, dia tidak bisa menunggu lebih lama sebab harus segera ke toko.Jalanan Jakarta di sore hari ini cukup padat. Ralat, bukan cukup tetapi sangat padat. Selain karena baru selesai hujan, hari ini adalah hari Sabtu. Hari libur malam Minggu. Jadi Kay tidak heran jika dia terjebak macet selama hamper lima belas menit.
Airin Cake & Bakery.Nama itu terpampang dengan jelas di pinggir jalan. Toko kue roti yang cukup terkenal di daerah sana menjadikan alasan mengapa selalu ramai setiap harinya. ketika Kay baru saja membuka pintu, aroma roti kue-kue yang baru saja keluar dari oven membuatnya tersenyum kecil. Sebab, itu adalah wangi yang sangat Kay sukai. selain itu, padatnya pembeli juga membuat Kay tersenyum.Dia pun langsung menghampiri ruangan Airin – pemilik dari toko kue roti ini.“Aku bantu di bagian apa, tante?” tanya Kay ketika baru saja dipersilakan masuk oleh Airin.“Bagian dapur saja ya, Kay. kamu tolong bantu bikin beberapa adonan kue,” jawab Airin.Kay pun menganggukkan kepalanya. dia langsung masuk ke area dapur yang ternyata cukup berantakan. Tidak lupa Kay memakai apron miliknya.
“Mba, aku bikin adonan kue apa saja nih?” tanya Kay kepada salah satu karyawan yang ada di sana.“Eh, Kay. Ini aja kamu tolong teruskan adonan kue yang punyaku ya. Aku mau lanjut oven kue cokelat,” jawab Desi.“Siap, mba Desi!” balas Kay dengan semangatnya.Aneh rasanya. Padahal belum ada satu jam yang lalu, Kay tengah menangis dan menikmati momen patah hatinya sendirian di kamar mandi. tetapi sekarang, perasaan itu seketika hilang. Diganti dengan senyumannya yang tidak henti hilang di permukaan wajahnya. Kay dapat menyimpulkan jika saat ini, dia memang tengah menikmati apa yang sedang dikerjakannya.Selain itu, kesibukan mungkin adalah obat patah hati yang sangat manjur. sehingga, kemungkinan besar ini merupakan hal yang akan Kay pilih sebagai jalan untuk sembuh dari luka untuk melupakan Rendy secara perlahan.
Meski Kay sempat berpikir sepertinya tidak akan mudah untuk melupakan Rendy. Tetapi yang jelas, dengan adanya patah hati ini, dia berharap bahwa kebahagiaan yang selama ini selalu diimpikannya akan datang dan memeluk dirinya.
Ah entahlah, apapun itu dan bagaimana pun itu, yang jelas Kay saat ini hanya ingin merasa sedikit lebih tenang. Semoga saja kedepannya dia akan memiliki banyak kesibukkan.
Ketika Kay sedang mengeringkan tangannya, sebuah notifikasi masuk dari ponsel yang berada di saku celananya. Dia pun meraih ponsel tersebut dan membaca isi pesan yang dikirimkan oleh nomor yang tidak dikenalnya.
+62819283xxx
[Selamat memasuki fase putus dari hubungan yang selalu lo banggakan itu, Kayshilla. Akhirnya waktu yang gue tunggu-tunggu datang juga. Enjoy your broken heart phase, Shilla.]
Deg.
Detak jantungnya mendadak berdegup lebih cepat ketika Kay membaca isi pesan tersebut. Tanpa perlu mencari tahu siapa pengirimnya, Kay sudah mengetahuinya. Kay terdiam untuk beberapa saat. Akan ada hal yang jauh lebih sulit selain melupakan. Hal itu adalah merelakan.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Kay sedang merebahkan tubuhnya di lantai sambal menikmati sejuknya pendingin ruangan. Hari ini benar-benar sibuk, bahkan di luar ekspektasinya. “Aduh, maaf banget ya Kay kamu jadi lembur,” ujar Airin yang baru saja datang, membuat Kay yang semula sedang memejamkan matanya itu pun membuka dengan perlahan.Kay terkekeh, “gapapa kok tante.” “Kamu Minggu ini berarti belum libur, Kay. Gimana kalau besok saja liburnya?” tawar Airin.“Tapi besok kan banyak pesenan yang harus dianter tante. kalau aku libur, takutnya kekurangan orang.” “Oh iya juga ya.” “Udah, gapapa tante. Buat masalah libur bisa diatur kok. Lagian aku lagi ingin sibuk,” sambung Kay. Airin hanya terkekeh mendengar jawaban Kay. “Sasha belum pulang, tan?” tanya Kay. “Oh iya, tante lupa. Tadi Sasha titip pesan, katanya kalau kamu udah selesai kerja, dia minta kamu ke rumah. Pulang bareng sama tante saja kalau begitu, Kay,” ajak Airin. Kay pun mengangguk setuju.
Suasana gaduh sudah terjadi sejak sepuluh menit yang lalu. Siapa lagi jika bukan Kayshilla pelakunya. Gadis itu saat ini tengah menyisir mengikat rambutnya dengan gerakan yang super cepat.“Haduh, haduh. di mana lagi nih proposalnya?” tanya Kay kepada dirinya sendiri.Dia mengobrak-abrik seisi kamar apartemen nya, mencari kumpulan kertas yang sudah di jilid itu. Deru napas detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. ini semua karena Kay yang bangun terlambat. Alasan klasik. Namun memang nyata adanya seperti itu. Padahal semalam dia sudah memasang alarm di ponselnya.Mungkin karena kemarin Kay cukup kewalahan bekerja membuatnya kelelahan. sehingga Kay benar-benar tepar sulit untuk bangun.“Ah ini dia!” ucapnya dengan nada semangat. Perasaan lega yang semula dia rasakan sirna dengan cepat ketika melihat jarum jam yang bergerak di setiap menitnya.Tanpa harus menunggu lama lagi, Kay langsung meninggalkan kamar apartemennya bergegas menuju kampus dengan motornya.Waktu tempuh yang
“Kok malah diem saja sih?!” tanya Kay saat dia menyadari ada Alzam di belakangnya. Lelaki itu tidak bisa lewat karena Kay yang menutupi akses jalan keluar.Alzam masih terdiam. dia memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh perempuan ini jika dirinya tidak membantu.“Aduh..” keluh Kay yang masih merasakan sakit. dia akhirnya berusaha untuk berdiri meski beberapa kali terduduk lagi karena rasa nyeri itu masih ada.Bukannya mencoba untuk membantu, Alzam justru malah melewati melangkahi kaki Kay untuk bisa keluar dari koridor yang cukup sempit itu. Membuat Kay terkejut untuk kesekian kalinya. Rasanya Kay ingin memarahinya karena tidak memiliki rasa sopan santun sedikit pun. Dengan tanpa bersalahnya, lelaki itu malah melangkahi dirinya tanpa mengucap kata ‘permisi’?“Dasar gak sopan!” maki Kay dengan nada pelan. Dia pun berusaha untuk bangun mengejar Alzam.Langkah lelaki itu sangat cepat, membuat Kay pun ikut mempercepat langkahnya.“Eh, tunggu!” teriak Kay.Seakan tidak mendengar, Alzam
Itu dia. Seseorang yang sebenarnya tidak ingin Kay temui. Sejak lama. tetapi Kay malah harus kembali berada di dalam satu lingkungan yang sama dengannya. Aurelie Artawinata. Seorang perempuan yang sekaligus pernah menjadi teman satu sekolahnya. Perempuan yang pernah menjadi penyebab pertengkaran hebat antara dirinya Rendy. Padahal Kay sudah berharap bahwa kelulusan sekolah merupakan hal yang ditunggu-tunggu, agar dirinya tidak perlu bertemu dengan Aurel lagi.Namun sepertinya untuk doanya yang satu ini, Tuhan sedang tidak berpihak kepada dirinya. Mereka dipertemukan kembali di satu universitas yang sama. Meski dengan fakultas yang berbeda. tetapi tetap saja, ketika Rendy menjemputnya, mau tidak mau sering berpapasan dengan Aurel.“Lo lagi ngapain sama cowo ini?” tanya Aurel sambil menatap Alzam.Kay tersadar dari lamunannya. dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Awalnya, Kay idak berminat untuk menjawab. tetapi, satu ide gila muncul di benaknya. dia menatap Alzam sejenak langsung m
"Dor!!"Suara yang cukup lantang itu membuat Kay yang semula sedang termenung mendadak terkejut. Ditambah lagi, seseorang itu menepuk pundaknya. Dia menoleh dan langsung mendengus ketika mengetahui bahwa Sasha adalah pelakunya."Lagi hujan gini malah melamun," ujar Sasha sambil memberikan secangkir matcha latte hangat kepada sahabatnya itu.Kay tersenyum kecil dan mengucapkan terima kasih untuk matcha latte hangat yang dibawakan oleh Sasha."Lo gak pernah baca buku angkatan ya?" tanya Kay.Sasha memberikan ekspresi bingung."Disitu tertera jelas kalau hobi gue selain mendengarkan musik yaitu melamun," lanjut Kay."Aneh," balas Sasha sambil terkekeh.Kekehannya memudar, Kay pun kembali larut dalam lamunannya. Dia memperhatikan situasi jalan raya dari dalam kafe. Jendela kaca yang besar menjadi pelindung Kay dari cipratan air hujan. Suara kendaraan yang berlalu lalang ditambah rintikkan air hujan benar-benar memberikan ketenangan sendiri untuknya."Kali ini apa yang lagi lo pikirin?" ta
Brak! Tanpa sengaja Kay menjatuhkan tas bingkisan yang dia bawa sesaat ketika dia melihat apa yang ada di hadapannya. Bersamaan dengan itu, Alzam dengan cepat langsung melepas pelukan Bella. Begitu juga dengan Bella. Dia langsung membalikkan tubuhnya dan melihat ada seorang perempuan dengan kemeja lengan panjang berwarna hitam. Seakan seperti maling yang tertangkap basah, Kay pun langsung mengambil tas bingkisannya yang jatuh. "Hah, ya ampun, kuenya..." ringis Kay. Perempuan itu segera mengecek apakah ada kue yang dibawanya mengalami kerusakan akibat terjatuh tadi. Alzam melangkahkan kakinya menghampiri. Membuat Kay menghentikan kegiatannya sejenak dan mendongakkan kepalanya. Dari bawah, dia dapat melihat bahwa Alzam sedang menatapnya dengan tajam. Tatapan itu seakan mengisyaratkan ada keperluan apa Kay datang kesini. "Mau apa lo kesini?" tanya Alzam tanpa basa-basi. Bella pun menghampiri Alzam, "kamu kenal sama dia?" Kay menatap dua orang ini secara bergantian. Dia pun berdiri
"Eh? Engga usah," tolak Kay dengan spontan ketika dia menyadari bahwa Alzam lah yang memakaikan selimut itu pada tubuh Kay. Duh, rasanya Kay ingin kembali menarik penolakannya. Sebab apa yang diucapkan dengan apa yang dirasakannya saat ini berbanding terbalik. Dia benar-benar butuh selimut itu. Bahkan kalau boleh, dia ingin lebih dari satu selimut. Tapi dia malah menolaknya lantaran merasa tidak enak hati dengan Alzam. "Yaudah," balas Alzam. Lelaki itu langsung mengambil kembali selimut yang dia pakaikan pada Kay. Ketika Alzam hendak masuk, sebuah tangan menahannya. Dia menoleh dan mendapati Kay yang tengah menatapnya dengan cengiran khasnya. Ada satu hal yang Alzam sadari. Tangan perempuan ini dingin. Ditambah lagi tubuh serta rambutnya sedikit basah karena cipratan air hujan. "Boleh narik lagi penolakan yang baru saja gue ucapin ngga?" tawar Kay dengan wajah bersalahnya. Alzam yang semula sedang memperhatikan perempuan ini pun lantas langsung mengalihkan pandangannya dan be
Canggung adalah kata yang dapat menggambarkan bagaimana situasi saat ini. Meski hanya sempat bersentuhan dalam hitungan detik, namun rupanya hal tersebut dapat memberikan efek kepada Kay maupun Alzam. Untung saja tidak berapa lama, Sasha datang untuk menjemput Kay. Perempuan itu sempat terkejut ketika melihat dengan siapa Kay saat ini. Namun dia lebih memilih diam dan memberikan senyuman ramahnya kepada Alzam, walaupun laki-laki itu hanya membalasnya dengan anggukan sesaat.Mulanya Kay berniat untuk mengembalikan hoodie milik Alzam, namun itu semua sepertinya tidak bisa terlaksana sekarang sebab Kay menyadari jika hoodie lelaki itu sedikit lembab karenanya. Alhasil Kay pun harus meminta izin kepada Alzam untuk menyuci terlebih dahulu hoodie tersebut sebelum dikembalikan."Kak, hoodienya-""Bawa saja," potong Alzam. Seakan dia tahu apa yang akan dikatakan oleh Kay.Kay pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum, "makasih banyak ya kak. Gue pamit dulu."Kesekian kalinya lelaki itu hanya
"Kenapa lo ngelihatin gue?"Pertanyaan dengan nada suara yang cukup berat itu mampu menyadarkan Kay. Dia benar-benar tidak sadar jika sudah cukup lama menatap Alzam. Dan sekarang, Kay merasa kikuk sendiri. Perempuan itu memilih menarik tangannya yang tadi sempat diobati oleh Alzam dibandingkan menjawab pertanyaan dari lelaki tersebut."Sudah gue obatin. Sekali lagi sorry," ujar Alzam lagi.Kay memperhatikan punggung tangannya yang. Dia terkekeh dan hal itu membuat Alzam menatapnya dengan tatapan heran. Perempuan aneh. Batin Alzam. "Gue kira lo itu benar-benar galak. Tapi ternyata masih punya sisi lucu juga ya?" kekeh Kay."Maksudnya apa?" tanya Alzam dengan datar."Pemilih plesternya cukup menarik," balas Kay.Alzam lalu menyadari maksud perkataan dari Kay. Dia pun membela diri, "yang polosnya gak ada."Kay hanya mengangguk saja, mengiyakan apa yang dikatakan oleh Alzam sambil terkekeh. Karena merasa kewajibannya sudah selesai, Alzam yang kala itu baru saja ingin berdiri dari tempatn
Kayshilla[Morning Sasha! Aduh sorry banget ya gue gak sempat pamitan sama lo, soalnya gue lihat lo tidurnya masih nyenyak banget. Gue gak enak kalau bangunin. Anyway hari ini kayaknya gue mau libur dulu kerjanya. Gue sudah bilang sama tante Airin dan diizinin sih, cuma takutnya tante Airin lupa... Jadi gue mau minta tolong ke lo untuk sampaikan ke nyokap lo ya! Thankyou, Sash. Nanti gue jajanin es teh di kampus!]Sasha hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat baru saja bangun tidur dan membaca pesan masuk di ponselnya. Sahabatnya itu memang bisa dibilang seorang yang pekerja keras. Ya bagaimana tidak, dia hidup untuk dirinya sendiri. Jika Kay tidak bekerja, bagaimana bisa dia dapat bertahan sejauh ini. ***Kay tidak berbohong sepenuhnya kepada Airin atau pun Sasha. Dia mengajukan libur hari ini dengan alasan ingin mengistirahatkan dirinya. Namun disinilah Kay. Perempuan dengan sweater berwarna hitam polos dan celana jeans berwarna senada itu tengah duduk di hamparan rumput yan
Alzam benar-benar baru ingat kalau hari ini Bella akan datang ke rumahnya. Padahal dia sudah berniat untuk pergi lebih pagi untuk menghindari Bella, tetapi itu semua gagal karena ulahnya sendiri. Dan berakhirlah seperti sekarang. Bella yang saat ini sudah terduduk manis dan rapih di ruang tamu untuk menunggu Alzam. Laki-laki itu tengah berada di dalam kamar sambil memilih pakaian yang akan dikenakannya. Dengan terpaksa Alzam harus mengiyakan permintaan Bella. Perempuan itu meminta waktu Alzam satu hari penuh untuk menemaninya. Menolak secara langsung tidak akan berpengaruh untuk Bella. Perempuan itu akan mencari cara supaya Alzam mau menurutinya. Maka jika seperti itu, Alzam pun sudah memikirkan seribu cara untuk nantinya bisa pergi menghindar dan tidak memiliki waktu yang lama dengan Bella.Bella langsung berdiri dari duduknya ketika melihat Alzam sudah keluar dari kamarnya. Seakan memang sudah bertemu lama sekali, Bella menatap Alzam dengan tatapan kagumnya. Laki-laki itu hanya men
Canggung adalah kata yang dapat menggambarkan bagaimana situasi saat ini. Meski hanya sempat bersentuhan dalam hitungan detik, namun rupanya hal tersebut dapat memberikan efek kepada Kay maupun Alzam. Untung saja tidak berapa lama, Sasha datang untuk menjemput Kay. Perempuan itu sempat terkejut ketika melihat dengan siapa Kay saat ini. Namun dia lebih memilih diam dan memberikan senyuman ramahnya kepada Alzam, walaupun laki-laki itu hanya membalasnya dengan anggukan sesaat.Mulanya Kay berniat untuk mengembalikan hoodie milik Alzam, namun itu semua sepertinya tidak bisa terlaksana sekarang sebab Kay menyadari jika hoodie lelaki itu sedikit lembab karenanya. Alhasil Kay pun harus meminta izin kepada Alzam untuk menyuci terlebih dahulu hoodie tersebut sebelum dikembalikan."Kak, hoodienya-""Bawa saja," potong Alzam. Seakan dia tahu apa yang akan dikatakan oleh Kay.Kay pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum, "makasih banyak ya kak. Gue pamit dulu."Kesekian kalinya lelaki itu hanya
"Eh? Engga usah," tolak Kay dengan spontan ketika dia menyadari bahwa Alzam lah yang memakaikan selimut itu pada tubuh Kay. Duh, rasanya Kay ingin kembali menarik penolakannya. Sebab apa yang diucapkan dengan apa yang dirasakannya saat ini berbanding terbalik. Dia benar-benar butuh selimut itu. Bahkan kalau boleh, dia ingin lebih dari satu selimut. Tapi dia malah menolaknya lantaran merasa tidak enak hati dengan Alzam. "Yaudah," balas Alzam. Lelaki itu langsung mengambil kembali selimut yang dia pakaikan pada Kay. Ketika Alzam hendak masuk, sebuah tangan menahannya. Dia menoleh dan mendapati Kay yang tengah menatapnya dengan cengiran khasnya. Ada satu hal yang Alzam sadari. Tangan perempuan ini dingin. Ditambah lagi tubuh serta rambutnya sedikit basah karena cipratan air hujan. "Boleh narik lagi penolakan yang baru saja gue ucapin ngga?" tawar Kay dengan wajah bersalahnya. Alzam yang semula sedang memperhatikan perempuan ini pun lantas langsung mengalihkan pandangannya dan be
Brak! Tanpa sengaja Kay menjatuhkan tas bingkisan yang dia bawa sesaat ketika dia melihat apa yang ada di hadapannya. Bersamaan dengan itu, Alzam dengan cepat langsung melepas pelukan Bella. Begitu juga dengan Bella. Dia langsung membalikkan tubuhnya dan melihat ada seorang perempuan dengan kemeja lengan panjang berwarna hitam. Seakan seperti maling yang tertangkap basah, Kay pun langsung mengambil tas bingkisannya yang jatuh. "Hah, ya ampun, kuenya..." ringis Kay. Perempuan itu segera mengecek apakah ada kue yang dibawanya mengalami kerusakan akibat terjatuh tadi. Alzam melangkahkan kakinya menghampiri. Membuat Kay menghentikan kegiatannya sejenak dan mendongakkan kepalanya. Dari bawah, dia dapat melihat bahwa Alzam sedang menatapnya dengan tajam. Tatapan itu seakan mengisyaratkan ada keperluan apa Kay datang kesini. "Mau apa lo kesini?" tanya Alzam tanpa basa-basi. Bella pun menghampiri Alzam, "kamu kenal sama dia?" Kay menatap dua orang ini secara bergantian. Dia pun berdiri
"Dor!!"Suara yang cukup lantang itu membuat Kay yang semula sedang termenung mendadak terkejut. Ditambah lagi, seseorang itu menepuk pundaknya. Dia menoleh dan langsung mendengus ketika mengetahui bahwa Sasha adalah pelakunya."Lagi hujan gini malah melamun," ujar Sasha sambil memberikan secangkir matcha latte hangat kepada sahabatnya itu.Kay tersenyum kecil dan mengucapkan terima kasih untuk matcha latte hangat yang dibawakan oleh Sasha."Lo gak pernah baca buku angkatan ya?" tanya Kay.Sasha memberikan ekspresi bingung."Disitu tertera jelas kalau hobi gue selain mendengarkan musik yaitu melamun," lanjut Kay."Aneh," balas Sasha sambil terkekeh.Kekehannya memudar, Kay pun kembali larut dalam lamunannya. Dia memperhatikan situasi jalan raya dari dalam kafe. Jendela kaca yang besar menjadi pelindung Kay dari cipratan air hujan. Suara kendaraan yang berlalu lalang ditambah rintikkan air hujan benar-benar memberikan ketenangan sendiri untuknya."Kali ini apa yang lagi lo pikirin?" ta
Itu dia. Seseorang yang sebenarnya tidak ingin Kay temui. Sejak lama. tetapi Kay malah harus kembali berada di dalam satu lingkungan yang sama dengannya. Aurelie Artawinata. Seorang perempuan yang sekaligus pernah menjadi teman satu sekolahnya. Perempuan yang pernah menjadi penyebab pertengkaran hebat antara dirinya Rendy. Padahal Kay sudah berharap bahwa kelulusan sekolah merupakan hal yang ditunggu-tunggu, agar dirinya tidak perlu bertemu dengan Aurel lagi.Namun sepertinya untuk doanya yang satu ini, Tuhan sedang tidak berpihak kepada dirinya. Mereka dipertemukan kembali di satu universitas yang sama. Meski dengan fakultas yang berbeda. tetapi tetap saja, ketika Rendy menjemputnya, mau tidak mau sering berpapasan dengan Aurel.“Lo lagi ngapain sama cowo ini?” tanya Aurel sambil menatap Alzam.Kay tersadar dari lamunannya. dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Awalnya, Kay idak berminat untuk menjawab. tetapi, satu ide gila muncul di benaknya. dia menatap Alzam sejenak langsung m
“Kok malah diem saja sih?!” tanya Kay saat dia menyadari ada Alzam di belakangnya. Lelaki itu tidak bisa lewat karena Kay yang menutupi akses jalan keluar.Alzam masih terdiam. dia memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh perempuan ini jika dirinya tidak membantu.“Aduh..” keluh Kay yang masih merasakan sakit. dia akhirnya berusaha untuk berdiri meski beberapa kali terduduk lagi karena rasa nyeri itu masih ada.Bukannya mencoba untuk membantu, Alzam justru malah melewati melangkahi kaki Kay untuk bisa keluar dari koridor yang cukup sempit itu. Membuat Kay terkejut untuk kesekian kalinya. Rasanya Kay ingin memarahinya karena tidak memiliki rasa sopan santun sedikit pun. Dengan tanpa bersalahnya, lelaki itu malah melangkahi dirinya tanpa mengucap kata ‘permisi’?“Dasar gak sopan!” maki Kay dengan nada pelan. Dia pun berusaha untuk bangun mengejar Alzam.Langkah lelaki itu sangat cepat, membuat Kay pun ikut mempercepat langkahnya.“Eh, tunggu!” teriak Kay.Seakan tidak mendengar, Alzam