/ Romansa / Mr. Rahasia / 2. Perhatian Kecil

공유

2. Perhatian Kecil

작가: Kysera
last update 최신 업데이트: 2021-10-18 15:12:33

    Adrian mengguncang pelan tubuh Aleeya yang baru saja ia letakkan di kasur. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan gadis itu tergeletak di depan pintu kamar mandi. Tidak ada yang tahu sudah berapa lama Aleeya tidak sadarkan diri, karena ia sedang bekerja dan tidak ada seorang pun di apartemennya.

    Seminggu yang lalu Adrian membawa Aleeya ke apartemen miliknya usai pemakaman. Seminggu yang lalu juga ia tidak lagi berbicara dengan Aleeya. Gadis itu selalu menutup diri dan tampak uring-uringan. Adrian yang tidak ingin ambil pusing membiarkannya begitu saja dan tetap menyiapkan kebutuhan Aleeya.

    "Aleeya, bangun! Aleeya bangun, Sayang!" pekik Adrian sambil menepuk lembut pipi Aleeya. Raut wajahnya tampak khawatir, karena gadis itu belum membuka matanya.

Sayang? Yah, Adrian biasa menggunakan panggilan itu bahkan sebelum mereka menikah. Adrian sudah menganggap Aleeya seperti keponakannya sendiri. Suara bel apartemen berbunyi, bergegas Adrian keluar untuk membukakan pintu.

    "Apa yang terjadi dengannya?" tanya seorang pria berkemeja light blue menenteng sebuah koper kecil.

    "Aku tidak tahu. Aku mendapatinya sudah pingsan saat pulang tadi," jawab Adrian sambil menuntun jalan menuju kamar.

    Pria yang bersama Adrian mendekati Aleeya yang terbaring. Wajahnya tampak pucat dan kusam. Bibirnya terlihat kering dan terkelupas. Pria itu mengecek denyut nadi, detak jantung, dan kelopak mata Aleeya dengan alat-alat yang ada di kopernya.

    "Bagaimana keadaannya, Nan?" Adrian memperhatikan gerakan sahabatnya dari ambang pintu.

    "Dia kelelahan, apa dia selalu begadang atau tidur dengan waktu yang cukup?" tanya Kinaan sambil menyiapkan sebuah spuit.

    "Aku tidak tahu," jawab Adrian.

    "Dasar aneh," lirih Kinaan yang melirik ke arah Adrian.

    Adrian memang tidak tahu mengenai keseharian Aleeya. Karena ia selalu pergi pagi dan kembali larut malam. Ia hanya akan singgah sebentar untuk mengantarkan beberapa jenis makanan untuk Aleeya. Mereka juga tidur di kamar terpisah, kebetulan apartemennya memiliki dua kamar.

    "Aku akan menyuntikkan vitamin."

    "Lakukan yang terbaik."

    "Apa dia masih bekerja paruh waktu sebagai dokter pendamping?" Tangan Kinaan dengan terampil meletakkan plester bekas suntikan ke tangan Aleeya.

    "Yah, masih, tetapi akan berhenti." Nada suara Adrian mulai berubah tidak mengenakkan.

    "Kenapa? Dia cerdas dan berbakat. Dia akan memiliki pengalaman lebih sejak dini. Jarang ada dokter pendamping sepertinya," jelas Kinaan panjang lebar.

    "Dia harus fokus dengan kuliahnya," balas Adrian sambil mendekati Kinaan yang sudah berdiri dari posisinya.

    "Yah, kau suaminya."

    "Baguslah kalau kau mengerti."

    Kinaan melirik sinis Adrian, sedangkan yang dilirik hanya acuh. "Aku akan memberinya resep obat, dan kau bisa menebusnya di apotek," ujar Kinaan, tangannya cekatan mengukir tulisan di selembar kertas.

    "Sebaiknya kau lebih mendekatkan diri dengannya. Aku yakin dia membutuhkanmu," saran Kinaan sambil menghentikan gerakan tangannya sejenak.

    Adrian berdecak, tetapi tatapannya lekat pada Aleeya yang belum membuka matanya. "Thank’s," ucap Adrian ketika menerima tulisan tangan khas dokter.

    "Dia hanya perlu istirahat. Jika sudah waktunya dia akan bangun sendiri," sela Kinaan menangkap sorot mata Adrian.

    "Baiklah, aku akan mengantarmu sekalian menebus resep ini," timpal Adrian datar.

    Sebelum meninggalkan apartemen, Adrian memastikan Aleeya beristirahat dengan nyaman. Ia meletakkan sebuah guling di sisi ranjang dan menyelimuti tubuh Aleeya hingga dada.

**

    Seorang pria bertubuh atletis duduk di pinggir kolam renang dengan rambut basah dan berantakan. Ia menengadah membiarkan semburat bulan menyinari wajahnya, membiarkan semilir angin menerpa tubuh telanjang, dan hanya menyisakan bokser yang masih melekat. Sudah beberapa detik ia masih enggan membuka mata. Seolah-olah ia tenggelam dalam lamunan.

    "Alex! Alex!" teriakan yang menusuk hingga ke gendang telinga membuat pria itu tersentak.

    "Papah," ucap Alex menengok ke sumber suara dari dalam rumah.

    Bagaskara Brawijaya, pria berusia setengah abad. Bagas tengah berdiri dengan wibawa di belakang Alex. Wajahnya garang, tampak kemarahan menguasai dirinya. Beberapa meter di belakang Bagas, dua orang bodyguard bertubuh kekar berdiri tegap.

    "Papah." Alex beranjak dari posisinya menuju papahnya.

    "Papah kok sudah pul—"

    Plak! Tamparan keras menghentikan ucapan Alex.

    "Dasar anak tidak berguna!" maki Bagas.

    "Maafkan Alex, Pah," lirih Alex, merundukkan kepalanya.

    "Maaf tidak akan berguna, jika kau sampai ketahuan pada saat itu!" bentak Bagas.

    "Tapi semua berjalan sesuai rencana, Pah. Pria itu sudah tiada," bela Alex.

    "Itu karena Dave, jika tidak semua sudah berantakan." Kali ini Bagas sedikit merendahkan suaranya.

    "Maaf Pah, lain kali Alex akan lebih berhati-hati."

    "Jika kejadian ini terulang lagi, aku tidak akan membantumu!" gertak Bagas.

    "Baik, Pah."

    "Dan jangan harap kau bisa kembali dalam keluarga Brawijaya, jika kau tidak bisa diandalkan!" ancam Bagas yang selalu ia lontarkan pada Alex.

    Bagas meludah ke sembarang arah, sebelum meninggalkan putranya yang masih menundukkan kepala.

    "Arrgghh …," jerit Alex meluapkan sesak di dadanya.

    Ia mendongak menatap cakrawala dengan kedua tangan yang terkepal kuat, sehingga membuat buku-buku jarinya memucat. Matanya terpejam erat mengeluarkan bulir-bulir bening dari pelupuk mata. Pemilik nama asli Alexander Louis Brawijaya itu telah berubah menjadi Alexander Louis, ketika sang ayah menendangnya dari keluarga Brawijaya. Pria berusia dua puluh empat tahun, merupakan putra bungsu dari tiga bersaudara Brawijaya. Dua tahun belakangan ini ia berusaha mengikuti arahan ayahnya agar bisa mendapatkan posisinya kembali.

    "Sebaiknya, kau tidak perlu lagi mengikuti papah," ucap seseorang yang baru saja datang.

    Suara itu sangat familier di telinga Alex. "Kau tidak akan pernah merasakan menjadi yang terbuang sepertiku, Dave," sindir Alex.

    Alex melangkah ke taman kecil, lalu menghempaskan tubuh pada kursi bercat putih. Pandangannya tertuju pada air yang tenang.

    "Aku sudah terlalu jauh mengikutinya, sedangkan kau baru memulai. Kembalilah pada diri mu yang sebenarnya, Lex. Jangan mengikuti jejak kami," saran Dave yang sudah duduk berdampingan dengan Alex.

    "Aku sedang berusaha mendapatkan tempat dan keluarga ku kembali," keluh Alex.

    "Kau tidak bisa melakukannya. Lupakan semua dan hiduplah dengan tenang," timpal Dave.

    Tidak ada lagi jawaban dari Alex, melainkan hanya keheningan. Dua pria yang umurnya hanya terpaut dua tahun itu memiliki postur tubuh yang sama. Jika dilihat dengan sekilas mata, hidung, bibir, dan garis wajah mereka nyaris serupa.

    "Gadis itu telah menikah, sebelum kepergian ayahnya." Dave melirik sekilas ke arah Alex. "Apa kau masih tidak ingin menemuinya?" tanya Dave saat teringat sesuatu tentang Alex.

    "Untuk apa? Dia tidak akan mengenaliku," balas Alex.

    "Jangan pesimis, kau saja belum mencobanya. Mungkin ingatannya sudah kembali," tutur Dave sambil menepak kepala Alex.

    "Apa kau masih berhubungan dengannya?" tanya Alex.

    "Sudah seminggu ini aku tidak menghubunginya. Cepat atau lambat aku pasti meninggalkannya," jawab Dave.

    "Kau benar-benar brengsek!" umpat Alex, kemudian berlalu meninggalkan Dave.

    Dave tersenyum jahat merespons aksi Alex. Terlintas bayangan dirinya dengan seorang gadis lugu sedang bersama. Seandainya saat itu Alex menerima permintaan ayahnya, Dave tidak akan berada di posisinya sekarang. "Kau brengsek, Dave," lirih Dave pada diri sendiri.

관련 챕터

  • Mr. Rahasia   3. Wanita Rahasia

    Seorang pria berbalut kaos tipis dan celana pendek sedang berkutat di dapur. Gerakannya cekatan dan terampil. Di atas meja sudah terhidang jenis makanan yang dapat menggelitik penciuman dan membangkitkan selera makan. Sesekali ia melirik lorong kecil yang terdapat dua pintu saling berhadapan. Krek! Suara pintu terbuka menjadi perhatian pria yang sedang memindahkan hidangan ke meja makan minimalis. "Aleeya, kemarilah kita makan," pinta pria itu pada gadis yang baru saja keluar dari kamarnya. Gadis berpiama itu mendekat dengan senyum yang mengembang. "Paman memasak semua ini?" tanya Aleeya tampak kagum. Adrian mengangguk dan menampilkan senyum. Aleeya merasa malu dan minder, karena selama ini ia hanya bisa memasak air dan mi instan. "Duduk!" Aleeya terkejut ketika Adrian sudah menarik kursi untuknya. "Makasih,

    최신 업데이트 : 2021-10-18
  • Mr. Rahasia   4. Pengakuan Dave

    Aleeya sedang berdiri di depan cermin yang memperlihatkan pantulan dirinya secara menyeluruh. Ia tampak cantik menggunakan kemeja berwarna merah muda dan rok sepan pendek berwarna putih. Rambut panjangnya ia biarkan terurai. Tidak lupa riasan tipis pada wajah agar terkesan natural. "Aku sudah tidak sabar bertemu dengan Dave," gumam Aleeya, tersenyum. Ia sangat merindukan kekasihnya. Sudah seminggu lebih mereka tidak bertemu. Dave juga tidak pernah menghubungi atau membalas pesan-pesan Aleeya. Tok! Tok! Tok! Aleeya membuang nafas pelan sambil melirik ke pintu yang di ketuk. Ia berjalan santai menuju pintu sambil menenteng hand bag sewarna dengan baju. Krek! Pintu terbuka setelah Aleeya menurunkan handel. "Aku sudah membuat sarapan. Kamu makan dulu, baru kita berangkat," pinta Adrian yang sudah rapi dengan se

    최신 업데이트 : 2021-11-19
  • Mr. Rahasia   5. Kemarahan Adrian

    Aleeya mendorong tubuh Dave. Kali ini Dave menuruti Aleeya, ia tidak lagi menahan Aleeya berada dalam dekapan. "Paman …." Aleeya memutar tubuh yang masih terkejut. "Pulang!" tegas Adrian. Adrian menjadi saksi perseteruan antara Aleeya dan Dave. Susah payah ia menahan emosi untuk tidak menghajar Dave saat ini juga. Padahal ia bisa saja melakukan tindakan di luar batas pada Dave, jika saja tidak ada Aleeya. Tidak sia-sia ia mencari keberadaan Aleeya untuk mengantarkan barang milik Aleeya yang tertinggal. "Kemari!" pinta Adrian yang masih berdiri tegap di ambang pintu dengan kedua tangan ia masukan dalam saku celana. Aleeya menunduk, perlahan ia berjalan menuju Adrian. Sadar tidak memiliki alasan untuk tetap berada di sini dan Adrian satu-satunya tempat ia kembali untuk melanjutkan hidup. "Aleeya …," lirih Dave. Panggilan itu m

    최신 업데이트 : 2021-11-23
  • Mr. Rahasia   6. Teror

    Orang-orang berlari dengan histeris, saat menyadari diri mereka dalam bahaya. "Paman," bisik Aleeya sambil mendongak menatap Adrian yang sedang mendekapnya. Adrian memutar tubuh mereka, sehingga tubuh Aleeya berada tepat di pintu bagasi mobil yang memiliki desain cukup besar untuk berlindung. Adrian tahu, serangan itu berasal dari gedung rumah sakit yang berada tepat di belakang mereka, namun tidak tahu pasti di mana posisi penyerang itu. "Aleeya, apa kau takut?" tanya Adrian sambil membawa tubuh mereka untuk merunduk. Dor ! Dor ! Adrian menggerakan tangannya pada beberapa orang yang juga berada di balik mobil, berdekatan dengan dirinya. Adrian memberi isyarat agar mereka yang terjebak di halaman parkir untuk terus menunduk dan tetap tenang. "Aleeya," panggil Adria

    최신 업데이트 : 2021-12-20
  • Mr. Rahasia   7. Memulai lembaran baru

    Di kursi mobil dengan pintu terbuka, Aleeya duduk melamun. Pikirannya benar-benar kacau setelah kejadian barusan. Antara memikirkan Dave yang telah mengkhianatinya dan Adrian yang sedang mempertaruhkan nyawa di dalam gedung rumah sakit. "Aleeya …" Aleeya tersentak ketika Dave menghampirinya dengan wajah penuh luka. Bahkan di kemeja yang ia gunakan terdapat bercak darah akibat pertarungan tadi pagi. "Kak, Dave. Ngapain ke sini?" tanya Aleeya dengan suara bergetar. "Apa kamu baik-baik saja? Aku mengkhawatirkan mu," jawab Deve dengan menjaga jarak dari Aleeya. "Mendingan kakak pergi deh. Aleeya gak mau ngeliat Kak Dave lagi!" Emosi Aleeya mulai memuncak. "Aku cuma mau memastikan kondisi kamu, Aleeya," balas Dave. "Pergi!" bentak Aleeya menahan air mata. Dave yang sadar Aleeya akan menangis, memajukan diri mendekati Aleeya. "Maaf, Tuan, lebih baik anda pergi. Tidak aman berada disini. Hanya orang-o

    최신 업데이트 : 2022-03-14
  • Mr. Rahasia   8. Setelah dua bulan

    "Uncle, aku hanya jalan-jalan ke Mall, kau tidak usah mencemaskan ku.""....""Aku sudah mengerjakan pekerjaan rumah.""….""Kan aku sudah bilang, aku tidak mau pakai jasa pembantu. Aku ingin mandiri."….""Aku senang melakukannya. Dengan begitu aku punya kegiatan saat di apartment.""….""Terserah uncle saja asal tidak menganggu pekerjaan uncle.""….""Oke … baiklah.""Byeee …." Aleeya memutuskan sambungan telepon. Ia sudah terbiasa dengan Adrian yang selalu menelepon di saat mereka tidak bersama. Padahal, Adrian hanya pergi bekerja di pagi hari dan pulang ketika sore. Setelah dua bulan berlalu, hubungan Adrian dan Aleeya semakin membaik. Gadis itu mulai belajar banyak hal, mulai dari membereskan apartment, memasak, dan berbelanja, meskipun masih banyak

    최신 업데이트 : 2022-03-15
  • Mr. Rahasia   9. Ajakan bulan madu

    Adrian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru resto untuk mencari keberadaan seseorang.”Uncle.” Suara familiar menarik perhatian Adrian.Adrian kebingungan, menatap seorang gadis yang melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu berambut hitam sebahu dengan poni tipis menutupi kening. Ia menggunakan dress tanpa lengan berwarna putih dengan corak bunga-bunga. Adrian sempat terpana dengan sosok itu sampai bayangan Aleeya menyadarkannya.Adrian dengan cepat mengalihkan tatapan ke ponsel. Ia tidak ingin tergoda dan terjerumus ke hal yang salah. Hubungan dirinya dengan Aleeya baru saja membaik. Dan mereka baru saja memulainya dari awal. Bahkan untuk kontak fisik pun mereka belum pernah melakukan. Ia menunggu sampai Aleeya siap.”Uncle!”Adrian di kejutkan oleh gadis yang melambai padanya tadi. Kin

    최신 업데이트 : 2022-03-16
  • Mr. Rahasia   10. Pelukan hangat Adrian

    Sudah larut malam, Adrian masih sibuk berkutat di depan laptop. Beberapa kali ia menguap dan mengabaikan rasa ngantuknya. Ia harus menyelesaikan beberapa tugas sebelum meninggalkan pekerjaannya untuk mengajak Aleeya bulan madu. Bukan tanpa alasan Adrian mengajak Aleeya bulan madu, ia melakukan itu agar Aleeya kembali ceria dan bisa segera melupakan masa lalu gadis itu. Ia juga tidak mengharapkan lebih dari Aleeya sebagai seorang istri.Tok !Tok !Tok !”Masuk,” ucap Adrian ketika pintu kamarnya di ketuk.Dari balik pintu Aleeya muncul dan menyeringai masuk ke dalam kamar Adrian. Kejadian langka karena ini pertama kalinya Aleeya memasuki kamar Adrian setelah berbulan-bulan tinggal bersama.”Ada apa Aleeya? Kok kamu belum tidur?” tanya Adrian menatap heran Aleeya.”Nggak bisa tidur,” jawab Aleeya sambil melihat-lihat isi kamar Adrian yang maskulin.”Mau saya bantu?” kali ini pertanyaan Adrian berhasil menarik per

    최신 업데이트 : 2022-04-01

최신 챕터

  • Mr. Rahasia   14. Pertemuan Alex dan Dave

    Aleeya turun dari ranjang dan memakai kimono. Ia langsung membereskan tempat tidur yang sangat berantakan. Mengganti sprei, sarung bantal dan guling, dan bed cover yang terdapat banyak noda."Huuhh …." Aleeya mengusap peluh di kening. Padahal suhu kamar sangat dingin oleh AC."Cape juga ganti ginian doang," keluh Aleeya, duduk di pinggir kasur.Ceklek!Adrian yang baru keluar kamar mandi, masih mengenakan kimono."Aleeya, kenapa kamu mengerjakannya sendiri. Harusnya biar aku saja," protes Adrian dengan nada lembut."Gak apa-apa Paman, Aleeya bisa, kok. Soalnya Ale risih kalau kotor," bela Aleeya sambil memperhatikan Adrian mengganti pakaian tanpa rasa risih lagi."Memangnya kamu gak kenapa-kenapa? Ngerasa sakit nggak?" Terlihat kekhawatiran di wajah Adrian."Nggak … terlalu, kok." Aleeya memejamkan mata mengerti maksud Adrian."Ya sudah. Kalau gitu kamu bersi

  • Mr. Rahasia   13. First night, kembali

    "Ahh … akhirnya bisa cuti juga," gumam Adrian. Aleeya terkekeh melihat Adrian yang langsung meletakkan pantat di atas sofa. Mereka baru saja sampai apartment ketika jam menunjukan angka 07.00 malam. Sebab, mereka singgah untuk makan terlebih dahulu. Kata Adrian, mumpung ada Aleeya bersamanya. Karena biasanya Adrian langsung pulang ke apartemen setelah dari kantor."Uncle, Aleeya mandi dulu, ya …" sela Aleeya. Ia terbiasa untuk mandi setelah beraktivitas di luar.Adrian mengangguk. "Jangan lupa pake air hangat, Aleeya. Supaya kamu gak kedinginan," balas Adrian sebelum Aleeya menghilang dari pandangan."Siap, Bos!" Aleeya memberi hormat pada Adrian. Dan langsung disambut tawa renyah Adrian.Adrian merebahkan kepala ke sofa, menatap langit-langit yang hanya terdapat lampu gantung. Ia memejamkan mata sejenak sambil memijat pangkal hidung. Saat ini, ia sudah mengantongi dua identitas target. Walaupun begitu, mereka harus mengumpulka

  • Mr. Rahasia   12. Aleeya memberi izin

    ”Aleeya.”Aleeya mengentikan aktivitas pada ponsel dan menoleh ke sumber suara.”Sandra,” ucap Aleeya terbelalak.Sandra langsung menghampiri Aleeya yang duduk di sofa dan mereka berpelukan.”Akhirnya gw bisa ketemu lo lagi. Gw mau bilang terimakasih, sudah nyelamatin gw waktu itu. Berkat lo gw gak ngalamin cedera berat,” ujar Sandra. Ia sangat senang bertemu Aleeya kembali setelah beberapa bulan.”Sama-sama. Syukurlah kalau kamu gak terluka parah.” Aleeya mengusap lengan Sandra dengan lembut.”Gw senang bisa ketemu lo lagi, Aleeya. Gw sudah sering minta tolong Pak Adrian buat nemuin gw sama lo, tapi jawabannya selalu nanti,” ungkap Sandra dengan cemberut. ”Gak apa-apa, sekarang kan sudah ketemu. Lo tau gw di sini?” Aleeya penasaran dari mana Sandra tau ia ada di sini.Sandra mengangguk sebagai respon.”Gw liat di buku tamu. Ya udah, gw langsung cek aja ke sini, ternyata beneran lo. Beruntung banget gw

  • Mr. Rahasia   11. Aleeya mengunjungi Adrian

    ”Hoam ….” Aleeya menguap sambil merenggangkan tubuh. Susah payah ia membuka kedua mata yang terasa berat. Ia menajamkan penglihatan menyusuri sekitar ruangan. Seketika ia langsung terlonjak dan duduk. Kini nyawanya terkumpul sempurna. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Aleeya tersenyum lebar sambil menepuk jidat. Ia baru ingat kegiatannya dengan Adrian semalam. Ngomong-ngomong soal Adrian, dimana pria itu sekarang? Aleeya celingak-celinguk mencari sosok Adrian. Ia melihat jam Beker yang berada di atas nakas menunjukan pukul 10.00 pagi. Tidak biasa ia bangun kesiangan jika bukan tanpa alasan. Ya, semalam ia dan Adrian menghabiskan waktu untuk mengobrol hingga pukul 03.00 pagi. Pantes saja ia kesiangan dan Adrian pasti sudah berangkat bekerja. Aleeya beranjak dari kasur untuk membersihkan tubuh. Ia memutuskan untuk mandi di kamar mandi yang berada di kamar lamanya. Ka

  • Mr. Rahasia   10. Pelukan hangat Adrian

    Sudah larut malam, Adrian masih sibuk berkutat di depan laptop. Beberapa kali ia menguap dan mengabaikan rasa ngantuknya. Ia harus menyelesaikan beberapa tugas sebelum meninggalkan pekerjaannya untuk mengajak Aleeya bulan madu. Bukan tanpa alasan Adrian mengajak Aleeya bulan madu, ia melakukan itu agar Aleeya kembali ceria dan bisa segera melupakan masa lalu gadis itu. Ia juga tidak mengharapkan lebih dari Aleeya sebagai seorang istri.Tok !Tok !Tok !”Masuk,” ucap Adrian ketika pintu kamarnya di ketuk.Dari balik pintu Aleeya muncul dan menyeringai masuk ke dalam kamar Adrian. Kejadian langka karena ini pertama kalinya Aleeya memasuki kamar Adrian setelah berbulan-bulan tinggal bersama.”Ada apa Aleeya? Kok kamu belum tidur?” tanya Adrian menatap heran Aleeya.”Nggak bisa tidur,” jawab Aleeya sambil melihat-lihat isi kamar Adrian yang maskulin.”Mau saya bantu?” kali ini pertanyaan Adrian berhasil menarik per

  • Mr. Rahasia   9. Ajakan bulan madu

    Adrian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru resto untuk mencari keberadaan seseorang.”Uncle.” Suara familiar menarik perhatian Adrian.Adrian kebingungan, menatap seorang gadis yang melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu berambut hitam sebahu dengan poni tipis menutupi kening. Ia menggunakan dress tanpa lengan berwarna putih dengan corak bunga-bunga. Adrian sempat terpana dengan sosok itu sampai bayangan Aleeya menyadarkannya.Adrian dengan cepat mengalihkan tatapan ke ponsel. Ia tidak ingin tergoda dan terjerumus ke hal yang salah. Hubungan dirinya dengan Aleeya baru saja membaik. Dan mereka baru saja memulainya dari awal. Bahkan untuk kontak fisik pun mereka belum pernah melakukan. Ia menunggu sampai Aleeya siap.”Uncle!”Adrian di kejutkan oleh gadis yang melambai padanya tadi. Kin

  • Mr. Rahasia   8. Setelah dua bulan

    "Uncle, aku hanya jalan-jalan ke Mall, kau tidak usah mencemaskan ku.""....""Aku sudah mengerjakan pekerjaan rumah.""….""Kan aku sudah bilang, aku tidak mau pakai jasa pembantu. Aku ingin mandiri."….""Aku senang melakukannya. Dengan begitu aku punya kegiatan saat di apartment.""….""Terserah uncle saja asal tidak menganggu pekerjaan uncle.""….""Oke … baiklah.""Byeee …." Aleeya memutuskan sambungan telepon. Ia sudah terbiasa dengan Adrian yang selalu menelepon di saat mereka tidak bersama. Padahal, Adrian hanya pergi bekerja di pagi hari dan pulang ketika sore. Setelah dua bulan berlalu, hubungan Adrian dan Aleeya semakin membaik. Gadis itu mulai belajar banyak hal, mulai dari membereskan apartment, memasak, dan berbelanja, meskipun masih banyak

  • Mr. Rahasia   7. Memulai lembaran baru

    Di kursi mobil dengan pintu terbuka, Aleeya duduk melamun. Pikirannya benar-benar kacau setelah kejadian barusan. Antara memikirkan Dave yang telah mengkhianatinya dan Adrian yang sedang mempertaruhkan nyawa di dalam gedung rumah sakit. "Aleeya …" Aleeya tersentak ketika Dave menghampirinya dengan wajah penuh luka. Bahkan di kemeja yang ia gunakan terdapat bercak darah akibat pertarungan tadi pagi. "Kak, Dave. Ngapain ke sini?" tanya Aleeya dengan suara bergetar. "Apa kamu baik-baik saja? Aku mengkhawatirkan mu," jawab Deve dengan menjaga jarak dari Aleeya. "Mendingan kakak pergi deh. Aleeya gak mau ngeliat Kak Dave lagi!" Emosi Aleeya mulai memuncak. "Aku cuma mau memastikan kondisi kamu, Aleeya," balas Dave. "Pergi!" bentak Aleeya menahan air mata. Dave yang sadar Aleeya akan menangis, memajukan diri mendekati Aleeya. "Maaf, Tuan, lebih baik anda pergi. Tidak aman berada disini. Hanya orang-o

  • Mr. Rahasia   6. Teror

    Orang-orang berlari dengan histeris, saat menyadari diri mereka dalam bahaya. "Paman," bisik Aleeya sambil mendongak menatap Adrian yang sedang mendekapnya. Adrian memutar tubuh mereka, sehingga tubuh Aleeya berada tepat di pintu bagasi mobil yang memiliki desain cukup besar untuk berlindung. Adrian tahu, serangan itu berasal dari gedung rumah sakit yang berada tepat di belakang mereka, namun tidak tahu pasti di mana posisi penyerang itu. "Aleeya, apa kau takut?" tanya Adrian sambil membawa tubuh mereka untuk merunduk. Dor ! Dor ! Adrian menggerakan tangannya pada beberapa orang yang juga berada di balik mobil, berdekatan dengan dirinya. Adrian memberi isyarat agar mereka yang terjebak di halaman parkir untuk terus menunduk dan tetap tenang. "Aleeya," panggil Adria

앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status