Home / Romansa / Mr Playboy & Me / Bab 2 : Tidak berarti

Share

Bab 2 : Tidak berarti

Author: Nayla Fitri
last update Last Updated: 2021-08-09 23:08:00

"Kak Raka?" 

Raka tersenyum lebar pada gadis cantik di depannya itu. "H-hai, Dell!" sapanya.

Pria itu sekuat tenaga menahan rasa gugup dan juga debaran jantungnya yang menggila dengan senyuman. 

Della terdiam sejenak. Kemudian gadis itupun menunduk dengan wajah memerah. Dia malu karena terlihat Raka sedang memakai baju bagus dan mewah seperti sekarang. 

Raka benar-benar tidak tau jika ada seorang gadis yang begitu cantik melebihi Verona. Di pikirannya selama ini hanya Verona gadis tercantik di dunia ini. Tapi ternyata dia salah. 

Pria itu buru-buru menyingkirkan pikiran itu. Raka kembali memandang tubuh Della yang terlihat pas berbalut gaun indah itu. 

"Kamu... mau beli gaunnya?" 

Della mendongak. Gadis itu diam tidak menjawab. 

"Kalau kamu nggak jadi beli, boleh Kak Raka ambil? Soalnya Kak Raka mau beli gaunnya."

Della terlihat malu. Dengan cepat gadis itu mengangguk. "Eh... i-iya, Kak. A-aku nggak jadi beli, kok."

Raka mendesah lega mendengarnya. 

"Aku... aku ganti dulu ya, Kak." 

Della pun masuk kembali ke kamar ganti. Tak lama, gadis itu keluar dari kamar ganti dengan pakaian yang dia pakai sebelumnya. 

Gadis itu menyerahkan gaun yang baru dia coba ke tangan Raka. "Ini gaunnya, Kak. Maaf ya, gaunnya habis aku coba."

Raka tersenyum kecil. "Gapapa, Dell. Makasih juga udah kasih gaunnya sama aku."

Della hanya mengangguk pelan. 

"Loh, Dell..." Seorang gadis menghampiri Della dan Raka yang sedang berdiri berhadapan di depan kamar ganti. 

"Vika? Lo darimana aja?" balas Della. 

Gadis yang dipanggil Vika itu meringis. "Sorry, gue baru terima telfon dari Andra tadi. Eh iya. Lo kan tadi coba gaun. Mana? Gue belom liat loh!" ujarnya

Della berdecak pelan. "Lo sih kelamaan. Jadi gue udah lepas lagi tuh gaun. Sekarang gaunnya mau dibeli sama Mas ini." 

Vika mengernyit. Matanya beralih pada Raka yang sedang memasang senyum tipisnya. 

"Lo kok kasih gaun itu ke Masnya sih?" bisiknya di telinga Della. 

"Biar aja, Vik. Gue juga ga mau beli kok." 

"Kenapa, Dell? Lo kan naksir banget sama gaun itu."

Della hanya menggeleng pelan. Dia merasa canggung juga gugup karena Raka tidak sedikitpun mengalihkan pandangan darinya. 

"Balik, yuk! Udah siang," ajak Della. 

Vika akhirnya mengangguk setuju. 

Della mencoba tersenyum pada Raka. "Aku balik duluan ya, Kak."

Raka mengangguk lalu tersenyum.

Lalu Della dan Vika pun pergi dari sana. Raka memandang punggung ramping adik sepupu Verona sampai gadis itu hilang di balik pintu butik. 

Raka memegangi dadanya yang kini sudah tidak seberapa berdebar. Meski ada sedikit debaran yang tertinggal. 

Mendadak perasaannya tidak enak. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Dia tidak pernah gugup ataupun berdebar-debar di hadapan seseorang. 

Bahkan di depan Verona sekalipun. Sejak dulu, Raka adalah sosok yang kuat dan pemberani. Tapi kini dia menjadi gugup hanya karena berhadapan dengan seorang Della. 

Kepercayaan dirinya musnah seketika. Raka pun tidak mengerti kenapa dia bisa punya rasa malu terhadap Della. Tidak! Seorang Raka Milan tidak boleh punya perasaan lemah seperti itu, batinnya. 

Dia kuat. Dia seorang playboy kelas atas yang sudah banyak membuat wanita patah hati. Mana mungkin kini dia bisa menjadi lemah saat berhadapan dengan seorang gadis muda calon adik iparnya? 

"Ka! Raka!" 

Raka tersentak kaget. Pria itu buru-buru berbalik menuju ke arah suara yang sedang memanggilnya. Pria itu meringis kecil melihat mamanya sedang memasang wajah masam di hadapannya. 

"Maaf, Ma. Tadi Raka habis liat-liat disana." 

Kasih berdecak pelan. Matanya beralih pada gaun di tangan Raka. "Itu... gaun punya siapa?" 

Raka tergagap. "Oh... ini tadi... itu..." Dia bingung mau menjawab apa. 

"Kayaknya bagus ya, Ka. Coba sini Mama liat. Kalau cocok sama Mama nanti Mama beli."

"Jangan!" cegah Raka. 

Kasih memegangi dadanya karena kaget mendengar suara Raka yang terdengar kencang. "Raka apaan sih! Teriak-teriak gitu!" omelnya. 

"Eh... maaf, Ma. Ini gaun punya orang. Jadi Mama nggak boleh beli gaun ini," ujarnya beralasan. 

"Punya siapa emang?" 

"Itu tadi ada cewek beli gaun. Terus gaunnya ketinggalan. Dia nya nggak tau dan langsung pergi gitu aja. Raka niatnya mau balikin, Ma."

Kasih manggut-manggut. "Oh... gitu. Ya udah pergi sana! Balikin gaunnya! Siapa tau cewek itu belum jauh!" 

Raka mengangguk pelan. Dia berjalan menuju ke kasir. Sementara Kasih kembali ke kamar ganti. 

"Mbak, gaun ini saya beli. Besok tolong dikirim ke alamat ini ya!" Dia menuliskan sebuah alamat di secarik kertas dan memberikannya pada kasir. 

Setelah selesai, Raka kembali menemui Kasih. "Jadi beli yang mana, Ma?" tanyanya. 

"Dua-duanya aja ya, Ka? Mama nggak bisa milih salah satu. Takut nanti nyesel kalo ga dibeli dua-duanya." 

Raka berdecak. "Kan udah Raka bilang. Mending beli dua-duanya aja," omelnya. 

Pria itu kesal dengan tingkah Kasih yang sudah menghabiskan banyak waktunya dengan sia-sia. Tapi, karena Kasih juga Raka jadi bisa bertemu Della. 

Tunggu. Kenapa dia malah memikirkan Della, batin Raka. Pria itu menggeleng pelan. Sepertinya dia sudah mulai tidak waras sekarang. Kenapa juga pikirannya malah tertuju pada Della. 

***

"Kak Ve nggak mau keluar?" tanya Della saat melihat kakak sepupunya itu tengah tiduran di sofa sembari menonton televisi.

"Nggak," jawab Verona singkat.

"Kalo gitu Della boleh ya main ke rumah temen?" 

Verona memutar pandangannya ke arah Della. "Nggak kuliah, kamu?"

Della menggeleng pelan.

Verona mengerutkan dahinya. "Mau main kemana?" tanyanya ketus.

"Ke rumah Vika."

Verona kembali memutar pandangannya pada televisi yang menyala di ruang tengah. "Ke rumah Vika atau jalan-jalan nggak jelas kayak kemarin?"

Della terdiam. Tidak menjawab sedikitpun ucapan kakaknya. 

"Awas ya kalo kamu jalan ke mall lagi kayak kemarin!"

Della mencebikkan bibirnya. "Kan aku juga pengen refreshing, Kak. Capek tau kuliah terus," balasnya. 

"Alesan aja! Boleh kamu jalan-jalan. Tapi yang bermanfaat. Kan katanya kamu lagi nyiapin buat skripsi. Jadi mending jalannya ke toko buku. Jangan jalan ke mall, cari-cari sesuatu yang nggak penting!" 

Della menunduk saat Verona terus mengomel. Sembari menata masakan di meja, Della memasang wajah masamnya. Dia tau kalau Verona sudah mengomel, akan panjang. Dan dia tidak boleh membantah. 

Karena kalau sedikit saja Della menjawab, pasti akan jadi rumit masalahnya. 

"Awas ya! Kalau kamu ulangi lagi kayak kemarin, Kak Ve bener-bener potong uang jajan kamu!" 

Della menghela nafas pelan. "Iya, Kak." 

Kemarin dia sungguh sial. Verona pulang sebelum dirinya. Padahal biasanya Verona kalau keluar rumah pulangnya lama. Tapi tumben kemarin itu Verona pulang cepat. 

Jadilah dia kena ceramah panjang lebar untungnya ada Romeo yang membelanya. Della tersenyum kecil mengingat Romeo. Dan juga Raka tentunya. Dua orang pria yang sama-sama manis. 

"Dell! Della!" 

Della tergagap. "Y-ya Kak?" 

"Kamu ngelamun ya?" 

"Hah?" 

Verona berdecak. "Buka pintu sana! Ada tamu tuh kayaknya!" 

Della buru-buru beranjak ke arah pintu. Gadis itu mengernyit melihat seorang pria pengantar paket berada di depan rumahnya. 

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?"

"Pagi, Mbak. Saya mau mengantar ini buat Mbak."

Della terkejut. "Buat saya?" 

Pria itu mengangguk dan memberikan sebuah kotak putih dengan pita di bagian atasnya ke tangan Della. "Boleh tanda tangan disini, Mbak?" 

Della pun menandatangani kertas yang disodorkan oleh pria itu. "Ini dari siapa ya, Mas?" tanyanya.

"Pengirimnya Pak Raka, Mbak. Kemarin beliau dari toko kami dan minta mengirim sebuah gaun kesini."

Della langsung syok. Raka? Gaun? Astaga!

Gadis itu buru-buru membuka kotak tersebut setelah pria pengantar paket itu pergi. Dan sangat tepat dugaan Della. Gaun yang kemarin dia coba lah yang dikirim oleh Raka. 

Apa mungkin kemarin Raka melihatnya memakai gaun itu dan terlihat bagus, lalu dia membelikannya untuk Della? Wajah Della seketika memanas. Gadis itu tertunduk malu. 

Dia tidak menyangka jika Raka bisa melakukan hal itu untuknya. Harga gaun itu sangat mahal. Bahkan jika menabung setahun sekalipun, Della belum tentu mampu membelinya. 

Karena itu kemarin dia batal membeli gaun tersebut. Setelah dipikir-pikir, lebih baik dia menggunakan uang tabungannya untuk mengerjakan skripsi nanti. Gaun bukanlah hal yang penting.

Tapi lihatlah, sekarang gaun itu ada di tangannya. Rejeki anak sholehah memang tidak terkira, batin Della seraya terkikik.

Dipeluknya gaun itu erat, sembari membayangkan sosok Raka. Gadis itu senyum-senyum sendiri di depan rumah seperti orang gila. 

"Dell!" 

Della tersentak kaget saat pundaknya ditepuk kencang oleh seseorang. Dia menoleh dan mendapati Verona sedang menatapnya bingung.

"Tadi siapa yang dateng?" 

Della tergagap. "Oh... i-itu, Kak. Pengantar paket."

"Paket apaan? 

Della menunjukkan gaun pemberian Raka pada Verona. Dan Verona seketika terkesima. 

"Bagus banget? Dell! Dari siapa?" tanya Verona. 

Belum sempat Della menjawab. Tiba-tiba Verona memungut sebuah kartu ucapan yang terjatuh di lantai. 

"Gaun tercantik untuk gadis tercantik di dunia. Semoga suka ya, Ve. Dari Raka."

Della membeku ketika Verona membacakan kartu ucapan itu. Jadi...

Verona berdecak. "Dari Raka lagi? Oh My God! Itu orang apaan sih ngasih-ngasih ginian segala! Dikira aku suka apa?" 

Gadis itu menarik gaun yang sedang dipeluk Della. "Sini gaunnya mau Kak Ve balikin!" 

Verona membawa kotak berisi gaun itu ke dalam rumah tanpa memperhatikan wajah pias adiknya. Sembari menggerutu, Verona menutup pintu rumah dengan kencang. 

Dia sangat kesal pada Raka yang tak henti mengejarnya. Padahal Verona sudah menolaknya. Tapi pria itu tidak mau mengerti.

Della terpaku. Dia diam tidak bergerak sama sekali. Menyesal. Tentu saja Della menyesal. Gadis itu menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa berpikir terlalu tinggi tadi?

Tidak mungkin Raka membelikan gaun itu untuknya yang bukan siapa-siapa. Harusnya tadi dia sadar jika tujuan pria itu adalah Verona, bukan dirinya.

Dia bukan gadis istimewa seperti Verona. Dia hanya Della. Hanya seorang Della. 

***

Della ternganga melihat sosok Raka berdiri tepat di depan gerbang kampusnya. Della yang tadinya akan pulang dengan Vika pun jadi membatalkannya, karena Raka dengan wajah kusutnya meminta Della agar ikut dengannya. 

Mereka berdua pergi ke sebuah cafe yang tidak jauh dari kampus gadis itu. Della memandang Raka tanpa kedip. Melihat ekpresi frustrasi di wajah pria itu membuatnya sedih. 

Raka terlihat sangat berantakan. Seperti seseorang yang memiliki masalah begitu berat. Della menduga itu semua karena Verona. 

Beberapa hari lalu, Verona pulang ke rumah dengan wajah basah karena air mata. Verina menceritakan apa yang menimpa dirinya saat itu. Della kaget saat mengetahui jika Raka dan Romeo adalah adik-kakak. 

Dan dua-duanya mencintai gadis yang sama. Saat itu Verona sampai tidak mau makan selama berhari-hari. Dia hanya menangis dan menangis. 

Wajar saja menurut Della. Karena tidak hanya bermasalah dengan Romeo dan Raka. Tapi juga kedua orang tuanya. Dengan kejadian itu, Verona kehilangan kepercayaan Romeo dan keluarganya. 

Hubungan mereka terancam hancur. Verona sampai putus asa. Dia berusaha menghubungi Romeo. Tapi tidak digurbris sama sekali oleh pria itu. Saat itu Verona sampai ingin pulang ke Surabaya. Namun Della mencegahnya.

Masalah tidak akan selesai jika terus lari. Karena itu Della coba menemui Romeo. Tapi Romeo sama sekali tidak mau menemuinya. 

"Gimana Kakak kamu?" 

Della mendongak. Menatap wajah Raka yang terlihat sayu. Pandangan matanya kosong. 

"Udah lebih baik," jawab Della. 

"Kak Raka sendiri gimana?" 

Raka mengendikkan bahunya pelan. "Seperti yang kamu lihat."

Della menghela nafas pelan. "Kak Raka harus ngerelain Kak Ve untuk Mas Romeo. Karena Kak Ve cinta sama Mas Romeo, Bukan Kak Raka."

"Tapi Kak Raka cinta sama Ve, Dell."

"Kak Raka nggak boleh egois. Jangan pisahkan dua orang yang saling mencintai, Kak. Kak Raka sendiri yang akan sakit nantinya."

Raka terdiam. Untuk beberapa saat dia tidak menanggapi ucapan Della. Sama halnya dengan Raka, Della pun juga diam tanpa suara. Dia membiarkan Raka berpikir. 

"Apa salah kalau aku cinta sama Verona?" 

Della menghela nafas pelan. "Nggak salah, Kak. Yang salah adalah sikap Kak Raka karena udah maksa Kak Ve. Sekarang biarkan dia bahagia sama pilihannya sendiri."

"Aku yakin, suatu saat nanti Kak Raka akan mendapatkan wanita yang mencintai Kak Raka sebesar Kak Raka mencintainya," hibur Della. 

Raka mendengus. "Wanita kayak gitu nggak ada di dunia ini, Dell. Nggak ada yang tulus sama aku."

"Pasti ada, Kak. Kak Raka punya banyak kelebihan. Pasti banyak perempuan yang suka sama Kak Raka."

"Termasuk kamu?" 

Della terkejut mendengar pertanyaan Raka. Gadis itu tidak bisa berkata-kata. Hal itu membuat Raka kembali mengulangi pertanyaannya. 

"Apa termasuk kamu? Apa kamu juga suka sama aku?" 

Della menahan nafasnya saat pandangan mata Raka seakan menembus sampai ke dalam jantungnya. Gadis itu bahkan tidak bergerak sama sekali. 

"Jawab, Della! Apa kamu termasuk seperti wanita-wanita itu?" 

Dada Della berdebar kencang. Dia tidak tau harus menjawab apa. Haruskah dia mengatakan iya? Tidak mungkin, batinnya. Meski itu benar sekalipun, Della tidak akan mengatakannya. 

"K-kak..." ucap Della gugup.

Raka mendengus kencang. "Bener, kan? Wanita kayak gitu nggak ada di dunia ini, Dell. Dunia ini hanya dipenuhi oleh wanita gila harta yang mendekati aku karena mengincar uangku."

Della menggeleng pelan. "Maksud aku..."

"Bahkan wanita seperti kamu pun nggak suka sama aku."

Della membeku mendengar ucapan terakhir Raka. Apa maksud Raka? Wanita sepertinya? Memangnya dia seperti apa? 

Hati Della seperti disayat oleh sesuatu. Hingga terasa perih. Sampai tanpa sadar dia meringis pedih. 

Dia tau dia hanya gadis biasa tanpa keistimewaan apa-apa. Bukan seperti Verona yang pintar dan menawan. Sampai membuat kakak-adik tergila-gila seperti itu. Della tau dia tidak berarti apa-apa. 

Tapi mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Raka membuatnya terluka. Pria yang diam-diam menempati hatinya itu tanpa sadar sudah mengukir sebuah luka di hatinya. 

Dan saat itu pula Della langsung tersadar. Dia tidak pantas untuk Raka. Bahkan hanya sekedar mencintainya diam-diam pun dia tidak pantas. Dia dan Raka berbeda. 

Dan sampai kapanpun akan terus seperti itu. 

Bersambung...

Related chapters

  • Mr Playboy & Me   Bab 3 : Awal Bencana

    "Lo sakit, Dell?"Della menggeleng. Gadis itu menerima segelas jus jeruk yang diberikan Ardan padanya. "Thanks," ucapnya."Lo gapapa kan? Muka lo pucet banget tau!""Gue gapapa, Dan."Ardan memandangi wajah Della yang terlihat sayu, pucat dan muram. Pria itu jelas khawatir karena Della tidak pernah seperti ini sebelumnya."Lo ada masalah ya?" tanya Ardan hati-hati.Della mendesah lemah. "Gue baik-baik aja, Dan.""Kalo lo mau, lo bisa cerita sama gue, Dell."Della mengerutkan keningnya. Menatap Ardan dengan tatapan tak percayanya. "Lo bercanda?"Kini giliran Ardan yang mengerutkan keningnya. "Maksudnya?""Elo? Seorang Ardan Tanuwijaya, sejak kapan mau dengerin cerita orang?"Tawa Ardan pun langsung menyembur keluar dengan kencang. "Astaga! Lo itu ya Dell! Negatif mulu pikirannya sama gue!""Emang gitu!" balas Della jutek.Ardan menaikkan seb

    Last Updated : 2021-08-09
  • Mr Playboy & Me   Bab 4 : Di Sudut Hati

    Raka mengerjap perlahan. Saat dia terbangun, rasa kebas di lengannya adalah yang pertama dia rasakan. Matanya memicing saat tersorot sinar matahari pagi dari sela-sela gorden. Pria itu tersenyum begitu menyadari seorang wanita tidur berbantalkan lengan kirinya. Pantas saja lengannya sampai kebas. Perlahan, Raka memindahkan bantal untuk menopang kepala wanita itu. Kemudian Raka menyingkirkan lengannya. Dia mencium pelipis wanita berambut panjang yang sedang terlelap begitu damai tersebut. Dia menghela nafas lega saat bisa memiliki Verona. Dan akhirnya kali ini dia menang dari kakaknya. Raka memeluk tubuh wanita itu dari belakang dengan sepenuh hati. Pria itu mencium kepala wanita itu berkali-kali. Dia benar-benar bersyukur akhirnya Verona bisa menjadi miliknya. Hanya miliknya. Dipeluknya erat tubuh wanita itu. "I love you, Ve." Dengan begitu berhati-hati, disingkirkannya helaian rambut hitam dan lembut yang menutupi wajah cantik itu. Ra

    Last Updated : 2021-09-24
  • Mr Playboy & Me   Bab 5 : Confused

    "Kak Raka?" ucap Della lirih saat melihat Raka di depan kampusnya. Akhirnya setelah lebih dari satu minggu mencarinya dan berhasil dia hindari. Kini Raka berhasil menemukan Della. Gadis itu sudah akan berlari menjauh, namun gagal. Karena Raka dengan cepat menyusulnya. Menahan lengan Della."Tunggu, Della!" ucap Raka. Pria itu menghadang langkah Della."Apalagi, Kak? Jangan ganggu aku, pleasee....!"Raka menggeleng pelan. "Aku cuma mau bicara sebentar.""Aku nggak bisa. Aku sibuk," tolak Della."Sebentar aja, Dell."Della menatap nyalang tangan Raka yang berani menyentuh pundaknya. Dengan marah, Della menepis kuat tangan Raka. "Jangan sentuh aku!" sentaknya.Raka berjalan mundur sembari mengangkat kedua tangannya. "Oke. Oke. Aku nggak akan nyentuh kamu," ucapnya.Della memalingkan wajahnya kesamping dengan nafas memburu. Dia ingin sek

    Last Updated : 2021-09-25
  • Mr Playboy & Me   Bab 6 : Accident

    Della menyentuh perutnya yang tertutup baju. Mengusapnya perlahan dengan gerakan ringan. Matanya menatap nanar sebuah benda kecil yang tergeletak di lantai kamarnya. Dua garis merah yang ada disana membuat gadis itu syok. Dia hamil. Tanpa suami. Janin hasil perbuatan Raka. Satu tetes air matanya jatuh. Lalu disusul tetesan lain. Della menangis tergugu di kamarnya. Hancur sudah masa depannya kini. Hidupnya berakhir sampai disini. Kalau orang tua dan keluarganya tau dia sedang mengandung hasil hubungan gelap, dia pasti akan diusir. Dan dia kembali terlantar seperti dulu. Della sudah merasa kotor karena malam itu bisa menyerahkan diri pada Raka. Dan kini dia merasa lebih kotor lagi karena dipercaya mengandung janin hasil kesalahannya. Mungkin ini adalah balasan setimpal atas dosanya karena berani berhubungan di luar nikah. Lalu apa yang harus dia lakukan sekarang? Apa mungkin dia harus memaksa Raka menikahi dirinya demi menutupi kehamilan

    Last Updated : 2021-09-25
  • Mr Playboy & Me   Bab 7 : Her Memory

    Della mengerjap. Matanya terbuka perlahan. Gadis itu mengernyit saat merasa silau karena cahaya yang masuk dari sela-sela jendela.Saat akan bangun, sebuah tangan menahannya. Della mendongak, menatap orang yang berada tepat di sampingnya itu."Ardan?" lirihnya."Jangan bangun dulu! Istirahat aja!" Della mendesis pelan saat merasakan kepalanya terasa nyeri. "Gue dimana ini, Dan?""Rumah sakit."Della terdiam. Gadis itu menjelajah sekeliling tempat dia berada dengan matanya. "Kok gue bisa disini sih, Dan? Apa maag gue kambuh lagi ya?"Ardan menatapnya bingung. "Lo nggak inget?""Inget apa?""Kemarin kita makan di restoran. Terus pulangnya elo-""Restoran?" sela Della.Ardan mengangguk mantap. Dan hal itu membuat Della kebingungan."Bukannya gue lagi sama Vika kemarin?" ujar gadis itu.

    Last Updated : 2021-09-26
  • Mr Playboy & Me   Bab 8 : See You Again

    Satu tahun kemudian."Ai!" Raka berlari kencang kemudian memeluk erat seorang gadis berjilbab merah.Gadis itu terkekeh pelan. Dan membalas pelukan Raka tak kalah eratnya. "Lama banget liburannya!" Raka tertawa lalu melepaskan pelukannya. Dia menggandeng gadis itu dan mengajaknya menuju ke mobil."Gimana Bali?"Raka hanya tersenyum tipis. "Ya gitu-gitu aja, Ai. Nggak ada yang spesial," balasnya."Ceweknya?""Em... biasa aja!""Biasa aja tapi lo nggak pulang-pulang!"Raka terkikik. Pria itu memasukkan koper miliknya ke dalam bagasi mobil Aisha. Baru setelah itu dia menyusul Aisha masuk ke mobil."Gimana Jakarta?" tanya Raka pada gadis itu.Aisha mengendikkan bahu. "Gini-gini aja. Nggak ada yang berubah."Raka manggut-manggut. Pria itu mulai menjalankan mobilnya keluar dari banda

    Last Updated : 2021-09-27
  • Mr Playboy & Me   Bab 9 : Confused (2)

    "Selamat datang, Pak. Saya Nadella Paramita yang ditunjuk Pak Haria untuk menjadi sekretaris anda."Mata Raka melebar sempurna. Pria itu tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia benar-benar syok dengan apa yang dilihatnya sekarang."Della?"Della mengangguk cepat. Gadis itu tersenyum lebar pada Raka. "Benar, Pak. Pak Raka boleh panggil saya Della."Raka termanggu. Saat terakhir bertemu Della, hubungan mereka tidak baik. Bahkan yang terburuk, Della melihatnya bercumbu dengan gadis lain di toilet.Kemudian mereka hilang kontak sama sekali. Dan Raka memutuskan untuk pergi ke Bali. Saat pulang, mereka bertemu kembali namun saat ini Della sudah berubah.Gadis yang ada di hadapannya ini, sangat berbeda dengan Della satu tahun yang lalu. Penampilannya masih sama. Wajahnya pun sama. Tapi Raka meresa dia seperti bukan Della. Raka bahkan tidak mengenali Della yang sekarang.

    Last Updated : 2021-09-28
  • Mr Playboy & Me   Bab 10 : Terlewatkan

    "Sejak kapan Della tinggal di rumah, Pa?"Haria mengernyit mendengar pertanyaan Raka. Pria tua itu bingung karena pertanyaan aneh Raka. Tumben sekali, pikirnya. Biasanya Raka tidak pernah memikirkan orang lain. Apalagi dia adalah Della, adik dari wanita yang dia cintai.Kenyataan bahwa kini Verona telah menikah dengan Romeo sangat membuat Raka terluka sampai dia kabur ke Bali selama satu tahun. Haria pikir dia tidak ingin berhubungan lagi dengan sesuatu yang menyangkut Verona. Apalagi ini adalah adiknya."Apa?" kata Haria ragu.Raka mendesah kecil. "Sejak kapan Della tinggal di rumah kita?" ulangnya menahan jengkel. Dia sudah sangat penasaran. Tapi papanya tak kunjung memberikan jawaban."Kenapa kamu tanya itu?" kata Haria."Kenapa emangnya? Nggak boleh aku nanya gitu?"Haria terkikik mendengar nada suara ketus putra bungsunya. Dia yakin saat ini wajah Rak

    Last Updated : 2021-09-29

Latest chapter

  • Mr Playboy & Me   Bab 21 : Lost Badly

    “Enak?”Raka mengangguk cepat kemudian meletakkan sendok yang habis dia gunakan untuk mencicipi sup buatan Della ke atas meja dapur. “Aku mau mandi dulu terus makan. Gerah banget habis jogging.”Della tersenyum kecil. Gadis itu kemudian mematikan kompor dan menyiapkan sarapan untuk Raka di meja makan. Della tidak bisa menahan senyumnya saat ini. Hatinya merasa sangat senang dan damai. Berada di apartemen Raka saat ini sepertinya lebih baik dari pada pulang ke rumah ketika dirinya dilanda patah hati.Della sungguh-sungguh berterima kasih kepada Raka karena sudah memberinya tumpangan dan menemaninya di saat dia sedang berada di ambang kehancuran. Bagaimana tidak, pria yang selama ini dia sayangi, tunangan sekaligus sahabatnya, tega berselingkuh di belakangnya. Apalagi dia berselingkuh bukan dengan orang jauh, tapi dengan sahabat dekat Della sendiri.Rasa sakit hati yang dirasakan oleh Della makin berlipat-lipat dari sakit hati biasa. Della kemudian duduk di kursinya, menunggu Raka yang

  • Mr Playboy & Me   Bab 20 : Comfortable

    Raka berlari secepat mungkin setelah keluar dari lift. Pria itu langsung bergegas ke arah apartemennya. Belum sampai di depan pintu, dari kejauhan pria itu melihat sosok yang sangat dia kenali sedang duduk bersandar di dinding apartemen sambil menutup wajahnya. Raka segera menghentikan kakinya. Pria itu memandang lama sosok tersebut.Raka menghela nafas panjang. Dengan melangkah pelan pria itu mendekat padanya. Raka berjongkok tepat di depan gadis itu. Dan rupanya gadis itu tidak sadar jika ada orang lain bersamanya."Kamu ngapain disini, Del?" tanya Raka dengan suara begitu pelan dan lembut karena takut mengagetkan Della.Della sontak mendongak dan kaget begitu melihat Raka ada di hadapannya. "Kak Raka? Kok bisa ada disini?"Raka mendesah lirih. "Harusnya aku yang tanya kenapa kamu bisa ada disini," jawabnya. "Kamu ngapain disini? Bukannya kamu harusnya udah ada di Surabaya? Katanya Mama kamu sakit kan?" ujar Raka.De

  • Mr Playboy & Me   Bab 19 : to Find You

    Raka keluar dari mobil dengan terburu-buru lalu membuka pintu dengan kuat. Begitu ada di dalam rumah, pria itu berteriak dengan keras, "Mama! Ma!""Mama!" Karena tak mendapatkan jawaban, pria itu segera berlari ke atas menuju ke kamar mamanya. "Mama!"Kasih keluar dari kamar dengan wajah dongkol. Wanita itu segera menepuk kepala Raka dengan majalah yang tadi dia baca. Niatnya untuk bersantai sore ini malah terganggu karena teriakan putra bungsunya."Kamu ini teriak-teriak di rumah Mama! Kamu kira ini di hutan apa?" geramnya."Della mana, Ma? Dia sakit apa? Udah panggil dokter belum?" tanyanya bertubi-tubi.Lagi-lagi Kasih merasa dongkol karena pertanyaan Raka. Anak itu bukannya minta maaf karena mengganggu waktu santai mamanya, malah justru menanyakan sesuatu secara tidak sabaran seperti itu."Della nggak ada!" balas Kasih ketus."Nggak ada kemana, Ma?""Pulang ke Surabaya."&nbs

  • Mr Playboy & Me   Bab 18 : Arranged Marriage

    Della mengetuk pintu ruang kerja Raka dengan ragu. Suara Raka yang menyahuti dari dalam membuat Della mengambil nafas panjang. Ini adalah pertama kalinya gadis itu merasa bimbang ketika akan melangkah masuk ke ruangan bosnya itu.Biasanya dia selalu enjoy meskipun Raka sedang marah-marah. Hanya dia satu-satunya pegawai yang tidak takut dimarahi oleh Raka. Karena memang selama ini, menurut pengalaman Della, Raka tidak pernah marah kepadanya. Sebesar apapun kesalahan yang diperbuat oleh gadis itu, Raka akan memaafkannya. Termasuk menghilangkan kontrak dengan perusahaan dari Jepang Minggu lalu.Kala itu, perusahaan Raka membuat kontrak kesepakatan untuk memakai bahan-bahan dari Jepang untuk produk furniture terbaru yang akan diproduksi oleh perusahaan mereka. Pria itu mempercayakan Della untuk menyimpan surat kontrak tersebut segera setelah meeting. Namun karena teledor, Della kehilangan surat tersebut.Dan tanggapan Raka mal

  • Mr Playboy & Me   Bab 17 : Not the Only One

    Suasana ball room sebuah hotel bintang lima saat ini sangat ramai. Acara ulang tahun perusahaan Indo Milan digelar dengan sangat meriah. Para karyawan, klien serta perwakilan dari kantor cabang sudah berdatangan, memenuhi ruangan gedung yang sangat luas tersebut.Della berjalan dengan gugup di belakang Raka. Ini adalah pesta pertamanya dan pergi ke pesta sebesar ini tentu membuatnya grogi dan agak tidak nyaman. Apalagi dengan penampilannya yang sangat berbeda dengan hari-hari biasa. Dia sangat tidak percaya diri meski Raka berkali-kali meyakinkannya jika Della sangat menawan malam ini."Della!"Della sontak mendongak. "Ya?""Kenapa berhenti?"Della tergagap. Gadis itu bergegas mempercepat langkahnya dan mengikuti Raka yang sudah berada di depan. Namun Della masih menjaga jarak dengan Raka. Karena dia takut akan menjadi bahan pembicaraan orang di kantor. Menjadi sekretaris Raka saja sudah membuatnya jadi bahan cibiran dan sindiran. Apalagi jika seka

  • Mr Playboy & Me   Bab 16 : Cinderella

    Raka mengakhiri rapat pagi ini dengan senyuman ceria. Sehingga membuat para staf merasa kebingungan. Tumben sekali bos mereka tersenyum. Padahal tidak ada sesuatu istimewa yang terjadi. Sangat membingungkan, mengingat pria itu kemarin marah-marah tidak jelas pada semua orang di kantor.Dan pagi ini, seperti sebuah keajaiban. Raka bersikap sangat ramah pada para staf yang mengikuti rapat. Ulang tahun perusahaan akan segera tiba. Karena itu diadakan rapat untuk membentuk panitia penyelenggaraan ulang tahun perusahaan.Sepanjang acara Raka terlihat begitu antusias. Padahal di rapat ulang tahun perusahaan tahun-tahun yang lalu, pria itu tidak mau terlibat sedikitpun. Namun kali ini pria itu terlihat begitu bersemangat menyambut hari penting bagi perusahaan.Sikap Raka itu tak pelak membuat karyawannya kebingungan sekaligus senang. Setelah minggu-minggu yang kelam disana, pelangi pun datang juga. Setelah semua kesulitan y

  • Mr Playboy & Me   Bab 15 : Handsome Guys Attack

    "Raka?" ujar Kasih tak percaya saat melihat sang putra bungsu sedang berdiri di depan pintu, meringis lebar padanya."Pagi, Mama Sayang."Kasih mengerutkan keningnya, menatap pria tampan itu dengan mata menyipit. "Tumben kamu pagi-pagi kesini? Mau ngapain?" tanyanya heran.Raka hanya tersenyum mendengarnya. Pria itu merangkul pundak sang mama dan mengajaknya masuk. "Mama gitu banget sih sama Raka. Masa Raka dateng bukannya disambut malah dibilang tumben."Kasih tersenyum sinis melihat kerlingan mata putranya itu. Dia tau jika anak itu pasti ada maunya. Kalau tidak, tidak mungkin seorang Raka Milan yang kepala batu menginjakkan kakinya disana setelah semua yang terjadi.Wanita itu menatap Raka penuh selidik. Kasih melipat tangannya di depan dada dengan gaya khas seorang Nyonya Milan. "Mau minta apalagi kamu sekarang? Uang tabungan Mama udah ludes ya, Ka. Terakhir Mama kasih kamu untuk beli rumah kecil itu," ketusnya.Lagi-lagi san

  • Mr Playboy & Me   Bab 14 : I'm in Love

    Raka menguap lebar. Matanya masih terpejam saat dia bangun dari ranjang lalu keluar kamar. "Bentar! Bentar! Astaga!" kesalnya saat mendengar bunyi bel ditekan terus-terusan.Sial sekali dirinya. Sudah semalam tidak bisa tidur, lalu saat dia baru terpejam satu setengah jam, dipaksa bangun. Benar-benar...Sembari menggerutu pria itu berjalan membuka pintu depan. Dia sudah bersiap-siap memaki orang yang membangunkannya dengan kasar. Namun wajah cantik nan lembut di depan pintu membuatnya terpaku."Kak Raka?"Raka mengerjap. "De-Della?" ujarnya."Kak Raka ngapain disini?" tanya Della.Raka mengerutkan keningnya. "Harusnya aku yang tanya ngapain kamu disini?" balasnya.Della meringis kecil. "Maaf, Kak. Habisnya aku kaget pas tau Kak Raka yang buka pintunya.""Aku juga kaget pas tau kamu yang ngetuk pintunya dan buat aku kebangun tiba-tiba," bal

  • Mr Playboy & Me   Bab 13 : Someone

    "Apa maksud kamu dengan hilang ingatan? Jelas-jelas dia mengingat semua orang. Dia bahkan ingat sama saya!" ujar Raka pada seorang pria berjas hitam di depannya."Bukan hilang ingatan secara total, Pak Raka. Dia memang mengalami hilang ingatan tapi cuma sebagian.""Sebagian?" ulang Raka.Pria itu mengangguk. "Kecelakaan yang dia alami membuat dia terkena amnesia retrograde. Mbak Della kehilangan sebagian memori sebelum dan sesudah kecelakaan itu terjadi."Raka menggeleng tidak mengerti. "Saya nggak paham maksud kamu," ujarnya.Pria itu berdehem sebelum mulai menjelaskan pada Raka tentang apa yang terjadi pada Della. Musibah yang tidak banyak orang tau. Bahkan dengan keluarganya sendiri.Raka tertegun mendengar penjelasan detektif suruhannya yang memang dia tugaskan untuk menyelidiki tentang Della selama satu tahun terakhir. Pria itu curiga ada sesua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status