Mila berdecak bingung dan cemas, setelah selesai membersihkan seluruh isi penjuru rumah ini. Sekarang Mila menjadi bingung, apa yang akan ia masak untuk dijadikan hidangan makan malam untuk Leon si tuan menyebalkan itu.
Saat Mila membuka lemari pendingin, yang ada hanya telur, beberapa biji tomat dan buah-buah lainnya. Dan yang paling membuat Mila penasaran adalah beberapa macam botol minuman bermerek yang sepertinya mahal.
Mila membuka salah satu minuman botol itu dan mencium aromanya. Wangi dan sepertinya enak, Mila menelan salivanya kuat saat dorongan keinginan itu kuat menyuruhnya untuk meminum isinya.
"Tidak, ini milik pria menyebalkan itu." sanggahnya menolak keinginan batinnya yang terus berontak.
"Tapi aku penasaran akan isinya," cengirnya mulai bimbang akan pertahanan dirinya. "Aku rasa tidak akan jadi masalah jika aku meminumnya sedikit. Ya, hanya sedikit saja. Lagian ini minuman sehat sepertinya, bagus untuk kesehatan." celotehnya panjang lebar dan....
Glek.
Pada akhirnya pertahanan diri Mila luntur, ia minum sedikit minuman itu. Ya, hanya sedikit sebab ia takut akan ketahuan oleh Leon karena sudah meminumnya.
"Ah, enak dan segar sekali minuman ini." gumam Mila kembali melihat dan membaca merek minuman itu.
Hmm, sepertinya lain kali saat ia sudah punya uang ingin membeli minuman ini. Yang tentunya pastilah sangat mahal harga minuman ini.
Mila meletakkan kembali botol minuman itu, ia susun serapih mungkin untuk menghilangkan jejak agar tidak ketahuan jika ia sudah meminumnya.
Mila mengambil beberapa butir telur dari dalam kulkas, rencana ia ingin membuat telur orek untuk makan malam Leon. Telur orek yang akan ia buat ini tidak pedas, pas sesuai selera Leon yang di poin nomor tujuh pria itu mengatakan jika ia tidak suka pedas. Leon cenderung menyukai makanan manis dan gurih sesuai porsinya, maksudnya sesuai cita rasa yang lebih kuat dari makanannya itu sendiri.
Eh, tunggu. Bukan mengatakan sih, tapi menuliskan poin nomor tujuh. Astaga!
Sambil memasak Mila tak hentinya berdoa semoga saja Leon suka dan mau memakannya. Bukannya pria itu bilang kalau dia suka apa saja.
Hmm, Mila jadi berpikir untuk menu masakan selanjutnya. Haruskah ia membuat oseng-oseng belalang, dan katak tumis ijo. Atau sate ular, atau juga kare buaya?
Seketika Mila bergidik ngerih dan mau mual. Perutnya terasa di aduk saat membayangkan binatang-binatang tersebut. Kalau belalang mungkin bisa, tapi untuk yang lain, oh tidak!
Hanya butuh waktu sekitar sepuluhan menit lebih bagi Mila untuk membuat telur orek. Setelah selesai ia menaruhnya ke piring dan kemudian menatanya secantik mungkin ke meja makan lalu kemudian menutupnya dengan tudung saji.
****
Leon pulang dengan penat yang luar biasa, penampilan yang sudah jauh berbeda saat akan berangkat pergi bekerja. Muka kusut, rambut acak-acak berantakan dan juga dasi yang sudah dilonggarkan karena terasa seakan ingin mencekik lehernya.
Ia masuk ke dalam rumah dan tercenung sesaat saat melihat keadaan rumahnya yang tampak bersih dan rapih dari sebelumnya. Leon melangkah perlahan sembari memperhatikan secara detail setiap sudut rumahnya. Jari telunjuknya menyentuh benda-benda yang mungkin saja masih terdapat debu yang menempel.
Leon tersenyum saat jarinya tak ada sedikitpun debu yang menempel. Itu artinya pembantu baru pilihan mamanya cukup terbaik.
Cukup?
Ya, karena Leon tak ingin begitu cepat mengakui kinerja pembantu baru itu sangat terbaik. Sesempurnanya orang pun masih memiliki sedikit celah dan kesalahan, dan untuk itu Leon akan mencarinya serta menjadikannya sebagai alasan untuk memecat si pembantu baru.
Itu juga yang ia lakukan pada Ratih, si pembantu yang tempo hari ia pecat. Leon sengaja mencari-cari kesalahan Ratih sebagai alasan untuk ia pecat.
Memastikan bahwa semua tempat tidak ada debu yang menempel. Leon pun memilih masuk ke dalam kamarnya dan langsung membersihkan diri.
Seluruh tubuhnya menjadi segar kembali begitu terkena guyuran air dari shower. Leon menempelkan kedua tangannya ke dinding tembok sembari menundukkan kepalanya. Merasapi air hangat yang menenangkan tubuh dan pikirannya.
Beberapa menit kemudian Leon memutuskan untuk menyudahi acara mandinya. Melilitkan handuk putih ke bagian tubuhnya dari pinggang sampai lutut. Setelahnya Leon keluar dan segera berpakaian.
Memakai pakaian santainya Leon keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Matanya menangkap ke arah tudung saji di meja, yang sepertinya tengah menutupi sesuatu yang ada disana.
Leon penasaran dan langsung membuka tudung saji itu. Sepasang manik hitam legamnya menangkap menu masakan sederhana.
"Orek telur," gumamnya tersenyum tipis. Tak menyangka jika pembantu baru itu akan memasakkan makanan yang sangat simpel dan sesederhana ini.
Hmm, baiklah. Leon tetap akan mencoba memakan masakan buatan pembantu baru itu. Siapa tau saja enak, kan? Lagian Leon juga penasaran akan rasanya. Akankah enak dan membuat nagih atau malah justru sebaliknya, membuat Leon merasa ingin muntah?
Dari pada Leon penasaran dan bertanya-tanya terus pada diri sendiri. Lebih baik ia langsung mencobanya.
Leon menarik salah satu kursi dan mulai menyendok orek telur itu langsung, tanpa nasi dan tanpa perlu repot-repot memanaskannya. Perutnya sudah sangat terasa lapar dan meronta-ronta.
Leon terdiam saat satu suapan orek telur itu masuk ke dalam mulutnya. Bukan karena tidak enak, justru rasa dari orek telur ini sangatlah enak dan nikmat. Betul-betul pas sesuai seleranya, tidak pedas dan gurih.
Saat Leon menggeser sedikit piring orek telurnya, tak sengaja matanya menatap sebuah kertas kecil yang dilipat terselip di bawah piring itu. Leon membuka kertas itu dan membaca sebuah note disana.
Maaf, bukannya saya bermaksud kurang ajar karena hanya memasak makanan sederhana yaitu telur orek. Sungguh, saya tidak bermaksud begitu, Tuan Leon yang terhormat.
Di kulkas anda hanya ada telur. Saya bingung, tentu saja. Disaat kebingungan melanda sebuah ide pun tercetus dan mampir di kepala saya.
Semoga anda suka makanan yang sudah saya masak dengan tulus sepenuh jiwa raga saya. Dan, oh iya, Tuan Leon sepertinya besok anda harus berbelanja untuk stok bahan-bahan makanan.
Baiklah, saya sudahi ya. Soalnya tulisan saya jelek dan tangan saya juga sudah mulai pegal menulis panjang lebar.
Terima kasih dan semoga Tuan Leon puas dengan kinerja saya.
Salam hangat dari pembantu baru anda, Mila. :)
Leon tersenyum geli membaca isi note yang di tulis pembantu baru itu. Ah iya, Mila namanya.
"Menarik," gumam Leon melipat kertas tersebut dan kembali memakan orek telur itu pelan-pelan hingga tanpa terasa sudah habis tak tersisa.
Leon bersendawa kecil karena perutnya sudah merasa kenyang. Leon bangkit berdiri dan melangkah ke wastafel hanya untuk menaruh piring kotor tanpa perlu repot-repot mencucinya.
Tentu saja, karena tugas itu adalah tugas si pembantu baru besok. Itulah gunanya memiliki pembantu, untuk apa mereka di pekerjakan jika Leon harus repot-repot turun tangan melakukan itu. Iya 'kan?
Keesokan harinya....Mila tiba di rumah besar nan mewah milik Leon tepat pukul sepuluh seperti di peraturan nomor dua. Mila yakin jika Leon tentunya sudah pergi bekerja, dan itu terbukti ketika Mila masuk ke dalam rumah dan tak menemukan siapapun alias sepi.Tempat yang pertama kali Mila tuju adalah ruang makan, ia melihat meja makan dan membuka tudung saji yang ternyata sudah kosong. Itu artinya telur orek buatannya sudah di makan oleh sang majikan.Mila mendelik ke arah wastafel saat melihat dua piring kotor dan satu gelas kotor yang sepertinya bekas minum kopi. Dan Mila kembali mendelik saat matanya menatap secarik kertas yang tertempel di depan pintu kulkas.Hai Mila, keponakan Bi Marsiah. Selamat datang di rumah saya. Semoga kamu betah bekerja disini ya.Terima kasih untuk makan malam yang lezat dan super sederhana, orek telur buatan kamu sangat enak. Benar-benar ide yang good
Mila mendelik kaget saat menemukan lagi sebuah note yang tertempel di depan pintu kulkas. Sepertinya dari tuan majikannya, Leon. Tapi, seingat Mila ia tidak ada meninggalkan note untuk pria itu kecuali mengenai sisa uang belanja yang ia taruh di ranjang tempat tidur Leon.Jadi, untuk apa majikannya meninggalkan note untuknya? Apakah sesuatu yang penting? Mila penasaran menarik note itu dan mulai membacanya.Terima kasih untuk hidangan makanan tadi malam. Sangat enak dan aku menyukainya. Modern maid.Leon :D"Apa? Modern maid?" pekik Mila menganga tak percaya membaca kembali dua kata itu.Entah sebagai panggilan sayang atau sebuah julukan untuknya, Mila tidak tau. Tapi, yang pastinya tak mungkin panggilan sayang. Memangnya dia siapa sampai harus disayang?Cuma pembantu! Itu suara batin Mila yang berseru menyadarkannya dari segala kehaluan.
Aku suka semua jenis makanan apapun, mau yang sederhana ataupun yang rumit. Aku juga suka makanan tradisional maupun yang modern. Mengerti? Uhm, ya. Makanan yang paling aku suka banget adalah olahan daging. Entah itu olahan daging ayam, kambing, atau sapi aku suka. Dan ya, aku juga suka sayur-sayuran. Itu juga bagus untuk kesehatan, begini saja yang penting makanan yang dimakan itu adalah makanan yang seimbang semua takarannya. Gizi, protein, lemak dan sebagainya.Oke. Leon. Mila tersenyum setelah membaca pesan yang Leon tuliskan di secarik kertas. Seperti biasa pria itu menempelkannya di depan pintu kulkas agar mudah bagi Mila menemukannya dan membacanya."Hmm, jadi olahan daging ya." gumam Mila tampak tengah berpikir.Mila menatap lagi secarik kertas itu dan membacanya ulang. Lalu kepalanya menggeleng, t
Seperti biasanya, setiap pagi saat memasuki area dapur maka Mila akan menemukan secarik kertas yang sengaja di tempelkan di pintu kulkas.Sudah tak perlu di ragukan lagi siapa orang yang melakukannya. Jelas saja tentunya Leon, sang tuan majikan yang sangat suka sekali meninggalkan note untuknya.Ya, walaupun Mila tak menampik jika yang memulai semua ini adalah dirinya. Ingatkan lagi dirinya yang pertama kali menuliskan kata-kata yang tak bisa ia ucapkan lewat secarik kertas. Jadilah kini Leon ikut-ikutan melakukan kebiasaan seperti dirinya.Terima kasih untuk informasinya, Mila. Saya sudah tau siapa pria yang kamu maksud. Dia Liam, sepupu saya. Leon. Mila membekap mulutnya sendiri saking syoknya setelah mengetahui penjelasan dari Leon. Jadi, lelaki yang kemarin itu adalah sepupunya tuan Leon?Oh, ya ampun. Mila tidak menyangka sama sekali."Li
Mila, berhati-hatilah dengan sepupu saya. Jaga diri kamu dari pria yang bernama Liam, dia itu sedikit ada gangguan kejiwaannya. Leon.Mila mendelik setelah selesai membaca isi dari secarik kertas yang Leon tulis seperti biasanya. Dan lebih melotot horor lagi ketika Mila melihat seseorang yang Leon maksud."Pagi," sapa Liam dengan senyum menawannya.Liam melangkah mendekati Mila yang tampak ketakutan dengan tubuh bergetar. Dahi Liam berkerut bingung melihat reaksi Mila."Kamu kenapa?" tanya Liam setelah dekat di hadapan Mila."Kenapa kamu menatapku seperti itu? Seakan-akan kamu ini tengah melihat hantu saja," kekeh Liam di akhir kalimatnya."T-tuan kenapa bisa ada disini?" tanya Mila dengan kegugupan yang luar biasa.Ia sangat takut dan menjadi was-was saat mengingat kata-kata Leon di secarik kertas itu. Dimana Leon bilang kalau
"Woiii!""Astaga!" kaget Mila reflek menyentuh dadanya saat di kejutkan dengan suara jeritan Liam.Liam nyengir, "sorry, aku tidak bermaksud mengejutkanmu.""Apa yang tengah kamu lihat?" tanya Liam seraya matanya mengikuti arah pandangan mata Mila."Dia tidak memakannya, bahkan tidak menyentuhnya sama sekali." ucap Mila sedih.Leon terhenyak dan mengangguk, "tadi malam dia bahkan mengusirku.""Tuan Leon juga tidak meninggalkan pesan di secarik kertas seperti biasanya.""Apa?""Disini!" Mila menunjuk pintu kulkas, "biasanya Tuan Leon selalu meninggalkan pesan di secarik kertas yang sengaja ia tempelkan disini seperti biasanya.""Oh ya? Kenapa bisa begitu?"Mila menoleh dan menatap tajam Liam. "Uhm, m-maksudku kenapa Leon tega tidak memakan makan malamnya yang sudah kamu buat susah payah? Dan kenapa juga Leon
Tuan kenapa makan malamnya tidak di makan? Dan kenapa juga Tuan tidak menitipkan pesan di secarik kertas seperti biasa?Upss, maafkan saya Tuan kalau sudah lancang bertanya seperti itu. Mila.Dahi Leon mengernyit bingung setelah selesai membaca pesan di secarik kertas yang di tulis Mila. Kenapa bisa Mila bertanya demikian? Padahal ia sudah menuliskan pesan menjelaskan semuanya di secarik kertas lalu menempelkannya di depan pintu kulkas seperti biasa.Tapi, kenapa Mila bertanya seperti ini? Rasanya tidak mungkin jika kertas itu hilang begitu saja. Atau mungkin Leon tidak kuat menempelkannya di pintu kulkas?Atau bisa saja ada seseorang yang usil mengambil kertas itu sengaja membuat ia dan Mila salah paham? Tapi, siapa orang itu?Klek."Hei, kenapa pintunya tidak di kunci?" tanya Liam setelah masuk ke
Mila, kamu pilih saya atau Liam?Leon. "Hah?" Mila terlonjak kaget saat membaca pesan di secarik kertas yang Leon tinggalkan seperti biasanya."Apa maksudnya?" pikir Mila bertanya-tanya. Tentu saja ia kebingungan dengan arti dari pesan yang Leon sampaikan ini."Apa yang kamu pikirkan?""Aaa!" Mila terlonjak kaget begitu ia menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan wajah Liam yang sangat dekat dengan wajahnya."Sejak kapan Tuan datang?" tanya Mila seraya menyembunyikan secarik kertas yang di pegangnya tadi. Dan bergerak menjauh dari Liam."Tidak lama setelah kamu sampai disini, aku bahkan menyapamu tapi kamu tidak menggubrisku.""Mungkin aku tidak dengar. Aku juga tidak melihatmu tadi," tukas Mila gugup.Mata Liam mengamati gerak-gerik Mila, "apa itu?""Apanya?""Apa yang sedang
Enam tahun kemudian....Leon dan Mila beserta kedua anak mereka ikut dalam sesi pemotretan keluarga. Ya, tepat hari ini Liam sudah resmi mempersunting wanita pujaan hatinya.Butuh waktu sampai enam tahun lamanya bagi Liam untuk benar-benar bisa melupakan Mila dan berhasil melabuhkan hatinya pada seorang wanita cantik yang kini sudah resmi berstatus sebagai istrinya.Nama wanita cantik yang telah berhasil mencuri hati Liam itu bernama Leena. Kebaikan hati dan sikap lembutnya mampu meluluhkan hati Liam."Selamat, bro." ucap Leon disusul Mila yang juga memberikan selamat untuk sepasang pengantin yang tengah berbahagia sebagai raja dan ratu malam ini."Terima kasih," sahut Liam dan Leena kompak kemudian turut membalas senyuman.Si kecil Liora, putri bungsu Mila tampak memperhatikan Liam dan Leena. Karena Leena begitu menyukai anak kecil pun turut gemas akan si kecil lucu Liora."Boleh aku gendong?" tanya Leen
Mila meremas ke sepuluh jarinya yang saat ini tengah gugup luar biasa. Ada Leon yang duduk di sisi kanannya dan ada bi Marsiah yang duduk di sisi kiranya. Juga ada pak Utama yang duduk di depannya, ada juga Agnes yang duduk di samping pak Utama.Dan yang paling membuat Mila gugup luar biasa adalah seseorang yang saat ini duduk di kursi roda tengah menatap lekat dirinya. Mila akui jika kini tak ada lagi tatapan tajam yang dilayangkan orang tersebut, melainkan hanya tatapan sendu yang menyorot kesedihan juga penyesalan.Entahlah. Itu yang Mila tangkap dari netra nyonya Kartika. Tapi, apakah benar?Tadinya juga Mila kaget saat suaminya pulang ke rumah bersama Agnes untuk menjemput dirinya."Mom, ingin bertemu denganmu." itulah kata-kata yang diucapkan Leon sebelum Mila bertanya lebih dulu. "Sayang, ada yang ingin Mom katakan.""Hah? Apa?" kaget Mila terlihat bingung.Pertanyaan Mil
Leon berdiri termenung di depan jendela kamarnya yang masih terbuka. Langit sudah mulai menggelap di sertai angin yang cukup kencang, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.Leon teringat lagi akan pembicaraannya beberapa jam yang lalu dengan sang papa dan adiknya. Pak Utama dan Agnes meminta Leon untuk pulang ke rumah karena nyonya Kartika yang tengah sakit sebulan terakhir ini.Sebenarnya sakitnya nyonya Kartika sudah dari beberapa bulan yang lalu semenjak perjanjian yang dibuat bersama Leon. Semenjak itu keadaan nyonya Kartika semakin drop, dan parahnya sebulan belakangan ini.Nyonya Kartika jarang makan karena seringnya menolak makan, dan kerap kali mengigau menyebut nama Leon dalam tidurnya. Nyonya Kartika bahkan acap kali mengucapkan permintaan maaf berulang kali yang sepertinya ditujukan pada Leon dan Mila.Sebab itulah pak Utama dan Agnes nekat mem
Beberapa bulan kemudian....Hari ini seperti biasanya, Mila terbangun dengan ceria. Setelah mengecup mesra pipi suaminya, Mila beranjak bangun dari ranjang dengan perlahan. Perutnya yang sudah mulai kelihatan sedikit buncit membuatnya lebih berhati-hati lagi dalam bergerak melakukan aktivitas."Sayang...."Langkah Mila terhenti begitu mendengar suara suaminya yang memanggil namanya. Mila membalikkan badan dan terkejut saat mendapati tubuh Leon yang masih terbaring nyaman di ranjang."Astaga, dia mengigau menyebut namaku." gumam Mila menepuk jidatnya pelan.Kemudian Mila segera bergegas beranjak keluar dari kamar sebelum suaminya itu benar-benar terbangun dan menggeretnya untuk kembali tidur di ranjang."Bibi," sapa Mila melihat bi Marsiah ketika ia tiba di dapur.Bi Marsiah menoleh sebentar dan membalas sapaan Mila sebelum kembali fokus pada masakannya.
Leon menatap dingin sang mama yang datang ke rumahnya. Sedangkan Mila dan bi Marsiah tampak ketakutan melihat kedatangan nyonya Kartika.Kata angkuh tentu saja masih tetap melekat di diri seorang nyonya Kartika yang selalu menatap rendah orang miskin.Membandingkan derajat dan kekayaan orang lain, pada akhirnya membuat nyonya Kartika memilih-milih teman untuk bergaul.Begitupun dalam memilih menantu untuk anak-anaknya. Mila jelas jauh dari kriteria menantu idaman yang di impikannya. Sayangnya, putranya Leon begitu sangat mencintai Mila."Ada apa Mama kesini?" tanya Leon to the point atas kedatangan nyonya Kartika ke rumahnya. Terlihat jelas raut wajah tak bersahabat di wajah Leon, karena ia tentunya masih marah atas sikap dan tindakan jahat mamanya.Nyonya Kartika mengumpat dalam hatinya melihat dingin dan datarnya sikap sang anak padanya. Nyonya Kartika vpastilah Mila sudah mengatakan yang seb
Pak Utama dan Agnes tersenyum menyambut kepulangan menantu dan juga besannya. Pak Utama menepuk bangga puteranya yang telah berhasil menemukan dan membawa pulang kedua wanita tersebut.Mila menghambur memeluk pak Utama yang melebarkan kedua tangannya, tangis Mila pecah di pelukan sang papa mertua yang memberikan kecupan sayang di puncak kepalanya.Mila beralih memeluk Agnes, adik iparnya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Sama seperti pak Utama yang sudah di anggap seperti bapak kandungnya sendiri.Dan dari kedua orang itulah Mila seperti kembali merasakan kebahagiaan bersama keluarga. Sayang, masih kurang lengkap. batin Mila sedih kala mengingat kurangnya satu orang lagi yang seharusnya juga melengkapi kebahagiaan ini.Perubahan raut wajah Mila yang tadinya ceria kini terlihat murung kembali. Dahinya mengernyit mengikuti arah pandangan mat
Leon mencengkeram pinggiran sofa usang yang tengah di dudukinya. Amarah begitu kentara sekali tengah meliputi Leon. Barusan saja Mila telah selesai mengatakan semuanya pada Leon.Tentang alasannya mengapa pergi meninggalkan Leon, tentunya karena nyonya Kartika yang jahat.Ya, Mila sudah mengungkapkan betapa jahat dan kejamnya ibu mertuanya. Dan Leon sangat tidak menyangka bahwa ibunya bisa sekelewat itu padanya dan juga Mila.Mengapa bisa mamanya malah berniat memisahkan dirinya dengan Mila. Ternyata mamanya tidak pernah menyetujui serta tidak merestui hubungan mereka. Dan parahnya, Leon baru mengetahui ini, itu pun dari mulut Mila dan butuh beberapa waktu untuk mengatakan padanya.Melihat amarah Leon yang jelas terlihat membuat Mila tak tenang. Mengambil inisiatif untuk menenangkan sang suami, Mila menyentuh lengan Leon yang langsung bereaksi menoleh padanya.Amarah Leon sedikit mereda ketika
Sejauh apapun kau melangkah, nyatanya kau tetap akan kembali padaku. Ke dalam pelukanku.Begitulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang membahagiakan ini.Tuhan telah mendengar dan mengabulkan doa-doa Leon yang meminta untuk kembali dipertemukan oleh Mila.Leon melangkah perlahan mendekati Mila yang tampak mengawasinya. Leon takut jika Mila menghindar dan langsung kabur darinya, tapi syukurlah sampai Leon berhasil mendekat dan kini berdiri di hadapannya Mila masih tetap di posisinya saat ini.Tersenyum hangat Leon menatap sang istri yang hanya berdiam diri seperti patung."Mila."Seperti sihir bagi Mila yang langsung menatap tepat ke manik hitam milik Leon. Suara ini ... Oh, Mila sangat merindukannya.Sebulan sudah mereka berpisah karena keadaan yang memaksa. Dan sebulan itu pula mereka berdua merasa sangat tersiksa, satu bulan rasanya s
Leon sangat tidak menyangka sekali jika kata-kata itu yang akan keluar dari mulut Mila. Kata-kata yang sangat dilarang sekali hadir di kehidupan rumah tangga mereka yang selama ini baik-baik saja. Lalu langsung berantakan hanya dalam waktu sekejap.Apakah ini karena kedatangan mamanya ke rumahnya? Baru satu kali tapi kenapa langsung menjadi kacau begini?Dan, astaga! Kenapa juga bisa-bisanya Leon berpikiran buruk seperti itu? Ya Tuhan!"Apa ini karena Mamaku?" tanpa sadar Leon melemparkan pertanyaan seperti itu pada Mila yang tercekat.Ingin sekali rasanya Mila meneriakkan dengan lantang kata. "Ya, ini semua karena Mamamu. Ini semua karena ancaman Mamamu yang memintaku untuk memilih diantara kamu atau bibiku."Namun semua itu tak mampu Mila ucapkan. Mila sedikit ragu, ketika ia melantangkan kata-kata itu, apakah Leon akan langsung percaya padanya?Dan jawabannya tentu saja tidak