Keesokan harinya....
Mila tiba di rumah besar nan mewah milik Leon tepat pukul sepuluh seperti di peraturan nomor dua. Mila yakin jika Leon tentunya sudah pergi bekerja, dan itu terbukti ketika Mila masuk ke dalam rumah dan tak menemukan siapapun alias sepi.
Tempat yang pertama kali Mila tuju adalah ruang makan, ia melihat meja makan dan membuka tudung saji yang ternyata sudah kosong. Itu artinya telur orek buatannya sudah di makan oleh sang majikan.
Mila mendelik ke arah wastafel saat melihat dua piring kotor dan satu gelas kotor yang sepertinya bekas minum kopi. Dan Mila kembali mendelik saat matanya menatap secarik kertas yang tertempel di depan pintu kulkas.
Hai Mila, keponakan Bi Marsiah. Selamat datang di rumah saya. Semoga kamu betah bekerja disini ya.
Terima kasih untuk makan malam yang lezat dan super sederhana, orek telur buatan kamu sangat enak. Benar-benar ide yang good disaat keadaan genting, bukan?
Oke, stop berbasa-basi. Hari ini pergilah berbelanja semua kebutuhan yang diperlukan. Dan ingat, pilihlah bahan-bahan makanan yang sehat dan bergizi. Mengerti?
Dan oh ya, saya sudah menaruh uang tunai di ranjang tempat tidur saya. Kamu pergunakanlah sebaik mungkin, jika kurang tinggal bilang saja ke saya. Oke?
Dan, ah iya satu lagi. Sepertinya ada maling yang meminum minuman sehat saya di dalam kulkas. Tolong kamu cek dan selidiki ya. :)
Leon Prakasa.
Kedua mata Mila membulat sempurna saat membaca kalimat terakhir yang Leon tuliskan.
Maling minuman sehatnya di dalam kulkas?
Astogeh! Apa Tuan Leon tau ya kalau aku yang minum minuman sehatnya? T-tapi darimana dia tau? batin Mila panik.
"Cctv?" gumam Mila mendongak ke atas mencari sesuatu benda tersembunyi yang mungkin saja sengaja Leon taruh.
"Tidak ada," gumam Mila lagi mendesah lirih. Ia pun kembali mencoba melihat ke segala arah demi mencari benda pengintai itu.
Tidak mungkin gak ada, kalau nggak darimana Leon bisa tau? Konyol sekali jika pria bang**t itu cenayang atau keturunan sejenis peramal atau dukun.
Tapi dasarnya tidak ada ya tetap tidak ada, Mila sampai lelah sendiri mencari benda itu.
Jadi itu artinya tuan muda Leon benar-benar cenayang? Aissh, terkutuklah engkau pria menyebalkan!
****
Mila menyusun semua bahan-bahan makanan yang sudah ia beli di pasar. Menatanya secantik dan serapih mungkin ke dalam lemari pendingin. Sesuai permintaan Leon yang meminta bahan-bahan makanan yang sehat dan bergizi saja.
Mila pikir bahan-bahan makanan ini bisa cukup sampai dua minggu ke depan, berhubung karena Mila hanya memasak makan malam untuknya saja itu artinya lebih banyak menghemat bahan-bahan makanan.
Uang tunai yang diberikan Leon untuknya berbelanja pun masih bersisa. Mila yang jujur pun mengembalikan uang sisa belanja tadi tanpa mengambilnya sepeserpun.
Setelahnya Mila pun mulai memasak. Malam ini dia ingin membuat sesuatu yang sedikit spesial, ya setidaknya bukan makanan sederhana seperti kemarin.
Ada tiga menu masakan yang akan Mila olah untuk makan malam Leon, dan untuk itu Mila berusaha berkonsentrasi tinggi agar mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan.
Mila tidak ingin baru bekerja dua hari sudah mendapatkan penilaian buruk dari sang majikan. Mila juga tidak ingin mengecewakan bi Marsiah dan nyonya Kartika. Dan untuk itu Mila berusaha memberikan yang terbaik dan mengabdi setulus hatinya untuk tuan muda Leon Prakasa.
Mila tersenyum sembari terus fokus memasak. Sejujurnya Mila mulai sedikit penasaran akan sosok sang majikan. Ingin rasanya ia melihat wajah Leon walau hanya dari foto saja pun tak masalah.
Namun sayangnya, tak ada satupun foto Leon di rumah ini. Walau Mila sampai lelah setengah mati pun mencarinya, foto Leon tetap tidak ada.
Hah, pria itu benar-benar hebat menyembunyikan jati diri dan wujudnya. Segitunya amat Leon malunya sampai foto satupun dia tak ingin memajangnya di dinding tembok rumah.
Sekitar satu jam Mila baru selesai menyiapkan makan malam untuk Leon. Ia melihat jam yang kini sudah menunjukkan malam hampir tiba.
Mila segera menyelesaikan semuanya, menata dan menghias serapih mungkin masakannya di atas meja. Mila kembali menutup masakannya dengan tudung saji, setelah itu ia mencuci semua peralatan masak yang kotor dan kemudian pulang.
Selang sekitar tiga puluh menit Mila pergi Leon pulang, ia memerkirakan mobilnya ke garasi setelah security membukakan pintu pagar.
Ia masuk dengan penampilannya yang seperti biasa, berbeda setiap akan pergi bekerja dengan pulang bekerja. Hei, itu sesuatu yang wajar. Pergi rapih dan pulang kusut juga berantakan. Tentu saja itu karena banyaknya pekerjaan yang menumpuk.
Leon melangkah masuk ke dalam kamarnya dan segera membersihkan dirinya. Sepuluh menit kemudian Leon telah selesai dan lekas memakai pakaian santainya dengan cepat.
Perut Leon terasa keroncongan, terbukti dari cacing-cacing yang terus berontak meminta jatah makan malam. Saat Leon ingin melangkah, ekor matanya menangkap sesuatu di atas ranjang.
Leon mengambilnya dan terkejut, uang yang Leon duga dari sisa belanja yang tak terpakai. Dan ada sebuah note singkat di samping uang itu.
Tuan, itu adalah uang sisa belanja hari ini. Saya tidak ada mengambil sedikitpun uang itu Tuan, sumpah.
Terima kasih.
Mila :)Leon menyipitkan matanya saat membaca kalimat terakhir isi dari note Mila. Kenapa wanita itu terlihat ketakutan seperti akan dituduh mencuri saja sampai pakai sumpah segala lagi.
Menggelengkan kepala Leon sedikit mengulum senyum gelinya, tentang arti emot tersenyum seperti terpaksa yang Mila buat di notenya
Leon menaruh note itu di nakas samping ranjang dan lalu ia beranjak keluar dari kamar menuju ruang makan. Membuka tudung saji karena rasa penasaran yang tak bisa ia tahan.
Matanya berbinar menatap tiga menu masakan modern yang sepertinya enak. Leon segera menarik kursi dan mulai menyantapnya dengan lahap.
Dan seperti sebelumnya masakan Mila enak. Tidak, bahkan sangat enak. Leon sampai menghabiskan semua makanan itu dengan lahap.
****
Mila mendelik kaget saat menemukan lagi sebuah note yang tertempel di depan pintu kulkas. Sepertinya dari tuan majikannya, Leon. Tapi, seingat Mila ia tidak ada meninggalkan note untuk pria itu kecuali mengenai sisa uang belanja yang ia taruh di ranjang tempat tidur Leon.Jadi, untuk apa majikannya meninggalkan note untuknya? Apakah sesuatu yang penting? Mila penasaran menarik note itu dan mulai membacanya.Terima kasih untuk hidangan makanan tadi malam. Sangat enak dan aku menyukainya. Modern maid.Leon :D"Apa? Modern maid?" pekik Mila menganga tak percaya membaca kembali dua kata itu.Entah sebagai panggilan sayang atau sebuah julukan untuknya, Mila tidak tau. Tapi, yang pastinya tak mungkin panggilan sayang. Memangnya dia siapa sampai harus disayang?Cuma pembantu! Itu suara batin Mila yang berseru menyadarkannya dari segala kehaluan.
Aku suka semua jenis makanan apapun, mau yang sederhana ataupun yang rumit. Aku juga suka makanan tradisional maupun yang modern. Mengerti? Uhm, ya. Makanan yang paling aku suka banget adalah olahan daging. Entah itu olahan daging ayam, kambing, atau sapi aku suka. Dan ya, aku juga suka sayur-sayuran. Itu juga bagus untuk kesehatan, begini saja yang penting makanan yang dimakan itu adalah makanan yang seimbang semua takarannya. Gizi, protein, lemak dan sebagainya.Oke. Leon. Mila tersenyum setelah membaca pesan yang Leon tuliskan di secarik kertas. Seperti biasa pria itu menempelkannya di depan pintu kulkas agar mudah bagi Mila menemukannya dan membacanya."Hmm, jadi olahan daging ya." gumam Mila tampak tengah berpikir.Mila menatap lagi secarik kertas itu dan membacanya ulang. Lalu kepalanya menggeleng, t
Seperti biasanya, setiap pagi saat memasuki area dapur maka Mila akan menemukan secarik kertas yang sengaja di tempelkan di pintu kulkas.Sudah tak perlu di ragukan lagi siapa orang yang melakukannya. Jelas saja tentunya Leon, sang tuan majikan yang sangat suka sekali meninggalkan note untuknya.Ya, walaupun Mila tak menampik jika yang memulai semua ini adalah dirinya. Ingatkan lagi dirinya yang pertama kali menuliskan kata-kata yang tak bisa ia ucapkan lewat secarik kertas. Jadilah kini Leon ikut-ikutan melakukan kebiasaan seperti dirinya.Terima kasih untuk informasinya, Mila. Saya sudah tau siapa pria yang kamu maksud. Dia Liam, sepupu saya. Leon. Mila membekap mulutnya sendiri saking syoknya setelah mengetahui penjelasan dari Leon. Jadi, lelaki yang kemarin itu adalah sepupunya tuan Leon?Oh, ya ampun. Mila tidak menyangka sama sekali."Li
Mila, berhati-hatilah dengan sepupu saya. Jaga diri kamu dari pria yang bernama Liam, dia itu sedikit ada gangguan kejiwaannya. Leon.Mila mendelik setelah selesai membaca isi dari secarik kertas yang Leon tulis seperti biasanya. Dan lebih melotot horor lagi ketika Mila melihat seseorang yang Leon maksud."Pagi," sapa Liam dengan senyum menawannya.Liam melangkah mendekati Mila yang tampak ketakutan dengan tubuh bergetar. Dahi Liam berkerut bingung melihat reaksi Mila."Kamu kenapa?" tanya Liam setelah dekat di hadapan Mila."Kenapa kamu menatapku seperti itu? Seakan-akan kamu ini tengah melihat hantu saja," kekeh Liam di akhir kalimatnya."T-tuan kenapa bisa ada disini?" tanya Mila dengan kegugupan yang luar biasa.Ia sangat takut dan menjadi was-was saat mengingat kata-kata Leon di secarik kertas itu. Dimana Leon bilang kalau
"Woiii!""Astaga!" kaget Mila reflek menyentuh dadanya saat di kejutkan dengan suara jeritan Liam.Liam nyengir, "sorry, aku tidak bermaksud mengejutkanmu.""Apa yang tengah kamu lihat?" tanya Liam seraya matanya mengikuti arah pandangan mata Mila."Dia tidak memakannya, bahkan tidak menyentuhnya sama sekali." ucap Mila sedih.Leon terhenyak dan mengangguk, "tadi malam dia bahkan mengusirku.""Tuan Leon juga tidak meninggalkan pesan di secarik kertas seperti biasanya.""Apa?""Disini!" Mila menunjuk pintu kulkas, "biasanya Tuan Leon selalu meninggalkan pesan di secarik kertas yang sengaja ia tempelkan disini seperti biasanya.""Oh ya? Kenapa bisa begitu?"Mila menoleh dan menatap tajam Liam. "Uhm, m-maksudku kenapa Leon tega tidak memakan makan malamnya yang sudah kamu buat susah payah? Dan kenapa juga Leon
Tuan kenapa makan malamnya tidak di makan? Dan kenapa juga Tuan tidak menitipkan pesan di secarik kertas seperti biasa?Upss, maafkan saya Tuan kalau sudah lancang bertanya seperti itu. Mila.Dahi Leon mengernyit bingung setelah selesai membaca pesan di secarik kertas yang di tulis Mila. Kenapa bisa Mila bertanya demikian? Padahal ia sudah menuliskan pesan menjelaskan semuanya di secarik kertas lalu menempelkannya di depan pintu kulkas seperti biasa.Tapi, kenapa Mila bertanya seperti ini? Rasanya tidak mungkin jika kertas itu hilang begitu saja. Atau mungkin Leon tidak kuat menempelkannya di pintu kulkas?Atau bisa saja ada seseorang yang usil mengambil kertas itu sengaja membuat ia dan Mila salah paham? Tapi, siapa orang itu?Klek."Hei, kenapa pintunya tidak di kunci?" tanya Liam setelah masuk ke
Mila, kamu pilih saya atau Liam?Leon. "Hah?" Mila terlonjak kaget saat membaca pesan di secarik kertas yang Leon tinggalkan seperti biasanya."Apa maksudnya?" pikir Mila bertanya-tanya. Tentu saja ia kebingungan dengan arti dari pesan yang Leon sampaikan ini."Apa yang kamu pikirkan?""Aaa!" Mila terlonjak kaget begitu ia menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan wajah Liam yang sangat dekat dengan wajahnya."Sejak kapan Tuan datang?" tanya Mila seraya menyembunyikan secarik kertas yang di pegangnya tadi. Dan bergerak menjauh dari Liam."Tidak lama setelah kamu sampai disini, aku bahkan menyapamu tapi kamu tidak menggubrisku.""Mungkin aku tidak dengar. Aku juga tidak melihatmu tadi," tukas Mila gugup.Mata Liam mengamati gerak-gerik Mila, "apa itu?""Apanya?""Apa yang sedang
Tuan, saya tidak mengerti dengan maksud dari isi note anda. Tentang memilih antara Tuan Leon dan Tuan Liam, maksudnya apa ya?Dan, oh ya Tuan. Saya kurang setuju dengan yang Tuan bilang kalau Tuan Liam mengidap penyakit kejiwaan.Padahal kan Tuan Liam adalah orang yang asyik, lucu dan juga seru. Beberapa kali kami mengobrol nyambung. Pokoknya Tuan Liam jauh dari kata 'gila'.Uhm, apalah soal itu Tuan Leon membohongi saya? Maaf jika saya lancang Tuan. Mila.Leon meremas secarik kertas dari Mila. Ia kesal, tentu saja. Sebab gadis itu ternyata menyukai Liam.Huh, lucu sekali!Pembantu barunya ini kepincut akan sosok sepupunya yang tengil itu. Lihatlah, apa menariknya coba si Liam?Oh Leon, tentu saja menarik sebab tak ada saingannya. Dan lucunya kau juga ingin Mila si pembantu ba
Enam tahun kemudian....Leon dan Mila beserta kedua anak mereka ikut dalam sesi pemotretan keluarga. Ya, tepat hari ini Liam sudah resmi mempersunting wanita pujaan hatinya.Butuh waktu sampai enam tahun lamanya bagi Liam untuk benar-benar bisa melupakan Mila dan berhasil melabuhkan hatinya pada seorang wanita cantik yang kini sudah resmi berstatus sebagai istrinya.Nama wanita cantik yang telah berhasil mencuri hati Liam itu bernama Leena. Kebaikan hati dan sikap lembutnya mampu meluluhkan hati Liam."Selamat, bro." ucap Leon disusul Mila yang juga memberikan selamat untuk sepasang pengantin yang tengah berbahagia sebagai raja dan ratu malam ini."Terima kasih," sahut Liam dan Leena kompak kemudian turut membalas senyuman.Si kecil Liora, putri bungsu Mila tampak memperhatikan Liam dan Leena. Karena Leena begitu menyukai anak kecil pun turut gemas akan si kecil lucu Liora."Boleh aku gendong?" tanya Leen
Mila meremas ke sepuluh jarinya yang saat ini tengah gugup luar biasa. Ada Leon yang duduk di sisi kanannya dan ada bi Marsiah yang duduk di sisi kiranya. Juga ada pak Utama yang duduk di depannya, ada juga Agnes yang duduk di samping pak Utama.Dan yang paling membuat Mila gugup luar biasa adalah seseorang yang saat ini duduk di kursi roda tengah menatap lekat dirinya. Mila akui jika kini tak ada lagi tatapan tajam yang dilayangkan orang tersebut, melainkan hanya tatapan sendu yang menyorot kesedihan juga penyesalan.Entahlah. Itu yang Mila tangkap dari netra nyonya Kartika. Tapi, apakah benar?Tadinya juga Mila kaget saat suaminya pulang ke rumah bersama Agnes untuk menjemput dirinya."Mom, ingin bertemu denganmu." itulah kata-kata yang diucapkan Leon sebelum Mila bertanya lebih dulu. "Sayang, ada yang ingin Mom katakan.""Hah? Apa?" kaget Mila terlihat bingung.Pertanyaan Mil
Leon berdiri termenung di depan jendela kamarnya yang masih terbuka. Langit sudah mulai menggelap di sertai angin yang cukup kencang, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.Leon teringat lagi akan pembicaraannya beberapa jam yang lalu dengan sang papa dan adiknya. Pak Utama dan Agnes meminta Leon untuk pulang ke rumah karena nyonya Kartika yang tengah sakit sebulan terakhir ini.Sebenarnya sakitnya nyonya Kartika sudah dari beberapa bulan yang lalu semenjak perjanjian yang dibuat bersama Leon. Semenjak itu keadaan nyonya Kartika semakin drop, dan parahnya sebulan belakangan ini.Nyonya Kartika jarang makan karena seringnya menolak makan, dan kerap kali mengigau menyebut nama Leon dalam tidurnya. Nyonya Kartika bahkan acap kali mengucapkan permintaan maaf berulang kali yang sepertinya ditujukan pada Leon dan Mila.Sebab itulah pak Utama dan Agnes nekat mem
Beberapa bulan kemudian....Hari ini seperti biasanya, Mila terbangun dengan ceria. Setelah mengecup mesra pipi suaminya, Mila beranjak bangun dari ranjang dengan perlahan. Perutnya yang sudah mulai kelihatan sedikit buncit membuatnya lebih berhati-hati lagi dalam bergerak melakukan aktivitas."Sayang...."Langkah Mila terhenti begitu mendengar suara suaminya yang memanggil namanya. Mila membalikkan badan dan terkejut saat mendapati tubuh Leon yang masih terbaring nyaman di ranjang."Astaga, dia mengigau menyebut namaku." gumam Mila menepuk jidatnya pelan.Kemudian Mila segera bergegas beranjak keluar dari kamar sebelum suaminya itu benar-benar terbangun dan menggeretnya untuk kembali tidur di ranjang."Bibi," sapa Mila melihat bi Marsiah ketika ia tiba di dapur.Bi Marsiah menoleh sebentar dan membalas sapaan Mila sebelum kembali fokus pada masakannya.
Leon menatap dingin sang mama yang datang ke rumahnya. Sedangkan Mila dan bi Marsiah tampak ketakutan melihat kedatangan nyonya Kartika.Kata angkuh tentu saja masih tetap melekat di diri seorang nyonya Kartika yang selalu menatap rendah orang miskin.Membandingkan derajat dan kekayaan orang lain, pada akhirnya membuat nyonya Kartika memilih-milih teman untuk bergaul.Begitupun dalam memilih menantu untuk anak-anaknya. Mila jelas jauh dari kriteria menantu idaman yang di impikannya. Sayangnya, putranya Leon begitu sangat mencintai Mila."Ada apa Mama kesini?" tanya Leon to the point atas kedatangan nyonya Kartika ke rumahnya. Terlihat jelas raut wajah tak bersahabat di wajah Leon, karena ia tentunya masih marah atas sikap dan tindakan jahat mamanya.Nyonya Kartika mengumpat dalam hatinya melihat dingin dan datarnya sikap sang anak padanya. Nyonya Kartika vpastilah Mila sudah mengatakan yang seb
Pak Utama dan Agnes tersenyum menyambut kepulangan menantu dan juga besannya. Pak Utama menepuk bangga puteranya yang telah berhasil menemukan dan membawa pulang kedua wanita tersebut.Mila menghambur memeluk pak Utama yang melebarkan kedua tangannya, tangis Mila pecah di pelukan sang papa mertua yang memberikan kecupan sayang di puncak kepalanya.Mila beralih memeluk Agnes, adik iparnya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Sama seperti pak Utama yang sudah di anggap seperti bapak kandungnya sendiri.Dan dari kedua orang itulah Mila seperti kembali merasakan kebahagiaan bersama keluarga. Sayang, masih kurang lengkap. batin Mila sedih kala mengingat kurangnya satu orang lagi yang seharusnya juga melengkapi kebahagiaan ini.Perubahan raut wajah Mila yang tadinya ceria kini terlihat murung kembali. Dahinya mengernyit mengikuti arah pandangan mat
Leon mencengkeram pinggiran sofa usang yang tengah di dudukinya. Amarah begitu kentara sekali tengah meliputi Leon. Barusan saja Mila telah selesai mengatakan semuanya pada Leon.Tentang alasannya mengapa pergi meninggalkan Leon, tentunya karena nyonya Kartika yang jahat.Ya, Mila sudah mengungkapkan betapa jahat dan kejamnya ibu mertuanya. Dan Leon sangat tidak menyangka bahwa ibunya bisa sekelewat itu padanya dan juga Mila.Mengapa bisa mamanya malah berniat memisahkan dirinya dengan Mila. Ternyata mamanya tidak pernah menyetujui serta tidak merestui hubungan mereka. Dan parahnya, Leon baru mengetahui ini, itu pun dari mulut Mila dan butuh beberapa waktu untuk mengatakan padanya.Melihat amarah Leon yang jelas terlihat membuat Mila tak tenang. Mengambil inisiatif untuk menenangkan sang suami, Mila menyentuh lengan Leon yang langsung bereaksi menoleh padanya.Amarah Leon sedikit mereda ketika
Sejauh apapun kau melangkah, nyatanya kau tetap akan kembali padaku. Ke dalam pelukanku.Begitulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang membahagiakan ini.Tuhan telah mendengar dan mengabulkan doa-doa Leon yang meminta untuk kembali dipertemukan oleh Mila.Leon melangkah perlahan mendekati Mila yang tampak mengawasinya. Leon takut jika Mila menghindar dan langsung kabur darinya, tapi syukurlah sampai Leon berhasil mendekat dan kini berdiri di hadapannya Mila masih tetap di posisinya saat ini.Tersenyum hangat Leon menatap sang istri yang hanya berdiam diri seperti patung."Mila."Seperti sihir bagi Mila yang langsung menatap tepat ke manik hitam milik Leon. Suara ini ... Oh, Mila sangat merindukannya.Sebulan sudah mereka berpisah karena keadaan yang memaksa. Dan sebulan itu pula mereka berdua merasa sangat tersiksa, satu bulan rasanya s
Leon sangat tidak menyangka sekali jika kata-kata itu yang akan keluar dari mulut Mila. Kata-kata yang sangat dilarang sekali hadir di kehidupan rumah tangga mereka yang selama ini baik-baik saja. Lalu langsung berantakan hanya dalam waktu sekejap.Apakah ini karena kedatangan mamanya ke rumahnya? Baru satu kali tapi kenapa langsung menjadi kacau begini?Dan, astaga! Kenapa juga bisa-bisanya Leon berpikiran buruk seperti itu? Ya Tuhan!"Apa ini karena Mamaku?" tanpa sadar Leon melemparkan pertanyaan seperti itu pada Mila yang tercekat.Ingin sekali rasanya Mila meneriakkan dengan lantang kata. "Ya, ini semua karena Mamamu. Ini semua karena ancaman Mamamu yang memintaku untuk memilih diantara kamu atau bibiku."Namun semua itu tak mampu Mila ucapkan. Mila sedikit ragu, ketika ia melantangkan kata-kata itu, apakah Leon akan langsung percaya padanya?Dan jawabannya tentu saja tidak