"Woiii!"
"Astaga!" kaget Mila reflek menyentuh dadanya saat di kejutkan dengan suara jeritan Liam.
Liam nyengir, "sorry, aku tidak bermaksud mengejutkanmu."
"Apa yang tengah kamu lihat?" tanya Liam seraya matanya mengikuti arah pandangan mata Mila.
"Dia tidak memakannya, bahkan tidak menyentuhnya sama sekali." ucap Mila sedih.
Leon terhenyak dan mengangguk, "tadi malam dia bahkan mengusirku."
"Tuan Leon juga tidak meninggalkan pesan di secarik kertas seperti biasanya."
"Apa?"
"Disini!" Mila menunjuk pintu kulkas, "biasanya Tuan Leon selalu meninggalkan pesan di secarik kertas yang sengaja ia tempelkan disini seperti biasanya."
"Oh ya? Kenapa bisa begitu?"
Mila menoleh dan menatap tajam Liam. "Uhm, m-maksudku kenapa Leon tega tidak memakan makan malamnya yang sudah kamu buat susah payah? Dan kenapa juga Leon
Tuan kenapa makan malamnya tidak di makan? Dan kenapa juga Tuan tidak menitipkan pesan di secarik kertas seperti biasa?Upss, maafkan saya Tuan kalau sudah lancang bertanya seperti itu. Mila.Dahi Leon mengernyit bingung setelah selesai membaca pesan di secarik kertas yang di tulis Mila. Kenapa bisa Mila bertanya demikian? Padahal ia sudah menuliskan pesan menjelaskan semuanya di secarik kertas lalu menempelkannya di depan pintu kulkas seperti biasa.Tapi, kenapa Mila bertanya seperti ini? Rasanya tidak mungkin jika kertas itu hilang begitu saja. Atau mungkin Leon tidak kuat menempelkannya di pintu kulkas?Atau bisa saja ada seseorang yang usil mengambil kertas itu sengaja membuat ia dan Mila salah paham? Tapi, siapa orang itu?Klek."Hei, kenapa pintunya tidak di kunci?" tanya Liam setelah masuk ke
Mila, kamu pilih saya atau Liam?Leon. "Hah?" Mila terlonjak kaget saat membaca pesan di secarik kertas yang Leon tinggalkan seperti biasanya."Apa maksudnya?" pikir Mila bertanya-tanya. Tentu saja ia kebingungan dengan arti dari pesan yang Leon sampaikan ini."Apa yang kamu pikirkan?""Aaa!" Mila terlonjak kaget begitu ia menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan wajah Liam yang sangat dekat dengan wajahnya."Sejak kapan Tuan datang?" tanya Mila seraya menyembunyikan secarik kertas yang di pegangnya tadi. Dan bergerak menjauh dari Liam."Tidak lama setelah kamu sampai disini, aku bahkan menyapamu tapi kamu tidak menggubrisku.""Mungkin aku tidak dengar. Aku juga tidak melihatmu tadi," tukas Mila gugup.Mata Liam mengamati gerak-gerik Mila, "apa itu?""Apanya?""Apa yang sedang
Tuan, saya tidak mengerti dengan maksud dari isi note anda. Tentang memilih antara Tuan Leon dan Tuan Liam, maksudnya apa ya?Dan, oh ya Tuan. Saya kurang setuju dengan yang Tuan bilang kalau Tuan Liam mengidap penyakit kejiwaan.Padahal kan Tuan Liam adalah orang yang asyik, lucu dan juga seru. Beberapa kali kami mengobrol nyambung. Pokoknya Tuan Liam jauh dari kata 'gila'.Uhm, apalah soal itu Tuan Leon membohongi saya? Maaf jika saya lancang Tuan. Mila.Leon meremas secarik kertas dari Mila. Ia kesal, tentu saja. Sebab gadis itu ternyata menyukai Liam.Huh, lucu sekali!Pembantu barunya ini kepincut akan sosok sepupunya yang tengil itu. Lihatlah, apa menariknya coba si Liam?Oh Leon, tentu saja menarik sebab tak ada saingannya. Dan lucunya kau juga ingin Mila si pembantu ba
Mila tampak gerogi saat Liam sesekali melirik ke arahnya lalu kembali lagi fokus pada kemudi, terus begitu hingga membuat Mila merona malu."Kita mau kemana, Tuan?" tanya Mila mengalihkan perasaan aneh tak menentu yang tengah melandanya.Berduaan dengan Liam seperti sekarang ini membuat jantungnya berdegup kencang tak karuan."Nanti kamu juga akan tau kalau udah sampai." sahut Liam tersenyum dan sekilas sekali lagi menatap Mila."Dan ya, aku lupa bilang sesuatu." kata Liam kembali menoleh sekilas."Apa Tuan?""Kalau kamu malam ini terlihat sangat cantik sekali." puji Liam tulus.Sontak hal itu membuat pipi Mila bersemu merah. "Aduh, Tuan bisa aja bohongnya.""Eh, enggak bohong kok. Aku serius, sumpah!""Gak usah bawa-bawa sumpah segala deh Tuan Liam.""Loh, memang aku ngomong yang sebenarnya kok. Kalau kamu malam in
Selesai makan keduanya tak langsung pulang, melainkan pergi ke tempat lainnya untuk menghabiskan malam minggu ini.Liam dan Mila benar-benar menikmati waktu kebersamaan mereka. Kadang mereka tersenyum geli, tertawa lucu sampai ngakak. Ada saja bahan obrolan yang mereka bicarakan hingga membuat keduanya semakin nyambung.Saat ini Mila tengah berdiri di tepi jalan sembari menunggu Liam yang sedang mengambil mobilnya di parkiran.Dari kejauhan tampak seorang pria memakai topi putih yang seperti sengaja menutupi setengah wajahnya. Pria itu melangkah mendekat Mila sembari matanya mengawasi segala arah dengan gerak-gerik gelisah."Aaa! Tolong, jambret!" jerit Mila histeris saat dengan tiba-tibanya seseorang merampas tasnya.Mila syok dan lantas berteriak, beberapa orang tampak tengah mengejar si jambret bertopi putih itu yang terus berlari kencang.Di tengah kepanikan si jambret yang
Liam berdecak kesal dan menggeleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini."What's happened?" tanya Liam heran.Merasa tak mendapat jawaban dari orang tersebut, Liam kembali bertanya. "Hei, apa yang sedang kau lakukan disini?"Leon dengan wajah babak belurnya tertawa ngakak, seakan yang terjadi padanya beberapa saat lalu adalah hal yang sangat lucu. Dan tentu saja hal itu sukses semakin membuat Liam keheranan.Fix, sepupunya sudah gila!"Ayo bangun," titah Liam sembari membantu tubuh Leon untuk berdiri dari posisinya yang kini duduk di tanah.Sungguh memprihatinkan. batin Liam."Aku bertemu dengan gadis gila."Apa? Gadis gila? Hmm, kau yang gila lagi suara batin Liam memberontak."Gadis gila, apa maksudnya?" tanya Liam ikut duduk di tanah disamping Leon yang juga tak kunjung beranjak ber
Mila pulang lebih cepat atas perintah Leon yang di sampaikan melalui Nyonya Kartika. Setelah masak untuk makan siang Mila langsung di perbolehkan pulang.Mila pulang dengan langkah lemas dan sempat-sempatnya menoleh sekali lagi melihat rumah milik sang tuan majikan. Dalam hatinya Mila berdoa untuk kesembuhan Leon, walau tidak pernah saling bertatap muka tetapi Mila mendoakan agar pria itu sembuh.Setelahnya Mila tidak melirik lagi dan lekas pergi meninggalkan rumah besar nan mewah itu. Leon yang berada di kamarnya mengintip dari balik jendela memperhatikan punggung Mila yang semakin jauh dan keluar dari pintu pagar rumahnya yang dibukakan pak Agus.Leon menghela nafas, ia sebenarnya juga penasaran pada wajah pembantu barunya itu hingga bisa menggaet sepupu sengkleknya.Apa yang membuat Liam hingga sampai bisa jatuh cinta pada sosok Mila. Apa hebatnya gadis dari kalangan miskin seperti Mila? batin Leon
"T-tuan Liam...?""Ssstt!" ucap Liam memberi isyarat pada Mila untuk diam."Aku merindukanmu, Mila." ungkap Liam mantap tanpa keraguan. Dan tak melihat perubahan ekspresi Mila yang menganga kaget luar biasa.Liam tersenyum geli dan mengabaikan tubuh Mila yang menegang kaku sedari ia memeluk tubuhnya.Dan hanya suasana hening yang menyelimuti mereka, Liam yang menikmati momen memeluk tubuh Mila seperti ini.Liam senang, tentu saja. Sebab perasaan rindunya sudah terobati dan kini bunga-bunga tampak bermekaran indah ikut larut dalam kebahagiaan yang Liam rasakan.Mila yang tak bisa berkata-kata akhirnya mencoba mengeluarkan kata-kata dan berusaha melepaskan pelukan Liam yang semakin erat."T-tuan," ucap Mila mencoba untuk memanggil nama Liam yang seakan tuli tak mendengarkan panggilannya.Mila pun tak menyerah dan kembali mencoba memanggil Liam. Syukurlah akhirnya Liam mendengarkan dan melepaskan pelukannya di tubu
Enam tahun kemudian....Leon dan Mila beserta kedua anak mereka ikut dalam sesi pemotretan keluarga. Ya, tepat hari ini Liam sudah resmi mempersunting wanita pujaan hatinya.Butuh waktu sampai enam tahun lamanya bagi Liam untuk benar-benar bisa melupakan Mila dan berhasil melabuhkan hatinya pada seorang wanita cantik yang kini sudah resmi berstatus sebagai istrinya.Nama wanita cantik yang telah berhasil mencuri hati Liam itu bernama Leena. Kebaikan hati dan sikap lembutnya mampu meluluhkan hati Liam."Selamat, bro." ucap Leon disusul Mila yang juga memberikan selamat untuk sepasang pengantin yang tengah berbahagia sebagai raja dan ratu malam ini."Terima kasih," sahut Liam dan Leena kompak kemudian turut membalas senyuman.Si kecil Liora, putri bungsu Mila tampak memperhatikan Liam dan Leena. Karena Leena begitu menyukai anak kecil pun turut gemas akan si kecil lucu Liora."Boleh aku gendong?" tanya Leen
Mila meremas ke sepuluh jarinya yang saat ini tengah gugup luar biasa. Ada Leon yang duduk di sisi kanannya dan ada bi Marsiah yang duduk di sisi kiranya. Juga ada pak Utama yang duduk di depannya, ada juga Agnes yang duduk di samping pak Utama.Dan yang paling membuat Mila gugup luar biasa adalah seseorang yang saat ini duduk di kursi roda tengah menatap lekat dirinya. Mila akui jika kini tak ada lagi tatapan tajam yang dilayangkan orang tersebut, melainkan hanya tatapan sendu yang menyorot kesedihan juga penyesalan.Entahlah. Itu yang Mila tangkap dari netra nyonya Kartika. Tapi, apakah benar?Tadinya juga Mila kaget saat suaminya pulang ke rumah bersama Agnes untuk menjemput dirinya."Mom, ingin bertemu denganmu." itulah kata-kata yang diucapkan Leon sebelum Mila bertanya lebih dulu. "Sayang, ada yang ingin Mom katakan.""Hah? Apa?" kaget Mila terlihat bingung.Pertanyaan Mil
Leon berdiri termenung di depan jendela kamarnya yang masih terbuka. Langit sudah mulai menggelap di sertai angin yang cukup kencang, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.Leon teringat lagi akan pembicaraannya beberapa jam yang lalu dengan sang papa dan adiknya. Pak Utama dan Agnes meminta Leon untuk pulang ke rumah karena nyonya Kartika yang tengah sakit sebulan terakhir ini.Sebenarnya sakitnya nyonya Kartika sudah dari beberapa bulan yang lalu semenjak perjanjian yang dibuat bersama Leon. Semenjak itu keadaan nyonya Kartika semakin drop, dan parahnya sebulan belakangan ini.Nyonya Kartika jarang makan karena seringnya menolak makan, dan kerap kali mengigau menyebut nama Leon dalam tidurnya. Nyonya Kartika bahkan acap kali mengucapkan permintaan maaf berulang kali yang sepertinya ditujukan pada Leon dan Mila.Sebab itulah pak Utama dan Agnes nekat mem
Beberapa bulan kemudian....Hari ini seperti biasanya, Mila terbangun dengan ceria. Setelah mengecup mesra pipi suaminya, Mila beranjak bangun dari ranjang dengan perlahan. Perutnya yang sudah mulai kelihatan sedikit buncit membuatnya lebih berhati-hati lagi dalam bergerak melakukan aktivitas."Sayang...."Langkah Mila terhenti begitu mendengar suara suaminya yang memanggil namanya. Mila membalikkan badan dan terkejut saat mendapati tubuh Leon yang masih terbaring nyaman di ranjang."Astaga, dia mengigau menyebut namaku." gumam Mila menepuk jidatnya pelan.Kemudian Mila segera bergegas beranjak keluar dari kamar sebelum suaminya itu benar-benar terbangun dan menggeretnya untuk kembali tidur di ranjang."Bibi," sapa Mila melihat bi Marsiah ketika ia tiba di dapur.Bi Marsiah menoleh sebentar dan membalas sapaan Mila sebelum kembali fokus pada masakannya.
Leon menatap dingin sang mama yang datang ke rumahnya. Sedangkan Mila dan bi Marsiah tampak ketakutan melihat kedatangan nyonya Kartika.Kata angkuh tentu saja masih tetap melekat di diri seorang nyonya Kartika yang selalu menatap rendah orang miskin.Membandingkan derajat dan kekayaan orang lain, pada akhirnya membuat nyonya Kartika memilih-milih teman untuk bergaul.Begitupun dalam memilih menantu untuk anak-anaknya. Mila jelas jauh dari kriteria menantu idaman yang di impikannya. Sayangnya, putranya Leon begitu sangat mencintai Mila."Ada apa Mama kesini?" tanya Leon to the point atas kedatangan nyonya Kartika ke rumahnya. Terlihat jelas raut wajah tak bersahabat di wajah Leon, karena ia tentunya masih marah atas sikap dan tindakan jahat mamanya.Nyonya Kartika mengumpat dalam hatinya melihat dingin dan datarnya sikap sang anak padanya. Nyonya Kartika vpastilah Mila sudah mengatakan yang seb
Pak Utama dan Agnes tersenyum menyambut kepulangan menantu dan juga besannya. Pak Utama menepuk bangga puteranya yang telah berhasil menemukan dan membawa pulang kedua wanita tersebut.Mila menghambur memeluk pak Utama yang melebarkan kedua tangannya, tangis Mila pecah di pelukan sang papa mertua yang memberikan kecupan sayang di puncak kepalanya.Mila beralih memeluk Agnes, adik iparnya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Sama seperti pak Utama yang sudah di anggap seperti bapak kandungnya sendiri.Dan dari kedua orang itulah Mila seperti kembali merasakan kebahagiaan bersama keluarga. Sayang, masih kurang lengkap. batin Mila sedih kala mengingat kurangnya satu orang lagi yang seharusnya juga melengkapi kebahagiaan ini.Perubahan raut wajah Mila yang tadinya ceria kini terlihat murung kembali. Dahinya mengernyit mengikuti arah pandangan mat
Leon mencengkeram pinggiran sofa usang yang tengah di dudukinya. Amarah begitu kentara sekali tengah meliputi Leon. Barusan saja Mila telah selesai mengatakan semuanya pada Leon.Tentang alasannya mengapa pergi meninggalkan Leon, tentunya karena nyonya Kartika yang jahat.Ya, Mila sudah mengungkapkan betapa jahat dan kejamnya ibu mertuanya. Dan Leon sangat tidak menyangka bahwa ibunya bisa sekelewat itu padanya dan juga Mila.Mengapa bisa mamanya malah berniat memisahkan dirinya dengan Mila. Ternyata mamanya tidak pernah menyetujui serta tidak merestui hubungan mereka. Dan parahnya, Leon baru mengetahui ini, itu pun dari mulut Mila dan butuh beberapa waktu untuk mengatakan padanya.Melihat amarah Leon yang jelas terlihat membuat Mila tak tenang. Mengambil inisiatif untuk menenangkan sang suami, Mila menyentuh lengan Leon yang langsung bereaksi menoleh padanya.Amarah Leon sedikit mereda ketika
Sejauh apapun kau melangkah, nyatanya kau tetap akan kembali padaku. Ke dalam pelukanku.Begitulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang membahagiakan ini.Tuhan telah mendengar dan mengabulkan doa-doa Leon yang meminta untuk kembali dipertemukan oleh Mila.Leon melangkah perlahan mendekati Mila yang tampak mengawasinya. Leon takut jika Mila menghindar dan langsung kabur darinya, tapi syukurlah sampai Leon berhasil mendekat dan kini berdiri di hadapannya Mila masih tetap di posisinya saat ini.Tersenyum hangat Leon menatap sang istri yang hanya berdiam diri seperti patung."Mila."Seperti sihir bagi Mila yang langsung menatap tepat ke manik hitam milik Leon. Suara ini ... Oh, Mila sangat merindukannya.Sebulan sudah mereka berpisah karena keadaan yang memaksa. Dan sebulan itu pula mereka berdua merasa sangat tersiksa, satu bulan rasanya s
Leon sangat tidak menyangka sekali jika kata-kata itu yang akan keluar dari mulut Mila. Kata-kata yang sangat dilarang sekali hadir di kehidupan rumah tangga mereka yang selama ini baik-baik saja. Lalu langsung berantakan hanya dalam waktu sekejap.Apakah ini karena kedatangan mamanya ke rumahnya? Baru satu kali tapi kenapa langsung menjadi kacau begini?Dan, astaga! Kenapa juga bisa-bisanya Leon berpikiran buruk seperti itu? Ya Tuhan!"Apa ini karena Mamaku?" tanpa sadar Leon melemparkan pertanyaan seperti itu pada Mila yang tercekat.Ingin sekali rasanya Mila meneriakkan dengan lantang kata. "Ya, ini semua karena Mamamu. Ini semua karena ancaman Mamamu yang memintaku untuk memilih diantara kamu atau bibiku."Namun semua itu tak mampu Mila ucapkan. Mila sedikit ragu, ketika ia melantangkan kata-kata itu, apakah Leon akan langsung percaya padanya?Dan jawabannya tentu saja tidak