Share

Bab 3: Jejak Keluarga Wiratama

Pagi itu, Rina terbangun dengan perasaan campur aduk. Mimpi buruk yang mengganggu tidurnya semalam masih jelas di benaknya. Meski demikian, ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk mencari jawaban. Dia tahu bahwa rahasia kelam dari rumah tua itu tidak akan berhenti menghantuinya sampai dia menemukan kebenaran.

Setelah membersihkan diri dan bersiap-siap, Rina keluar dari kamarnya dan disambut oleh aroma kopi segar dan roti panggang dari dapur penginapan. Bu Marni sudah menunggunya dengan secangkir kopi di tangan, matanya menatap Rina dengan penuh perhatian. "Bagaimana tidurmu, Nak?" tanyanya lembut.

Rina menghela napas panjang dan duduk di meja makan. "Tidak terlalu baik, Bu. Saya masih memikirkan tentang rumah tua itu dan apa yang saya alami semalam. Ada yang aneh dengan tempat itu."

Bu Marni mengangguk pelan. "Aku tahu. Banyak orang yang pernah mencoba mencari tahu tentang rumah itu, tapi kebanyakan mereka pergi dengan ketakutan. Desa ini memiliki banyak rahasia, dan rumah tua itu adalah salah satunya."

Rina menyesap kopi hangatnya dan merasa sedikit lebih baik. "Saya ingin tahu lebih banyak tentang keluarga Wiratama. Anda tahu di mana saya bisa mendapatkan lebih banyak informasi?"

Bu Marni tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Mungkin kau bisa bertanya pada Pak Darto. Dia adalah orang tertua di desa ini, dan dia tahu banyak tentang sejarah desa. Rumahnya tidak jauh dari sini, di ujung jalan."

Rina merasa sedikit lega mendengar itu. "Terima kasih, Bu. Saya akan segera ke sana."

Setelah sarapan, Rina bergegas menuju rumah Pak Darto. Jalan setapak menuju rumah itu dikelilingi oleh pepohonan rindang, menciptakan suasana tenang namun sedikit menyeramkan. Rina mencoba mengabaikan perasaan takut yang muncul dan melangkah lebih cepat.

Ketika tiba di depan rumah Pak Darto, dia melihat rumah kayu tua yang sederhana dengan pagar bambu di sekelilingnya. Dia mengetuk pintu perlahan, dan tidak lama kemudian seorang pria tua dengan rambut putih dan tubuh yang sedikit membungkuk membuka pintu.

"Selamat pagi, Pak Darto," sapa Rina dengan sopan. "Saya Rina, saya ingin tahu lebih banyak tentang sejarah desa ini, terutama tentang keluarga Wiratama dan rumah tua di sudut jalan."

Pak Darto mengangguk pelan, seolah sudah menduga kedatangan Rina. "Masuklah, Nak," katanya sambil membuka pintu lebih lebar. "Kita bisa bicara di dalam."

Rina memasuki rumah itu dan segera merasakan suasana hangat dan nyaman. Di dalam, banyak foto-foto hitam putih tergantung di dinding, menampilkan gambar-gambar desa pada masa lalu. Pak Darto duduk di kursi kayu tua dan mempersilakan Rina untuk duduk di seberangnya.

"Keluarga Wiratama," gumam Pak Darto sambil mengelus jenggot putihnya. "Mereka adalah keluarga terpandang di desa ini dulu. Kaya, berkuasa, tapi juga… penuh misteri."

Rina mendengarkan dengan seksama, merasa bahwa dia semakin dekat dengan jawaban yang dia cari. "Apa yang terjadi pada mereka? Mengapa mereka menghilang?"

Pak Darto menghela napas panjang, tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara lagi. "Keluarga itu terdiri dari Tuan Wiratama, istrinya, dan seorang putri kecil. Mereka tinggal di rumah itu lebih dari seratus tahun yang lalu. Tapi ada sesuatu yang aneh tentang mereka. Orang-orang desa sering mendengar suara-suara aneh dari dalam rumah, terutama di malam hari. Suara tangisan, suara anak kecil tertawa, dan terkadang suara-suara yang tidak bisa dijelaskan."

Rina merasa merinding mendengar cerita itu. "Lalu, bagaimana mereka menghilang?"

Pak Darto menggelengkan kepala. "Tidak ada yang tahu pasti. Suatu malam, semua lampu di rumah itu padam. Keesokan paginya, rumah itu kosong. Tidak ada jejak mereka. Sejak itu, rumah itu menjadi kosong dan ditinggalkan. Beberapa orang yang mencoba tinggal di sana setelahnya selalu pergi dengan ketakutan, mengatakan mereka melihat bayangan atau mendengar suara-suara yang sama."

Rina terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja dia dengar. "Apakah ada yang tahu tentang ruang bawah tanah di rumah itu?"

Mata Pak Darto menyipit, seolah teringat sesuatu. "Ruang bawah tanah? Ya, ada ruang bawah tanah di rumah itu. Dulu digunakan sebagai gudang, tapi setelah keluarga itu menghilang, banyak yang mengatakan ruang itu lebih dari sekadar gudang. Ada yang percaya bahwa ruang itu adalah tempat mereka melakukan sesuatu yang gelap… sesuatu yang jahat."

Rina merasa jantungnya berdebar lebih cepat. "Saya menemukan lingkaran dan simbol-simbol aneh di sana semalam. Sepertinya ada yang melakukan sesuatu yang menyeramkan di sana."

Pak Darto mengangguk pelan. "Ada banyak rumor, Nak. Beberapa orang mengatakan bahwa Tuan Wiratama terlibat dalam ilmu hitam, mencoba berkomunikasi dengan dunia lain. Yang lain percaya bahwa putrinya, yang tampaknya memiliki bakat spiritual, menjadi kunci dari semua misteri ini."

Rina merasa ada yang tidak beres. "Putrinya? Apa yang terjadi padanya?"

Pak Darto terdiam sejenak, wajahnya tampak muram. "Dia masih kecil, sekitar lima atau enam tahun saat mereka menghilang. Tapi orang-orang sering melihatnya berbicara sendiri, seolah-olah dia berbicara dengan seseorang yang tidak terlihat. Ada yang mengatakan dia bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa. Beberapa percaya bahwa dia yang membuka jalan bagi sesuatu yang tidak seharusnya masuk ke dunia kita."

Rina merasa bulu kuduknya meremang lagi. "Apakah ada cara untuk mengetahui lebih banyak tentang mereka? Atau mungkin mencoba berkomunikasi dengan… roh-roh itu?"

Pak Darto menatapnya dengan tatapan serius. "Nak, kau harus berhati-hati. Rumah itu bukan tempat untuk bermain-main. Banyak yang telah mencoba, dan mereka semua pergi dengan rasa takut yang tak pernah hilang. Tapi jika kau benar-benar ingin tahu, mungkin kau bisa bertemu dengan Nyai Murni, dukun tua yang tinggal di pinggiran desa. Dia mungkin tahu lebih banyak tentang dunia yang tak terlihat."

Rina merasa sedikit takut, tapi juga penasaran. "Baiklah, terima kasih atas bantuannya, Pak Darto. Saya akan mencoba berbicara dengan Nyai Murni."

Pak Darto mengangguk. "Hati-hati, Nak. Ada hal-hal di dunia ini yang lebih baik dibiarkan tersembunyi."

Setelah meninggalkan rumah Pak Darto, Rina merasa pikirannya penuh dengan informasi baru. Dia merasa semakin dekat dengan jawaban, tapi juga semakin dekat dengan bahaya yang mungkin mengintainya. Dia tahu bahwa langkah berikutnya adalah mencari Nyai Murni dan mencoba mendapatkan jawaban lebih lanjut tentang keluarga Wiratama dan rumah tua itu.

Dengan keberanian yang baru ditemukan, Rina berjalan menuju pinggiran desa, tempat di mana Nyai Murni tinggal. Di sana, dia berharap bisa menemukan jawaban yang dia cari, dan mungkin, mengungkap misteri kelam yang mengintai di balik rumah tua di sudut jalan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status