Tamparan mendarat dipipi Ryan.
Ryan menatap wajah Gie nyalang. Ia membopong tubuh Gie keluar dari kamar Daniel dan keluar dari hotel.Daniel membuntuti dari belakang sambil terhuyung-huyung. Akhirnya ia pingsan di depan kamar salah satu tamu.Gie di bawa melaju membelah jalan dengan motor sport milik Ryan. Hingga mereka sampai di markas milik Ryan.Ryan membopong tubuh Gie masuk ke dalam ruangan miliknya. Kaki dan tangan Gie terus bergerak memberontak.Ryan kembali mendudukkan Gie di kursi pribadi miliknya.Air mata Gie kembali tumpah."Dasar murahan!!!" Ucap Ryan membentak Gie.Gie menggelengkan kepalanya sembari bercucuran air mata."Tidak aku sangka ternyata kamu gadis murahan!" Ucap Ryan sambil menarik ujung bibirnya mencemooh Gie.Plakkk...Gie mendaratkan tangannya kembali di pipi Ryan."Hhh, beraninya tangan murahan itu memukulku" Ucap Ryan sambil tersenyum sinis.Ryan meraih tangan Gie dan mencengkramnya erat."Tangan lancang ini! Dan senyum brengsek ini! Sangat tidak ada harganya!" Ryan terus menghina Gie dengan kata-katanya yang menyakitkan sementara Gie hanya bisa menangis, melawan pun rasanya percuma ia kalah telak dari segi kekuatan. Ini lah sifat asli pria tampan itu, layaknya monster yang harus mendapatkan apapun demi sesuatu yang ia inginkan. Ia mengatas namakan kekerasan atas segala obsesi yang ia miliki."Hufff sepertinya aku salah menilai seseorang seperti mu" Ryan menghempaskan tangan Gie sembari berdiri.Ryan membuka pintu ruangan tersebut."Silahkan nona kaki kecil kotormu itu tidak pantas menginjakkan kaki di ruangan ku." Ucap Ryan.Air mata Gie tak kunjung kering ia beranjak dari duduknya, ia mengambil pena dan kertas di atas meja milik Ryan dan menuliskan sesuatu disana. Gie meremas kertas tersebut dan melemparkannya ke arah Ryan.Sampai akhirnya ia melangkah keluar dari ruangan itu.Wajah Ryan masih terlihat marah ia meninju kursi duduknya hingga jebol."Bajingan...!"Ia berjalan kearah lemari yang berisikan sederet minuman beralkohol. Ryan membuka satu botol minuman tersebut dan menenggaknya.Ia duduk lemas di lantai sambil terus menenggak minuman keras tersebut."Dunia benar-benar gila" Ucapnya sembari tertawa namun matanya mengalirkan air matanya.Prakkk...!!!Ia membanting botol minuman tersebut hingga pecah berserakan di lantai"Hahhhhhhhhhh...!!!" Sungai air matanya meluap, dirinya meringkuk.Sementara itu Gie berjalan sendiri ditengah malam yang dingin matanya merah, bibirnya terlihat pucat. Pandangan Gie terlihat kosong membayangkan apa yang terjadi pada dirinya.Sekali saja dalam hidupnya ia tak pernah merasakan sesuatu yang membuatnya bahagia. Sejak SMA ia selalu jadi bahan perundungan di sekolahnya. Tidak ada siapapun yang bisa menjadi tempatnya untuk bercerita bahkan ibunya sekalipun. Ia tidak ingin ibunya terluka melihat Putri kesayangannya menderita.Sesekali gadis itu mengusap air matanya yang jatuh di pipi miliknya.Setelah sampai di rumah sakit. Ia segera menuju ruang dimana ibunya di rawat.Ia menarik nafas panjang dan merapikan rambut yang sedikit terlihat berantakan serta memasang senyuman di bibirnya. Ia takut saat masuk ibunya terbangun dan melihat air mata di wajah putrinya sehingga membuat ibunya khawatir.Gie membuka pintu, dan melihat ibunya yang Ternyata masih terlelap dalam tidurnya.Ia duduk di samping ranjang ibunya berbaring. Gie menggenggam tangan ibunya. Rasanya ia menemukan kekuatannya kembali, ia mengecup kenin milik ibunya yang sedang tidur. Tak terasa dirinya pun ikut terlelap sembari menggenggam tangan ibunya.Malam yang panjang itu telah usai pagi pun tiba.Gie menyiapkan semangkuk bubur untuk ibunya. Ia meniup perlahan dan menyuapi ibunya dengan bubur tersebut.Dokter mengatakan akibat dari panik saat ini ibunya menolak untuk bicara, selain itu kondisi jantungnya cukup serius. Hal ini membuat Gie harus bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan ibunya dan untuk membayar hutangnya pada Ryan.Setelah selesai menyuapi ibunya ia pulang kerumahnya untuk membuat kue dan segera menjualnya kembali.Prakkk...!!!Suara kaca yang pecah di hantam sebuah benda oleh salah satu anak buah Ryan."Ini akibat tidak membayar pada kami!" Ucap Jeky pada seorang pasutri yang terlihat sudah tua."Ambil ini, tolong maafkan kami" pinta kedua pasutri itu sambil berlutut di depan Ryan dan menyerahkan beberapa lembar uang."Ambil seluruh uang yang ada di laci tanpa tersisa satu lembar bahkan satu koin pun" Suruh Ryan sambil tersenyum dan menikmati seputung rokok yang tengah ia hisap.Mereka keluar dari toko tersebut sambil tertawa.'Mulai saat ini biar aku berjalan sendiri tanpa seseorang yang menjadi penghalang, tunggu Wito akan ku remukan seluruh tubuhmu dengan tangan ku' Ucap Ryan sambil berjalan menuju motor kesayangannya.Awan yang mulai terlihat cerah pada akhirnya kembali menjadi hitam.Sebelum pergi dari area pertokoan tersebut ia melihat Gie sedang membawa sebuah kue ditangannya."Gadis bodoh itu" Ucapnya sembari tersenyum sinis terhadap Gie."Bos apakah Anda ingin menemui gadis itu?" Tanya jeky"Cih... Untuk apa menemui gadis yang bersedia ditiduri oleh orang asing" Jawab Ryan sambil menarik ujung bibirnya dengan mata yang tersorot tajam."Kalian semua kembalilah ke markas" Imbuhnya lagiSeluruh anak buah Ryan meninggalkan tempat tersebut dengan motor sport mereka.Ryan masih menatap tajam ke arah Gie yang sedang berjalan kesulitan membawa kue-kue tersebut.Sedetik kemudian Gie mengetahui keberadaan Ryan yang sedang menatap tajam kearahnya.Dengan mata indah dan beningnya ia tidak mengalihkan pandangannya ke arah Ryan.Sehingga Ryan turun kembali dari motornya dan berjalan ke arah Gie, Gie terlihat menunduk."Kenapa? Baru menyadari aku setampan itu? Apa akhirnya kamu menyesal tidur dengan orang asing itu?" Ucapan mendekati wajah gadis polos tersebut.Wajah yang sedari tadu menunduk kini mendongak dengan tatapan membelalak. Wajahnya terlihat merah padam, tangan kecil yang membawa barang-barang itu menggenggam."Kenapa? Ingin marah?" Tanyanya sembari tertawa melihat kan deretan giginya."Simpan saja kekuatan mu untuk mencari uang. Jangan lupa kamu masih berhutang kepadaku" Ucap Ryan sambil tersenyum dan berjalan menuju motor dan segera melajukan kendaraannya pergi dari tempat tersebut.Motor Ryan berhenti di depan perusahaan milik WitoIa masuk kedalam perusahaan dengan santainya sembari menjapit tokok di tangannya."Woy! Bajingan!" Panggil Ryan setengah berteriak pada Wito yang sedang mengurus beberapa dokumen dengan kliennya.Wito menengok kearah Ryan, ia tersenyum sesaat.Ia membisikkan sesuatu kepada sekretarisnya. Setelah itu sekretaris beserta kliennya pergi meninggalkan Wito."Wah wah wah, apa kamu berubah pikiran untuk menerima uang dariku?" Ucapnya tersenyum kepada Ryan."Cihh jangan harap aku meminta uang kepada orang brengsek sepertimu" Jawab Ryan membalas senyuman Wito."Aku ingin mengajakmu bermain-main. Ayo berduel, tidak masalah bila salah satu dari kita terluka ataupun meninggal. Inti dari permainan ini hanyalah siapa yang kalah dan siapa yang menjadi pemenangnya." Ryan tersenyum menyeringai."Baiklah, aku akan tentukan tempatnya" Wito melepas jas dan dasinya.Di lapangan basket mereka berdua berdiri berhadapan."Siapkan peti mati mu" Ryan menjatuhkan Putung rokok dan menginjaknya hingga padam."Hem, jangan terlalu optimis. Mari kita mulai" mata elang menatap tajamnya kearah Ryan.SrukkkRyan berusaha memukul kepala Wito dengan tangannya. Gerakan tinjunya tak berteknik, semua pukulannya meleset tidak ada satupun pukulan yang mengenai tubuh Wito.Ryan bersiap untuk menendang tubuh Wito dengan kakinya. Namun. Kaki Ryan ditangkap oleh Wito.BrukkkRyan di banting ke lantai sekeras mungkin oleh Wito.'Setelah sekian lama, baru kali ini pukulan seseorang terasa menyakitkan' Ucap Ryan dalam hatinya.Ryan kembali bangun dengan posisi kepala yang masih terasa sakit akibat benturan keras saat Wito membanting dirinya di lantai keras tersebut. Ia bangkit terhuyung-huyung."Kita belum selesai brengsek!!!" Ryan berancang-ancang memberikan pukulannya kepada Wito.Wito kembali menghindari pukulan Ryan yang semakin membabi buta. Karena lengah.BugggSatu pukulan Ryan mendarat tepat di sudut bibir kanan milik Wito."Heh begitu rupanya" Wito meregangkan pergelangan tangan dan lehernya. Ia melepas jam tangan miliknya dan meletakkannya di lantai."Ayo majulah" Wito mempersilahkan
Ryan berlari antusias sambil membawa kue kecil di tangannya, Terlihat raut wajahnya yang begitu bahagia dengan senyuman sumringah. Hari ini adalah ulang tahun Gira, teman sekaligus keluarga satu satunya yang ia miliki. Ia begitu bahagia sebab dihari ulang tahun sahabat sekaligus kakaknya itu ia bisa memberikan sepotong kue yang ia dapatkan dari hasil keringatnya sendiri. "Kak Gira!, kak Gira!" Teriak Ryan memanggil Gira yang sudah terlihat dari jauh, "Jangan berlarian!, nanti kamu jatuh" Ucap Gira khawatir pada adik kecilnya itu. "kak lihat aku membawa kue untuk kakak, selamat ulang tahun kak" Senyuman terukir di wajah Ryan,"wah terimakasih banyak" Ucap Gira penuh haru terhadap adik kecilnya itu.Di tempat kecil itulah sebuah perumahan kumuh, tempat Ryan dan anak-anak lainnya tumbuh tanpa orang tua, mereka di besarkan oleh seorang pemimpin gangster kelas teri bernama Wito. Disana mereka di tuntut untuk bekerja di sepanjang jalan sambil meminta-minta kepada para pengendara yang mel
Sudah 6 tahun sejak kejadian itu, namun Ryan selalu di bayangi kejadian di saat ia mendapatkan sebuah keanehan dalam tubuhnya yang menjadikannya sangat kuat dan tak terlampaui, bisa di bilang Ryan mendapat kehidupan kedua nya.Sekarang usia Ryan sudah menginjak 18 tahun, tak terasa tubuh nya sudah semakin tinggi wajahnya sangat tampan tubuhnya ideal dengan tindik di telinganya mata elang yang tajam dapat membuat siapapun terbius melihatnya, setelah kejadian itu ia hidup dengan cara yang salah.Ia menjadi seorang ketua geng yang paling di takuti di daerah tersebut.Mereka mendapatkan uang dengan cara menindas para pedagang toko."Mana uangnya!!!" Ucap Jeky salah satu anak buah Ryan sekaligus teman Ryan."Kalian tidak akan menerima uang dari ku!" Ucap seorang wanita paruh baya penjual kue sambil membawa sebuah sapu pel mengarahkannya pada anak buah Ryan. "Jangan bodoh serahkan saja uangnya pada kami!!!"Ryan yang sedari tadi hanya duduk santai sembari menjapit putug rokok ditangannya i
Perlahan air mata Ryan menetes terngiang-ngiang kejadian 6 tahun lalu."Kak...!!!" telinganya terasa ingin putus, dadanya perih terbayang-bayang wajah Gira yang sangat menyayangi dirinya.Gie terus berusaha memapah Ibunya dan hendak membawanya ke rumah sakit, namun selalu terhuyung jatuh, ia berusaha mati-matian mengangkat tubuh wanita yang sangat ia cintai.Ryan perlahan bangkit sambil meringis kesakitan ia menghampiri Gie dan menggendong ibu Gie.'aku tidak ingin pergi terlebih dahulu, sebelum aku temukan bajingan itu' Ucap Ryan dalam hatinya.Di rumah sakit segera ibu Gie di bawa ke ICU dan di tangani oleh beberapa dokter.Gie nampak gelisah, bulir keringat jatuh di dahinya."Aghhhhhhhh.." tiba-tiba Ryan berlutut sambil memegang telinganya.Hal itu menambah kepanikan Gie, ia hendak pergi mencari dokter namun niat itu di tahan oleh Ryan yang menarik tangan Gie."Jangan tinggalkan aku" ucapnya dengan air mata yang mengalir.Gie berlutut di depan Ryan, ia mengangkat tangannya dan menu
Seseorang telah tergantung kaku tepat di tengah-tengah ruangan tersebut, terlihat mayatnya sudah hampir membusuk dan matanya melotot hampir keluar.Seketika Ryan menutup hidungnya Karena bau yang menyengat."Sial, siapa yang melakukan hal ini" ucap Ryan sambil memalingkan wajahnya.Ryan mengambil handphonenya dan menelfon seseorang.Beberapa menit kemudian tim kepolisian dan ambulance mulai mengevakuasi mayat tersebut.Ryan terlihat mengenakan helm dan memperhatikan dari jarak yang sangat jauh."Jadi apakah ada laporan warga tentang korban?" Tanya kepala kepolisian."Tidak pak, kami mendengar informasi dari seseorang yang entah siapa namanya, namun saat kami datang tidak ada siapapun di lokasi" Tegas anggotanya.Ryan memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut Sambil menaiki motor sportnyaDi suatu gedung apartemen yang mewah, terlihat seorang pria sedang santai dengan segelas anggur di tangannya "Hahahahhaha.....! Tidak sia-sia usaha ku selama ini, kini aku tinggal menikmatinya,
Terulang saat air mata Gira menetes kala dadanya di tusuk oleh tongkat besi runcing, begitu perih hati Ryan mengingat hal itu."Aghhhhhhhh...!" Hati Ryan perih dan terasa sesakTak terbayang sakit yang di rasakan Gira kala itu saat melindunginya.BrukkkIa jatuh pingsan di pelukan Gie, Entah berapa lama ia tak sadarkan diri akhirnya matanya terbuka wajahnya pucat menatap datar ke langit-langit kamar miliknya."Bos sudah sadar" Ucap JekyTanpa bertanya panjang lebar kepada Jeky, Ryan bangkit dari tempat tidurnya."Pergilah" Ucap Ryan dingin"Ba-baik bos" Jawab Jeky gelagapanSetelah Jeky pergi, Ryan membuka jendela kaca di kamarnya, terlihat pemandangan malam yang indah dari lantai 5 tempat tinggalnya.Matanya menatap nyalang ke arah gedung-gedung yang dibangun tepat di tempat meninggal nya Gira."Aghhhhhhhh..."Prakkkkk!!!Kaca itu pecah di hantam pukulan olehnya, matanya mengalirkan buliran air mata."Dasar bajingan!!! Aku janji akan menghukumnya dengan tangan ku sendiri" Ucap Ryan b
Gie memegang kedua pipi Ryan dan menatap matanya yang sendu, Ryan spontan memeluk erat tubuh Gie."Jangan pernah pergi" Ucap Ryan sambil mengalirkan air mata, Gie mengusap-usap punggung tegap Ryan.Ryan mengantar Gie ke rumah sakit tempat ibunya di rawat, sekaligus Ryan ingin meminta maaf kepada ibu Gie atas kesalahan yang ia perbuat.Mereka masuk dalam ruang tempat ibu Gie dirawat, ibu Gie sangat kaget dengan kedatangan Ryan."Pergi! Pergi kamu! Pergilah!!!" Ucap ibu Gie sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ryan dengan tatapan ketakutan.Gie segera menghampiri ibunya dan memeluknya, Ryan sangat menyesal dengan perbuatannya ia berlutut di depan Gie dan ibunya."Tolong maafkan aku... maaf kan kesalahanku, aku menyesal" Ryan mengucapkannya sambil menundukMalam telah tiba Ryan telah menceritakan segalanya pada ibu Gie, walau tanpa respon setidaknya Ryan puas telah meminta maaf pada Gie dan ibunya.Setelah ibunya terlelap Gie mengajak Ryan mencari makan malam sambil berjalan-jalan, dibawah sin
kemudian Agnes meninggalkan tempat tersebut dengan kesal.Gie menepuk lengan Ryan. Matanya melotot menatap Ryan, namun bagi Ryan Gie terlihat sangat menggemaskan."Kenapa kamu melotot seperti itu?" Tanya Ryan menahan senyumnya.Gie melengos tanpa menghiraukan pertanyaan pemuda tampan tersebut.Ryan menarik ujung bibirnya. Lantas ia melihat isi undangan reuni tersebut.Pada undangan tersebut tertera waktu, tanggal, dan tempat pesta reuni."Malam ini" Ucapnya lirih.Hari telah menjelang sore. Mereka berdua membereskan toko dan segera menutupnya. Gie memberikan catatan kepada Ryan.'Cepatlah pulang. berhati-hatilah dalam perjalanan' Tulis Gie."Kamu akan pergi?" Tanya Ryan pada Gie.Gie menganggukan kepalanya. Ia tersenyum dan pergi meninggalkan Ryan.Malamnya setelah menemani ibunya makan malam dan menidurkan ibunya. Gie bersiap-siap untuk menghadiri acara pesta reuni SMA-nya.Gie memilih pakaian yang menurutnya bagus. Ia mengenakan gaun berwarna peach. Rambutnya di kuncir tinggi dengan