Sudah 6 tahun sejak kejadian itu, namun Ryan selalu di bayangi kejadian di saat ia mendapatkan sebuah keanehan dalam tubuhnya yang menjadikannya sangat kuat dan tak terlampaui, bisa di bilang Ryan mendapat kehidupan kedua nya.
Sekarang usia Ryan sudah menginjak 18 tahun, tak terasa tubuh nya sudah semakin tinggi wajahnya sangat tampan tubuhnya ideal dengan tindik di telinganya mata elang yang tajam dapat membuat siapapun terbius melihatnya, setelah kejadian itu ia hidup dengan cara yang salah.Ia menjadi seorang ketua geng yang paling di takuti di daerah tersebut.Mereka mendapatkan uang dengan cara menindas para pedagang toko."Mana uangnya!!!" Ucap Jeky salah satu anak buah Ryan sekaligus teman Ryan."Kalian tidak akan menerima uang dari ku!" Ucap seorang wanita paruh baya penjual kue sambil membawa sebuah sapu pel mengarahkannya pada anak buah Ryan."Jangan bodoh serahkan saja uangnya pada kami!!!"Ryan yang sedari tadi hanya duduk santai sembari menjapit putug rokok ditangannya itu berdiri.Ia menarik sapu pel tersebut dengan sangat mudah dan mematahkannya begitu saja seperti ranting kayu.Mata tajamnya menatap intens wanita paruh baya tersebut, namun tiba-tiba seorang gadis menggigit tangan Ryan.Segera Ryan menghempaskan tubuh gadis itu dengan keras hingga tangannya berdarah akibat membentur lantai toko kecil tersebut." Tanganmu terluka bos?" Ucap para anak buah Ryan yang terlihat naifRyan hanya mengangkat tangan mengisyaratkan dirinya baik-baik saja.Perlahan ia mendekati gadis yang masih terduduk dilantai tersebut, Ryan menarik dagu gadis tersebut dengan kasar hingga mendongak ke arah wajahnya.Namun Ryan tampak terkejut dengan wajah gadis ituSorot matanya begitu teduh dan indah kulitnya putih bersih dan terlihat lembut, pipinya terlihat bewarna merah muda alami layaknya buah peach, bibirnya yang kecil dan manis menambah keanggunan wajah gadis tersebut.Gadis tersebut segera mendorong tubuh Ryan dan melepaskan cengkeraman tangan Ryan dari dagunya."Kurang ajar sekali kamu mendorong tubuh bos kami!!!"Segera Jeky memerintahkan teman-temannya menyeret gadis itu."Tidakkk..! Tolong jangan sakiti Gie" Ucap wanita itu sambil berlutut dan menangis"Sepertinya gadis ini sangat berharga untuk mu?" Ucap jeky dengan senyum menyeringai."Tolong dia adalah anakku satu-satunya" mohon wanita itu sambil menangis"Ia cukup cantik, bos bagaimana jika kita bawa saja gadis ini?" Tanya Jeky."Jangan bodoh lepaskan dia, ambil semua uang miliknya" Ucap Ryan gelagapan.Ryan menarik semua anak buahnya kembali ke markas tempat mereka berkumpul.Namun setibanya di markas Ryan masih memikirkan gadis tersebut,"Bos kali ini kita untung besar" Ucap JekyRyan tak bergeming dan masih diam melamun."Bos"Panggilan Jeky membuyarkan lamunan Ryan"Apa""Apa bos tertarik dengan gadis di toko kue itu?""Tidak, sama sekali tidak, lanjutkan saja pekerjaan kalian"Jawab dingin Ryan."Baik bos, tapi jika bos menginginkannya kami akan memberikannya kepadamu""Pergilah"Jeky meninggalkan Ryan.Keesokan harinya Ryan kembali ke toko kue tersebutIa tampak stylish dengan menggunakan jaket hitam celana jeans, dan kacamata hitam.Ryan memang sangat menarik, sikapnya kasar dan dingin namun wajahnya sangat mungil dan manis, kulitnya berwarna putih kekuningan ditambah dengan potongan rambut yang panjang menutupi alis dan sebagian dibiarkan lebih panjang menutupi leher belakangnya, tak heran penampilan Ryan mampu membius banyak wanita, namun karena sikapnya yang kasar, banyak wanita yang takut mendekati Ryan.Wanita yang notabenenya ibu dari gadis tersebut segera menghampiri Ryan dengan beberapa lembar uang."Ini saya bersumpah hanya memiliki uang ini sekarang" Ucapnya ketakutanGadis itu kembali ke toko dengan membawa sebuah barang, mengetahui Ibunya menyerahkan uang dari hasil kerja kerasnya kepada Ryan ia segera menghampiri mereka berdua."Gie sudah ayo kita kembali" Ucap ibunya penuh kekhawatiranGadis yang ternyata bernama Gie itu seketika merebut uang yang berada di tangan Ryan, matanya berkaca-kacaDan buliran bening mulai menetes dari pelupuk matanya sembari menyerahkan uang tersebut di tangan ibunya.Tanpa kata atau suara ia berlutut dan menunduk."Apa yang kamu lakukan Gie" Ucap ibunya yang mulai ikut meneteskan air mata sambil menarik tangan GieMelihat Gie berlutut Ryan segera menarik kerah baju Gie"Jangan pernah bersikap seperti ini di depan ku, aku benci air mata mu aku benci wajah mu, kenapa kamu selalu membayangi fikiran ku!?, kenapa kamu sangat egois!?" Ryan mengangkat kerah baju Gie hingga kakinya terangkat dari lantai.Sontak ibu Gie histeris "hentikan jangan sakiti Gie aku mohon...!, terimalah uang ini tapi tolong jangan sakiti Gie.." Ibu Gie di dorong oleh Ryan hingga terhempas jauh sehingga tak sadarkan diri."Jangan ikut campur!!!"Ryan terus mengangkat tubuh Gie melayang keudaraGie tidak mengatakan sepatah katapun, hanya terlihat wajahnya yang mulai memerah dengan gerakan bibir yang jelas menandakan rasa sakit"Wajah sialan...!, sungguh sialan.."Tangan Gie dengan lemah perlahan menyentuh tangan Ryan.Wajah yang sedari tadi terlihat murka kian menjadi tenang sedikit demi sedikit.Ryan segera menarik tangannya dari Gie, seketika Gie terjatuh ke lantai sembari memegang lehernya."Aghhhhhhhh apa yang aku lakukan!!!"Ryan menunduk sembari memegang telinganyaTangannya mulai terlihat samarGie yang masih terlihat sempoyongan segera menghampiri Ibunya dan menggoyangkan tubuh ibunya berharap ibunya segera sadar.Air matanya kini kembali mengalir, namun tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Hanya matanya yang tampak gelisah dan khawatir, ia segera menghampiri Ryan dan menarik tangan Ryan sembari menunjuk ke arah ibunya" Tidak aghhhhhhhh...!" Ryan tampak kesakitan tangannya kini mulai mengeluarkan butiran-butiran halus.Perlahan air mata Ryan menetes terngiang-ngiang kejadian 6 tahun lalu."Kak...!!!" telinganya terasa ingin putus, dadanya perih terbayang-bayang wajah Gira yang sangat menyayangi dirinya.Gie terus berusaha memapah Ibunya dan hendak membawanya ke rumah sakit, namun selalu terhuyung jatuh, ia berusaha mati-matian mengangkat tubuh wanita yang sangat ia cintai.Ryan perlahan bangkit sambil meringis kesakitan ia menghampiri Gie dan menggendong ibu Gie.'aku tidak ingin pergi terlebih dahulu, sebelum aku temukan bajingan itu' Ucap Ryan dalam hatinya.Di rumah sakit segera ibu Gie di bawa ke ICU dan di tangani oleh beberapa dokter.Gie nampak gelisah, bulir keringat jatuh di dahinya."Aghhhhhhhh.." tiba-tiba Ryan berlutut sambil memegang telinganya.Hal itu menambah kepanikan Gie, ia hendak pergi mencari dokter namun niat itu di tahan oleh Ryan yang menarik tangan Gie."Jangan tinggalkan aku" ucapnya dengan air mata yang mengalir.Gie berlutut di depan Ryan, ia mengangkat tangannya dan menu
Seseorang telah tergantung kaku tepat di tengah-tengah ruangan tersebut, terlihat mayatnya sudah hampir membusuk dan matanya melotot hampir keluar.Seketika Ryan menutup hidungnya Karena bau yang menyengat."Sial, siapa yang melakukan hal ini" ucap Ryan sambil memalingkan wajahnya.Ryan mengambil handphonenya dan menelfon seseorang.Beberapa menit kemudian tim kepolisian dan ambulance mulai mengevakuasi mayat tersebut.Ryan terlihat mengenakan helm dan memperhatikan dari jarak yang sangat jauh."Jadi apakah ada laporan warga tentang korban?" Tanya kepala kepolisian."Tidak pak, kami mendengar informasi dari seseorang yang entah siapa namanya, namun saat kami datang tidak ada siapapun di lokasi" Tegas anggotanya.Ryan memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut Sambil menaiki motor sportnyaDi suatu gedung apartemen yang mewah, terlihat seorang pria sedang santai dengan segelas anggur di tangannya "Hahahahhaha.....! Tidak sia-sia usaha ku selama ini, kini aku tinggal menikmatinya,
Terulang saat air mata Gira menetes kala dadanya di tusuk oleh tongkat besi runcing, begitu perih hati Ryan mengingat hal itu."Aghhhhhhhh...!" Hati Ryan perih dan terasa sesakTak terbayang sakit yang di rasakan Gira kala itu saat melindunginya.BrukkkIa jatuh pingsan di pelukan Gie, Entah berapa lama ia tak sadarkan diri akhirnya matanya terbuka wajahnya pucat menatap datar ke langit-langit kamar miliknya."Bos sudah sadar" Ucap JekyTanpa bertanya panjang lebar kepada Jeky, Ryan bangkit dari tempat tidurnya."Pergilah" Ucap Ryan dingin"Ba-baik bos" Jawab Jeky gelagapanSetelah Jeky pergi, Ryan membuka jendela kaca di kamarnya, terlihat pemandangan malam yang indah dari lantai 5 tempat tinggalnya.Matanya menatap nyalang ke arah gedung-gedung yang dibangun tepat di tempat meninggal nya Gira."Aghhhhhhhh..."Prakkkkk!!!Kaca itu pecah di hantam pukulan olehnya, matanya mengalirkan buliran air mata."Dasar bajingan!!! Aku janji akan menghukumnya dengan tangan ku sendiri" Ucap Ryan b
Gie memegang kedua pipi Ryan dan menatap matanya yang sendu, Ryan spontan memeluk erat tubuh Gie."Jangan pernah pergi" Ucap Ryan sambil mengalirkan air mata, Gie mengusap-usap punggung tegap Ryan.Ryan mengantar Gie ke rumah sakit tempat ibunya di rawat, sekaligus Ryan ingin meminta maaf kepada ibu Gie atas kesalahan yang ia perbuat.Mereka masuk dalam ruang tempat ibu Gie dirawat, ibu Gie sangat kaget dengan kedatangan Ryan."Pergi! Pergi kamu! Pergilah!!!" Ucap ibu Gie sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ryan dengan tatapan ketakutan.Gie segera menghampiri ibunya dan memeluknya, Ryan sangat menyesal dengan perbuatannya ia berlutut di depan Gie dan ibunya."Tolong maafkan aku... maaf kan kesalahanku, aku menyesal" Ryan mengucapkannya sambil menundukMalam telah tiba Ryan telah menceritakan segalanya pada ibu Gie, walau tanpa respon setidaknya Ryan puas telah meminta maaf pada Gie dan ibunya.Setelah ibunya terlelap Gie mengajak Ryan mencari makan malam sambil berjalan-jalan, dibawah sin
kemudian Agnes meninggalkan tempat tersebut dengan kesal.Gie menepuk lengan Ryan. Matanya melotot menatap Ryan, namun bagi Ryan Gie terlihat sangat menggemaskan."Kenapa kamu melotot seperti itu?" Tanya Ryan menahan senyumnya.Gie melengos tanpa menghiraukan pertanyaan pemuda tampan tersebut.Ryan menarik ujung bibirnya. Lantas ia melihat isi undangan reuni tersebut.Pada undangan tersebut tertera waktu, tanggal, dan tempat pesta reuni."Malam ini" Ucapnya lirih.Hari telah menjelang sore. Mereka berdua membereskan toko dan segera menutupnya. Gie memberikan catatan kepada Ryan.'Cepatlah pulang. berhati-hatilah dalam perjalanan' Tulis Gie."Kamu akan pergi?" Tanya Ryan pada Gie.Gie menganggukan kepalanya. Ia tersenyum dan pergi meninggalkan Ryan.Malamnya setelah menemani ibunya makan malam dan menidurkan ibunya. Gie bersiap-siap untuk menghadiri acara pesta reuni SMA-nya.Gie memilih pakaian yang menurutnya bagus. Ia mengenakan gaun berwarna peach. Rambutnya di kuncir tinggi dengan
Tamparan mendarat dipipi Ryan.Ryan menatap wajah Gie nyalang. Ia membopong tubuh Gie keluar dari kamar Daniel dan keluar dari hotel.Daniel membuntuti dari belakang sambil terhuyung-huyung. Akhirnya ia pingsan di depan kamar salah satu tamu.Gie di bawa melaju membelah jalan dengan motor sport milik Ryan. Hingga mereka sampai di markas milik Ryan.Ryan membopong tubuh Gie masuk ke dalam ruangan miliknya. Kaki dan tangan Gie terus bergerak memberontak.Ryan kembali mendudukkan Gie di kursi pribadi miliknya.Air mata Gie kembali tumpah."Dasar murahan!!!" Ucap Ryan membentak Gie.Gie menggelengkan kepalanya sembari bercucuran air mata."Tidak aku sangka ternyata kamu gadis murahan!" Ucap Ryan sambil menarik ujung bibirnya mencemooh Gie.Plakkk...Gie mendaratkan tangannya kembali di pipi Ryan."Hhh, beraninya tangan murahan itu memukulku" Ucap Ryan sambil tersenyum sinis.Ryan meraih tangan Gie dan mencengkramnya erat."Tangan lancang ini! Dan senyum brengsek ini! Sangat tidak ada har
SrukkkRyan berusaha memukul kepala Wito dengan tangannya. Gerakan tinjunya tak berteknik, semua pukulannya meleset tidak ada satupun pukulan yang mengenai tubuh Wito.Ryan bersiap untuk menendang tubuh Wito dengan kakinya. Namun. Kaki Ryan ditangkap oleh Wito.BrukkkRyan di banting ke lantai sekeras mungkin oleh Wito.'Setelah sekian lama, baru kali ini pukulan seseorang terasa menyakitkan' Ucap Ryan dalam hatinya.Ryan kembali bangun dengan posisi kepala yang masih terasa sakit akibat benturan keras saat Wito membanting dirinya di lantai keras tersebut. Ia bangkit terhuyung-huyung."Kita belum selesai brengsek!!!" Ryan berancang-ancang memberikan pukulannya kepada Wito.Wito kembali menghindari pukulan Ryan yang semakin membabi buta. Karena lengah.BugggSatu pukulan Ryan mendarat tepat di sudut bibir kanan milik Wito."Heh begitu rupanya" Wito meregangkan pergelangan tangan dan lehernya. Ia melepas jam tangan miliknya dan meletakkannya di lantai."Ayo majulah" Wito mempersilahkan
Ryan berlari antusias sambil membawa kue kecil di tangannya, Terlihat raut wajahnya yang begitu bahagia dengan senyuman sumringah. Hari ini adalah ulang tahun Gira, teman sekaligus keluarga satu satunya yang ia miliki. Ia begitu bahagia sebab dihari ulang tahun sahabat sekaligus kakaknya itu ia bisa memberikan sepotong kue yang ia dapatkan dari hasil keringatnya sendiri. "Kak Gira!, kak Gira!" Teriak Ryan memanggil Gira yang sudah terlihat dari jauh, "Jangan berlarian!, nanti kamu jatuh" Ucap Gira khawatir pada adik kecilnya itu. "kak lihat aku membawa kue untuk kakak, selamat ulang tahun kak" Senyuman terukir di wajah Ryan,"wah terimakasih banyak" Ucap Gira penuh haru terhadap adik kecilnya itu.Di tempat kecil itulah sebuah perumahan kumuh, tempat Ryan dan anak-anak lainnya tumbuh tanpa orang tua, mereka di besarkan oleh seorang pemimpin gangster kelas teri bernama Wito. Disana mereka di tuntut untuk bekerja di sepanjang jalan sambil meminta-minta kepada para pengendara yang mel