Terulang saat air mata Gira menetes kala dadanya di tusuk oleh tongkat besi runcing, begitu perih hati Ryan mengingat hal itu.
"Aghhhhhhhh...!" Hati Ryan perih dan terasa sesakTak terbayang sakit yang di rasakan Gira kala itu saat melindunginya.BrukkkIa jatuh pingsan di pelukan Gie, Entah berapa lama ia tak sadarkan diri akhirnya matanya terbuka wajahnya pucat menatap datar ke langit-langit kamar miliknya."Bos sudah sadar" Ucap JekyTanpa bertanya panjang lebar kepada Jeky, Ryan bangkit dari tempat tidurnya."Pergilah" Ucap Ryan dingin"Ba-baik bos" Jawab Jeky gelagapanSetelah Jeky pergi, Ryan membuka jendela kaca di kamarnya, terlihat pemandangan malam yang indah dari lantai 5 tempat tinggalnya.Matanya menatap nyalang ke arah gedung-gedung yang dibangun tepat di tempat meninggal nya Gira."Aghhhhhhhh..."Prakkkkk!!!Kaca itu pecah di hantam pukulan olehnya, matanya mengalirkan buliran air mata."Dasar bajingan!!! Aku janji akan menghukumnya dengan tangan ku sendiri" Ucap Ryan beramarahPagi pun tiba, Ryan berada di markasnya sambil menjapit sebuah Putung rokok ditangannya."Bos" panggil Jeky"Ada apa?" Jawab Ryan menghisap rokoknya"Kami telah menemukan keberadaan Wito"Motor Ryan berhenti di depan sebuah gedung tinggi, ia menerobos masuk kedalam gedung tersebut, para penjaga hanya seperti semut bagi Ryan."Beri tau aku dimana Wito si bajingan itu!!!" Ucap Ryan sambil mengangkat kerah baju salah satu staf."Ada apa ini?" Ucap seorang pria mengenakan stelan jas hitam rapih."Bajingan!!!"Buakkk...!!!Pukulan keras Ryan daratkan tepat di pipi Wito hingga hidungnya berdarah akibat pukulan tersebut.Wito mengelap darah dari hidungnya dan menarik sudut bibirnya, ia tersenyum tipis sembari kembali berdiri, semua stafnya berusaha membantunya untuk berdiri.Wito mengangkat lima jarinya membuat para staf berhenti membantunya."Hem rupanya Ryan, kenapa kamu terlihat marah? Ayo kita duduk dulu untuk menikmati secangkir kopi""Diam kamu brengsek!!!" Ryan hendak memukul kembali namun pukulan itu di tangkis dengan tangan Wito.Wito memukul Ryan kembali dengan keras, pukulan itu tak terasa sakit, namun berhasil membuat darah keluar dari sudut bibir Ryan."Hufff, sudah aku bilang mari selesaikan dengan santai" Ucap Wito sambil merapikan jas miliknya.Di kantor Wito"Silahkan duduk dan silahkan ceritakan apa masalahmu?" Wito dengan santainya sembari duduk di sofa kantor pribadinya."Bajingan" Ucap Ryan lirih sambil menatap tajam kearah Wito.Wito hanya tersenyum melihat Ryan, ia mengambil segepok uang dalam sebuah brangkas pribadi miliknya."Ambillah, anggap uang ini utang ku padamu" Ucap Wito tanpa penyesalan"Aku tidak butuh uangmu, brengsek...!!!" Ryan menarik kerah baju milik Wito hingga kaki Wito tergantung."Sampah, kamu memang sebuah sampah!!!" Ryan sangat marah hingga wajahnya memerah.Wito tersenyum pada Ryan, Ia tiba-tiba menggunakan sebuah gerakan yang berhasil membuat otot Ryan kaku tak berfungsi."Apa yang kamu lakukan sampah!!!" Ucap Ryan sambil menunduk merasakan otot-otot kaku."Bawa dia keluar dari tempat ini!" Ucap Wito memerintah anak buahnya" Baik Bos!"Ryan di lempar keluar perusahaan"Brengsek!!! Aku pastikan aku akan membunuhmu!!!" Ucap Ryan dengan mata yang berkaca-kaca.Namun tiba-tiba matanya membulat sempurna kala melihat Gie berdiri tepat di depannya."Apa yang kamu lakukan di sini???"Gie tidak menjawab pertanyaan Ryan dan melangkah masuk ke dalam perusahaan, Ryan Menarik tangan Gie."Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan di sini, apa kamu tau disini berbahaya!?" Ucap RyanGie berusaha melepaskan cengkeraman Ryan dari tangannya dan segera melangkah masuk dalam perusahaan Wito.Seketika Ryan mengangkat tubuh Gie, walau Gie memberontak Ryan tidak mempedulikan hal tersebut, ia membopong tubuh Gie dan mendudukkan Gie di jok motor belakangnya, ia memasangnya helm sembari menahan tubuh Gie agar gadis tersebut tidak melarikan diri.Motor melaju membelah jalanan yang ramai kendaraan berlalu lalang.Setelah motor terparkir tepat di depan markas Ryan, Gie segera melepaskan helmnya dan hendak berlari, Ryan kembali mengejar Gie dan membopong tubuh mungil itu masuk kedalam markas miliknya.Ryan mendudukkan Gie di kursi pribadi miliknya.Mata Gie memerah nampak bulir bening dalam mata indahnya akan segera jatuh.Ryan duduk di depan Gie, dan memegang tangan gadis itu"Aku mencintaimu" Ucap Ryan menatap wajah Gie yang cantik.Gie tetap memberontak sambil berusaha melepaskan tangan Ryan dari tangannya."Dengar Gie!!!" Ucap Ryan sambil menunduk, Air mata Ryan jatuh membasahi lantai"Tolong" Ucap Ryan pelan.Gie bingung dengan sikap Ryan yang terkadang berbeda terkadang ia terlihat seperti monster namun terkadang ia terlihat sangat lemah.Ryan berdiri dan membuka sebuah lemari pendingin, ia mengambil sebotol anggur dan menenggaknya.Gie yang sedari tadi hanya terpaku diam di kursi milik Ryan, kini ia beranjak berjalan ke arah Ryan.Ia merebut minuman dari tangan Ryan.Plakkk...!!!Tamparan keras kembali Ryan dapatkan dari tangan Gie. Namun Tiba-tibaGie memegang kedua pipi Ryan dan menatap matanya yang sendu, Ryan spontan memeluk erat tubuh Gie."Jangan pernah pergi" Ucap Ryan sambil mengalirkan air mata, Gie mengusap-usap punggung tegap Ryan.Ryan mengantar Gie ke rumah sakit tempat ibunya di rawat, sekaligus Ryan ingin meminta maaf kepada ibu Gie atas kesalahan yang ia perbuat.Mereka masuk dalam ruang tempat ibu Gie dirawat, ibu Gie sangat kaget dengan kedatangan Ryan."Pergi! Pergi kamu! Pergilah!!!" Ucap ibu Gie sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ryan dengan tatapan ketakutan.Gie segera menghampiri ibunya dan memeluknya, Ryan sangat menyesal dengan perbuatannya ia berlutut di depan Gie dan ibunya."Tolong maafkan aku... maaf kan kesalahanku, aku menyesal" Ryan mengucapkannya sambil menundukMalam telah tiba Ryan telah menceritakan segalanya pada ibu Gie, walau tanpa respon setidaknya Ryan puas telah meminta maaf pada Gie dan ibunya.Setelah ibunya terlelap Gie mengajak Ryan mencari makan malam sambil berjalan-jalan, dibawah sin
kemudian Agnes meninggalkan tempat tersebut dengan kesal.Gie menepuk lengan Ryan. Matanya melotot menatap Ryan, namun bagi Ryan Gie terlihat sangat menggemaskan."Kenapa kamu melotot seperti itu?" Tanya Ryan menahan senyumnya.Gie melengos tanpa menghiraukan pertanyaan pemuda tampan tersebut.Ryan menarik ujung bibirnya. Lantas ia melihat isi undangan reuni tersebut.Pada undangan tersebut tertera waktu, tanggal, dan tempat pesta reuni."Malam ini" Ucapnya lirih.Hari telah menjelang sore. Mereka berdua membereskan toko dan segera menutupnya. Gie memberikan catatan kepada Ryan.'Cepatlah pulang. berhati-hatilah dalam perjalanan' Tulis Gie."Kamu akan pergi?" Tanya Ryan pada Gie.Gie menganggukan kepalanya. Ia tersenyum dan pergi meninggalkan Ryan.Malamnya setelah menemani ibunya makan malam dan menidurkan ibunya. Gie bersiap-siap untuk menghadiri acara pesta reuni SMA-nya.Gie memilih pakaian yang menurutnya bagus. Ia mengenakan gaun berwarna peach. Rambutnya di kuncir tinggi dengan
Tamparan mendarat dipipi Ryan.Ryan menatap wajah Gie nyalang. Ia membopong tubuh Gie keluar dari kamar Daniel dan keluar dari hotel.Daniel membuntuti dari belakang sambil terhuyung-huyung. Akhirnya ia pingsan di depan kamar salah satu tamu.Gie di bawa melaju membelah jalan dengan motor sport milik Ryan. Hingga mereka sampai di markas milik Ryan.Ryan membopong tubuh Gie masuk ke dalam ruangan miliknya. Kaki dan tangan Gie terus bergerak memberontak.Ryan kembali mendudukkan Gie di kursi pribadi miliknya.Air mata Gie kembali tumpah."Dasar murahan!!!" Ucap Ryan membentak Gie.Gie menggelengkan kepalanya sembari bercucuran air mata."Tidak aku sangka ternyata kamu gadis murahan!" Ucap Ryan sambil menarik ujung bibirnya mencemooh Gie.Plakkk...Gie mendaratkan tangannya kembali di pipi Ryan."Hhh, beraninya tangan murahan itu memukulku" Ucap Ryan sambil tersenyum sinis.Ryan meraih tangan Gie dan mencengkramnya erat."Tangan lancang ini! Dan senyum brengsek ini! Sangat tidak ada har
SrukkkRyan berusaha memukul kepala Wito dengan tangannya. Gerakan tinjunya tak berteknik, semua pukulannya meleset tidak ada satupun pukulan yang mengenai tubuh Wito.Ryan bersiap untuk menendang tubuh Wito dengan kakinya. Namun. Kaki Ryan ditangkap oleh Wito.BrukkkRyan di banting ke lantai sekeras mungkin oleh Wito.'Setelah sekian lama, baru kali ini pukulan seseorang terasa menyakitkan' Ucap Ryan dalam hatinya.Ryan kembali bangun dengan posisi kepala yang masih terasa sakit akibat benturan keras saat Wito membanting dirinya di lantai keras tersebut. Ia bangkit terhuyung-huyung."Kita belum selesai brengsek!!!" Ryan berancang-ancang memberikan pukulannya kepada Wito.Wito kembali menghindari pukulan Ryan yang semakin membabi buta. Karena lengah.BugggSatu pukulan Ryan mendarat tepat di sudut bibir kanan milik Wito."Heh begitu rupanya" Wito meregangkan pergelangan tangan dan lehernya. Ia melepas jam tangan miliknya dan meletakkannya di lantai."Ayo majulah" Wito mempersilahkan
Ryan berlari antusias sambil membawa kue kecil di tangannya, Terlihat raut wajahnya yang begitu bahagia dengan senyuman sumringah. Hari ini adalah ulang tahun Gira, teman sekaligus keluarga satu satunya yang ia miliki. Ia begitu bahagia sebab dihari ulang tahun sahabat sekaligus kakaknya itu ia bisa memberikan sepotong kue yang ia dapatkan dari hasil keringatnya sendiri. "Kak Gira!, kak Gira!" Teriak Ryan memanggil Gira yang sudah terlihat dari jauh, "Jangan berlarian!, nanti kamu jatuh" Ucap Gira khawatir pada adik kecilnya itu. "kak lihat aku membawa kue untuk kakak, selamat ulang tahun kak" Senyuman terukir di wajah Ryan,"wah terimakasih banyak" Ucap Gira penuh haru terhadap adik kecilnya itu.Di tempat kecil itulah sebuah perumahan kumuh, tempat Ryan dan anak-anak lainnya tumbuh tanpa orang tua, mereka di besarkan oleh seorang pemimpin gangster kelas teri bernama Wito. Disana mereka di tuntut untuk bekerja di sepanjang jalan sambil meminta-minta kepada para pengendara yang mel
Sudah 6 tahun sejak kejadian itu, namun Ryan selalu di bayangi kejadian di saat ia mendapatkan sebuah keanehan dalam tubuhnya yang menjadikannya sangat kuat dan tak terlampaui, bisa di bilang Ryan mendapat kehidupan kedua nya.Sekarang usia Ryan sudah menginjak 18 tahun, tak terasa tubuh nya sudah semakin tinggi wajahnya sangat tampan tubuhnya ideal dengan tindik di telinganya mata elang yang tajam dapat membuat siapapun terbius melihatnya, setelah kejadian itu ia hidup dengan cara yang salah.Ia menjadi seorang ketua geng yang paling di takuti di daerah tersebut.Mereka mendapatkan uang dengan cara menindas para pedagang toko."Mana uangnya!!!" Ucap Jeky salah satu anak buah Ryan sekaligus teman Ryan."Kalian tidak akan menerima uang dari ku!" Ucap seorang wanita paruh baya penjual kue sambil membawa sebuah sapu pel mengarahkannya pada anak buah Ryan. "Jangan bodoh serahkan saja uangnya pada kami!!!"Ryan yang sedari tadi hanya duduk santai sembari menjapit putug rokok ditangannya i
Perlahan air mata Ryan menetes terngiang-ngiang kejadian 6 tahun lalu."Kak...!!!" telinganya terasa ingin putus, dadanya perih terbayang-bayang wajah Gira yang sangat menyayangi dirinya.Gie terus berusaha memapah Ibunya dan hendak membawanya ke rumah sakit, namun selalu terhuyung jatuh, ia berusaha mati-matian mengangkat tubuh wanita yang sangat ia cintai.Ryan perlahan bangkit sambil meringis kesakitan ia menghampiri Gie dan menggendong ibu Gie.'aku tidak ingin pergi terlebih dahulu, sebelum aku temukan bajingan itu' Ucap Ryan dalam hatinya.Di rumah sakit segera ibu Gie di bawa ke ICU dan di tangani oleh beberapa dokter.Gie nampak gelisah, bulir keringat jatuh di dahinya."Aghhhhhhhh.." tiba-tiba Ryan berlutut sambil memegang telinganya.Hal itu menambah kepanikan Gie, ia hendak pergi mencari dokter namun niat itu di tahan oleh Ryan yang menarik tangan Gie."Jangan tinggalkan aku" ucapnya dengan air mata yang mengalir.Gie berlutut di depan Ryan, ia mengangkat tangannya dan menu
Seseorang telah tergantung kaku tepat di tengah-tengah ruangan tersebut, terlihat mayatnya sudah hampir membusuk dan matanya melotot hampir keluar.Seketika Ryan menutup hidungnya Karena bau yang menyengat."Sial, siapa yang melakukan hal ini" ucap Ryan sambil memalingkan wajahnya.Ryan mengambil handphonenya dan menelfon seseorang.Beberapa menit kemudian tim kepolisian dan ambulance mulai mengevakuasi mayat tersebut.Ryan terlihat mengenakan helm dan memperhatikan dari jarak yang sangat jauh."Jadi apakah ada laporan warga tentang korban?" Tanya kepala kepolisian."Tidak pak, kami mendengar informasi dari seseorang yang entah siapa namanya, namun saat kami datang tidak ada siapapun di lokasi" Tegas anggotanya.Ryan memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut Sambil menaiki motor sportnyaDi suatu gedung apartemen yang mewah, terlihat seorang pria sedang santai dengan segelas anggur di tangannya "Hahahahhaha.....! Tidak sia-sia usaha ku selama ini, kini aku tinggal menikmatinya,