Gie memegang kedua pipi Ryan dan menatap matanya yang sendu, Ryan spontan memeluk erat tubuh Gie.
"Jangan pernah pergi" Ucap Ryan sambil mengalirkan air mata, Gie mengusap-usap punggung tegap Ryan.Ryan mengantar Gie ke rumah sakit tempat ibunya di rawat, sekaligus Ryan ingin meminta maaf kepada ibu Gie atas kesalahan yang ia perbuat.Mereka masuk dalam ruang tempat ibu Gie dirawat, ibu Gie sangat kaget dengan kedatangan Ryan."Pergi! Pergi kamu! Pergilah!!!" Ucap ibu Gie sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ryan dengan tatapan ketakutan.Gie segera menghampiri ibunya dan memeluknya, Ryan sangat menyesal dengan perbuatannya ia berlutut di depan Gie dan ibunya."Tolong maafkan aku... maaf kan kesalahanku, aku menyesal" Ryan mengucapkannya sambil menundukMalam telah tiba Ryan telah menceritakan segalanya pada ibu Gie, walau tanpa respon setidaknya Ryan puas telah meminta maaf pada Gie dan ibunya.Setelah ibunya terlelap Gie mengajak Ryan mencari makan malam sambil berjalan-jalan, dibawah sinar rembulan malam dengan cuaca sejuk mereka melangkah beriringan."Maaf" Ucap Ryan pelan.Gie menengok kearah sekilas Ryan dan tersenyum."Apa ada yang lucu?" Tanya Ryan menghentikan langkahnyaGie menggelengkan kepalanya sembari tersenyum"Apa hubungan mu dengan Wito? Kenapa kamu masuk kedalam perusahaan miliknya?" Tanya Ryan kepada Gie.Gie mengeluarkan buku kecil khas nya dan sebuah pena dari tas miliknya.'Dia adalah seorang yang sangat penting dalam hidup ku' tulisnya.Seketika ekspresi wajah Ryan yang terlihat bertanya-tanya berubah 160°, rahangnya menegas dan wajah putihnya memerah."Tapi kenapa!!!" Bentaknya'kenapa? Itu urusanku, apa hak mu ikut campur dalam urusan ku?' tulis Gie kembali."Dari sekian banyaknya manusia mengapa harus wito!?" Ryan memegang kedua bahu Gie.Seketika Gie menghempaskan tangan Ryan'ini lah yang tidak aku sukai darimu, selalu mencampuri urusan orang lain' tulisannya lalu pergi melangkah menjauh dari Ryan.Ryan hanya menarik nafas panjang, kali ini ia menahan emosi dan egonya mengingat Gie sudah mulai meluluh olehnya.Ia mengejar Gie dan kembali berjalan beriringan dengannya, bagi Ryan tidak ada hal yang lebih membahagiakan lagi selain menghabiskan waktu bersama orang yang ia cintai, hal itu membuatnya berfikir kembali tentang keinginan terakhirnya.Pagi pun tibatidak seperti biasanya ia mencuci motor sportnya sendiri dan terlihat sangat bahagia, ia mengenakan kaos tanpa lengan dan celana cargo panjang berwarna serba hitam.Matahari yang mulai naik terlihat memapar kulit lengannya yang putih namun berotot itu sehingga keringat membasahi tubuhnya.Rambutnya yang menutupi dahi dan alisnya terkena semilir angin pagi sehingga terbuka memperlihatkan dahi dan menambah aura ketampanannya.Gie yang dari kejauhan memperhatikan Ryan, hanya diam terpaku."Hei nona!" Panggil Ryan yang melihat Gie berdiri diam dari kejauhan, Ryan segera menghampiri Gie."Apa kamu sedang menjemput ku?" Tanya Ryan sambil tersenyum menggoda.Gie semakin salah tingkah ketika melihat otot lengan Ryan, ia segera berjalan mendahului Ryan."Hei tunggu!" Panggil Ryan yang tak dihiraukan oleh GieMereka membuka toko kue kembali, saat di rumah sakit Ryan berjanji akan membantu Gie membuka toko kembali hingga ibunya benar-benar pulih.Gie dan Ryan menata kue-kue tersebut dengan sangat rapih dan cantik.Lonceng berbunyi menandakan bahwa ada pelanggan masuk kedalam tokonya."Wahh tampan sekali!" Ucap seorang wanita paruh baya kepada temannya.Gie tersenyum kepada para pelanggan dan menunjukan kue kue didalam etalase kaca."Hei tampan berapa harga kue ini?" Tanya seorang wanita pada Ryan."Apa kamu tidak melihat bandrolnya!?" Ucap Ryan kasar.Gie seketika menyikut tangan Ryan hingga Ryan menengok kearah Gie, Gie nampak memelototi Ryan agar bersikap baik dan ramah kepada pelanggan."Maaf, berapa banyak yang ingin di beli?" Tanyanya datar.Matahari sudah mulai naik ke atas.Cring, lonceng berbunyi seseorang membuka pintu toko"Halo Gie, sudah lama tidak bertemu" Ucap seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian kurng bahan dan menenteng tas branded bermerek.Ryan melihat getaran dalam mata Gie namun bibirnya berusaha tersenyum."Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Ryan pada wanita cantik itu."Oh hai" Jawabnya sambil menatapnya Ryan dari ujung kaki sampai ujung kepala."Siapa namamu?" Wanita itu tiba-tiba bertanya dan mengulurkan tangannya pada Ryan.Gie melihat Ryan, ia tersenyum dan mengangguk, Ryan menjabat tangan wanita cantik tersebut."Namaku Ryan, karyawan toko milik nona Gie" Ucapnya datar"Wah Gie toko mu sudah mulai berkembang, sehingga pria tampan seperti Ryan mau bekerja dengan mu" Ucap wanita itu sinis."Ah namaku Agnes Amore, panggil aku Agnes" tambanya sambil menyelipkan rambut di telinga.Ryan merasa terganggu dengan tingkah wanita bernama Agnes itu, namun ia harus menahan emosinya demi Gie."Aku disini ingin mengundang nona Gie untuk mendatangi pesta reuni SMA kami, apa kamu mau datang Gie?" Ucapan sambil memberikan undangan kepada Gie.Gie mengangguk pelan dan tersenyum"Pestanya akan di gelar sangat mewah, kamu harus datang, lihat demi pesta itu aku sampai membeli jam berlian ini, lihatlah" Agnes menunjukkan jam tangan miliknya kepada Gie.Gie mengangguk tersenyum antusias ia takjub dengan gemerlap berlian dalam jam tangan tersebut."Jangan memaksakan diri datanglah apa adanya" Ucapnya sinis kepada Gie.Spontan Ryan menarik tangan wanita itu."Lihat pukul berapa saat ini?" Tanya Ryan"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya? saat ini pukul 13:43" Jawa AgnesRyan menarik tangan Gie yang sama-sama terpasang jam namun terlihat sudah usang."Lihat apakah sama?"Wanita itu mengangguk bingung sambil menatap wajah Ryan."Entah seberapa mahal jam milik mu, atau seberapa usang jam milik gadis ini, jika menunjukkan waktu yang sama tidak ada bedanya, itu hanya sebuah alat yang memiliki kegunaan yang sama, setiap detiknya, setiap menitnya, bahkan setiap jamnya akan tetap sama, Jika sudah selesai silahkan meninggalkan toko kami"Ucap Ryan pada wanita sombong itu."Hah, baiklah rasanya juga menjijikkan berdiri ditempat kotor ini" Ucapnya lalu meninggalkan toko kue milik Gie.kemudian Agnes meninggalkan tempat tersebut dengan kesal.Gie menepuk lengan Ryan. Matanya melotot menatap Ryan, namun bagi Ryan Gie terlihat sangat menggemaskan."Kenapa kamu melotot seperti itu?" Tanya Ryan menahan senyumnya.Gie melengos tanpa menghiraukan pertanyaan pemuda tampan tersebut.Ryan menarik ujung bibirnya. Lantas ia melihat isi undangan reuni tersebut.Pada undangan tersebut tertera waktu, tanggal, dan tempat pesta reuni."Malam ini" Ucapnya lirih.Hari telah menjelang sore. Mereka berdua membereskan toko dan segera menutupnya. Gie memberikan catatan kepada Ryan.'Cepatlah pulang. berhati-hatilah dalam perjalanan' Tulis Gie."Kamu akan pergi?" Tanya Ryan pada Gie.Gie menganggukan kepalanya. Ia tersenyum dan pergi meninggalkan Ryan.Malamnya setelah menemani ibunya makan malam dan menidurkan ibunya. Gie bersiap-siap untuk menghadiri acara pesta reuni SMA-nya.Gie memilih pakaian yang menurutnya bagus. Ia mengenakan gaun berwarna peach. Rambutnya di kuncir tinggi dengan
Tamparan mendarat dipipi Ryan.Ryan menatap wajah Gie nyalang. Ia membopong tubuh Gie keluar dari kamar Daniel dan keluar dari hotel.Daniel membuntuti dari belakang sambil terhuyung-huyung. Akhirnya ia pingsan di depan kamar salah satu tamu.Gie di bawa melaju membelah jalan dengan motor sport milik Ryan. Hingga mereka sampai di markas milik Ryan.Ryan membopong tubuh Gie masuk ke dalam ruangan miliknya. Kaki dan tangan Gie terus bergerak memberontak.Ryan kembali mendudukkan Gie di kursi pribadi miliknya.Air mata Gie kembali tumpah."Dasar murahan!!!" Ucap Ryan membentak Gie.Gie menggelengkan kepalanya sembari bercucuran air mata."Tidak aku sangka ternyata kamu gadis murahan!" Ucap Ryan sambil menarik ujung bibirnya mencemooh Gie.Plakkk...Gie mendaratkan tangannya kembali di pipi Ryan."Hhh, beraninya tangan murahan itu memukulku" Ucap Ryan sambil tersenyum sinis.Ryan meraih tangan Gie dan mencengkramnya erat."Tangan lancang ini! Dan senyum brengsek ini! Sangat tidak ada har
SrukkkRyan berusaha memukul kepala Wito dengan tangannya. Gerakan tinjunya tak berteknik, semua pukulannya meleset tidak ada satupun pukulan yang mengenai tubuh Wito.Ryan bersiap untuk menendang tubuh Wito dengan kakinya. Namun. Kaki Ryan ditangkap oleh Wito.BrukkkRyan di banting ke lantai sekeras mungkin oleh Wito.'Setelah sekian lama, baru kali ini pukulan seseorang terasa menyakitkan' Ucap Ryan dalam hatinya.Ryan kembali bangun dengan posisi kepala yang masih terasa sakit akibat benturan keras saat Wito membanting dirinya di lantai keras tersebut. Ia bangkit terhuyung-huyung."Kita belum selesai brengsek!!!" Ryan berancang-ancang memberikan pukulannya kepada Wito.Wito kembali menghindari pukulan Ryan yang semakin membabi buta. Karena lengah.BugggSatu pukulan Ryan mendarat tepat di sudut bibir kanan milik Wito."Heh begitu rupanya" Wito meregangkan pergelangan tangan dan lehernya. Ia melepas jam tangan miliknya dan meletakkannya di lantai."Ayo majulah" Wito mempersilahkan
Ryan berlari antusias sambil membawa kue kecil di tangannya, Terlihat raut wajahnya yang begitu bahagia dengan senyuman sumringah. Hari ini adalah ulang tahun Gira, teman sekaligus keluarga satu satunya yang ia miliki. Ia begitu bahagia sebab dihari ulang tahun sahabat sekaligus kakaknya itu ia bisa memberikan sepotong kue yang ia dapatkan dari hasil keringatnya sendiri. "Kak Gira!, kak Gira!" Teriak Ryan memanggil Gira yang sudah terlihat dari jauh, "Jangan berlarian!, nanti kamu jatuh" Ucap Gira khawatir pada adik kecilnya itu. "kak lihat aku membawa kue untuk kakak, selamat ulang tahun kak" Senyuman terukir di wajah Ryan,"wah terimakasih banyak" Ucap Gira penuh haru terhadap adik kecilnya itu.Di tempat kecil itulah sebuah perumahan kumuh, tempat Ryan dan anak-anak lainnya tumbuh tanpa orang tua, mereka di besarkan oleh seorang pemimpin gangster kelas teri bernama Wito. Disana mereka di tuntut untuk bekerja di sepanjang jalan sambil meminta-minta kepada para pengendara yang mel
Sudah 6 tahun sejak kejadian itu, namun Ryan selalu di bayangi kejadian di saat ia mendapatkan sebuah keanehan dalam tubuhnya yang menjadikannya sangat kuat dan tak terlampaui, bisa di bilang Ryan mendapat kehidupan kedua nya.Sekarang usia Ryan sudah menginjak 18 tahun, tak terasa tubuh nya sudah semakin tinggi wajahnya sangat tampan tubuhnya ideal dengan tindik di telinganya mata elang yang tajam dapat membuat siapapun terbius melihatnya, setelah kejadian itu ia hidup dengan cara yang salah.Ia menjadi seorang ketua geng yang paling di takuti di daerah tersebut.Mereka mendapatkan uang dengan cara menindas para pedagang toko."Mana uangnya!!!" Ucap Jeky salah satu anak buah Ryan sekaligus teman Ryan."Kalian tidak akan menerima uang dari ku!" Ucap seorang wanita paruh baya penjual kue sambil membawa sebuah sapu pel mengarahkannya pada anak buah Ryan. "Jangan bodoh serahkan saja uangnya pada kami!!!"Ryan yang sedari tadi hanya duduk santai sembari menjapit putug rokok ditangannya i
Perlahan air mata Ryan menetes terngiang-ngiang kejadian 6 tahun lalu."Kak...!!!" telinganya terasa ingin putus, dadanya perih terbayang-bayang wajah Gira yang sangat menyayangi dirinya.Gie terus berusaha memapah Ibunya dan hendak membawanya ke rumah sakit, namun selalu terhuyung jatuh, ia berusaha mati-matian mengangkat tubuh wanita yang sangat ia cintai.Ryan perlahan bangkit sambil meringis kesakitan ia menghampiri Gie dan menggendong ibu Gie.'aku tidak ingin pergi terlebih dahulu, sebelum aku temukan bajingan itu' Ucap Ryan dalam hatinya.Di rumah sakit segera ibu Gie di bawa ke ICU dan di tangani oleh beberapa dokter.Gie nampak gelisah, bulir keringat jatuh di dahinya."Aghhhhhhhh.." tiba-tiba Ryan berlutut sambil memegang telinganya.Hal itu menambah kepanikan Gie, ia hendak pergi mencari dokter namun niat itu di tahan oleh Ryan yang menarik tangan Gie."Jangan tinggalkan aku" ucapnya dengan air mata yang mengalir.Gie berlutut di depan Ryan, ia mengangkat tangannya dan menu
Seseorang telah tergantung kaku tepat di tengah-tengah ruangan tersebut, terlihat mayatnya sudah hampir membusuk dan matanya melotot hampir keluar.Seketika Ryan menutup hidungnya Karena bau yang menyengat."Sial, siapa yang melakukan hal ini" ucap Ryan sambil memalingkan wajahnya.Ryan mengambil handphonenya dan menelfon seseorang.Beberapa menit kemudian tim kepolisian dan ambulance mulai mengevakuasi mayat tersebut.Ryan terlihat mengenakan helm dan memperhatikan dari jarak yang sangat jauh."Jadi apakah ada laporan warga tentang korban?" Tanya kepala kepolisian."Tidak pak, kami mendengar informasi dari seseorang yang entah siapa namanya, namun saat kami datang tidak ada siapapun di lokasi" Tegas anggotanya.Ryan memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut Sambil menaiki motor sportnyaDi suatu gedung apartemen yang mewah, terlihat seorang pria sedang santai dengan segelas anggur di tangannya "Hahahahhaha.....! Tidak sia-sia usaha ku selama ini, kini aku tinggal menikmatinya,
Terulang saat air mata Gira menetes kala dadanya di tusuk oleh tongkat besi runcing, begitu perih hati Ryan mengingat hal itu."Aghhhhhhhh...!" Hati Ryan perih dan terasa sesakTak terbayang sakit yang di rasakan Gira kala itu saat melindunginya.BrukkkIa jatuh pingsan di pelukan Gie, Entah berapa lama ia tak sadarkan diri akhirnya matanya terbuka wajahnya pucat menatap datar ke langit-langit kamar miliknya."Bos sudah sadar" Ucap JekyTanpa bertanya panjang lebar kepada Jeky, Ryan bangkit dari tempat tidurnya."Pergilah" Ucap Ryan dingin"Ba-baik bos" Jawab Jeky gelagapanSetelah Jeky pergi, Ryan membuka jendela kaca di kamarnya, terlihat pemandangan malam yang indah dari lantai 5 tempat tinggalnya.Matanya menatap nyalang ke arah gedung-gedung yang dibangun tepat di tempat meninggal nya Gira."Aghhhhhhhh..."Prakkkkk!!!Kaca itu pecah di hantam pukulan olehnya, matanya mengalirkan buliran air mata."Dasar bajingan!!! Aku janji akan menghukumnya dengan tangan ku sendiri" Ucap Ryan b