Ryan berlari antusias sambil membawa kue kecil di tangannya, Terlihat raut wajahnya yang begitu bahagia dengan senyuman sumringah. Hari ini adalah ulang tahun Gira, teman sekaligus keluarga satu satunya yang ia miliki. Ia begitu bahagia sebab dihari ulang tahun sahabat sekaligus kakaknya itu ia bisa memberikan sepotong kue yang ia dapatkan dari hasil keringatnya sendiri.
"Kak Gira!, kak Gira!" Teriak Ryan memanggil Gira yang sudah terlihat dari jauh,"Jangan berlarian!, nanti kamu jatuh" Ucap Gira khawatir pada adik kecilnya itu."kak lihat aku membawa kue untuk kakak, selamat ulang tahun kak" Senyuman terukir di wajah Ryan,"wah terimakasih banyak" Ucap Gira penuh haru terhadap adik kecilnya itu.Di tempat kecil itulah sebuah perumahan kumuh, tempat Ryan dan anak-anak lainnya tumbuh tanpa orang tua, mereka di besarkan oleh seorang pemimpin gangster kelas teri bernama Wito. Disana mereka di tuntut untuk bekerja di sepanjang jalan sambil meminta-minta kepada para pengendara yang melintas, anak-anak itu di jadikan ladang bisnis oleh Wito.Mereka tinggal di sebuah rumah kumuh yang ukurannya tidak terlalu besar, sehingga ketika malam hari anak-anak tidur berhimpitan tanpa menggunakan alas ataupun selimut.Tuba saatnya menghitung storan anak-anak berbaris menyerahkan uang storan kepada Wito."bekerjalah dengan benar" Sambil menarik uang dengan kasar.Saat giliran Ryan, ia tidak menyerahkan uang setoran kepada Wito"Mana Uang milikmu!" Bentak Wito yang melihat Ryan tak kunjung memberikan uang.Uang Ryan habis saat ia membeli kue untuk Gira."sepertinya uang nya hilang di jalan" Ucap Ryan sambil menunduk"Bodoh...!!!" Wito menarik sabuk nya, dan memukul Ryan dengan sabuk sangat keras.Wito tidak menghiraukan tangisan Ryan dan terus menyakitinya."Hentikan kak!" Teriak Gira yang mengetahui Ryan di pukul oleh Wito yang tidak lain adalah kakak kandungnya sendiri.Segera Gira membopong Ryan yang terlihat begitu pucat dengan luka di sekujur tubuh."Mau kamu bawa kemana anak tidak berguna itu!" Oceh Wito kepada Gira yang tidak menghiraukan dirinya.Sengaja Gira tidak menghiraukan kakaknya, karena percuma perdebatan tidak akan menyembuhkan luka Ryan. Gira mengobati luka Ryan satu persatu dengan telaten."Maafkan Kakak" Ucap Gira dengan mata berkaca-kaca"Kak, jangan menangis" Ryan mengusap air mata Gira.Setelah lulus SMA Gira berusaha mencari kerja untuk membebaskan anak-anak dari kakaknya, Gira ingin mencarikan tempat yang lebih layak untuk mereka.Pagi itu, Ryan berjalan sambil membawa secuil makanan di tangannya, makanan itu jatah yang di berikan Wito untuk anak-anak yang Ia pekerjakan.Tiba-tiba Wito beserta beberapa anak buahnya datang sambil membawa sebuah senjata dari besi."Usir semua orang dari tempat ini, kalau mereka tidak mau pergi paksa dan seret mereka!" Ucap Wito dengan senyum menyeringai.Anak buah Wito mulai menyeret orang orang yang tinggal di perumahan kumuh tersebut secara paksa dan kasar.Ryan yang melihat hal itu segera berlari seseorang yang tengah di seret oleh anak buah Wito."Lepaskan mereka"Ryan menarik tangan salah satu dari anak buah Wito dan menggigit nya dengan keras"Aghhhh, anak sialan!!!" Ryan di seret dan dihempas kan di depan Wito."Kak Wito lepaskan mereka" Ryan menarik lengan Wito"Pergilah kamu anak goblok!" Ryan kembali di hempaskan oleh Wito dengan kerasRyan tidak menyerah, terlintas ide melaporkan Wito ke polisi. Ia hendak berdiri dan pergi melaporkan Wito ke polisi, namun dengan cepat Wito menyeret kaki Ryan"Mau kemana kamu ha!""Lepaskan!" Ryan menendang tangan Wito"Aghh, dasar anak sialan kemari! akan ku bunuh kamu!!!"Ryan berlari sekuat tenaga, karena ia di kejar oleh Wito.Dalam perjalanan ia menabrak seseorang yang tidak lain adalah Gira"Ada apa? Kenapa kamu berlari ketakutan?" Tanya Gira bingung dengan ekspresi wajah Ryan yang ketakutan"Kak Wito" Ucapnya terbata bata dengan mimik wajah ketakutan"Kenapa dengan kak Wito?"Wito datang dengan wajah marah sambil membawa sebuah tongkat besi."Mau sembunyi di mana kamu anak sialan" Ucapnya dengan senyum mengerikanRyan bersembunyi di belakang tubuh Gira, buliran kringat menetes dari dahinya"apa yang Kakak ingin lakukan pada Ryan?""Jangan ikut campur!" Wito menarik kerah baju sang adik dan menghempaskannya dengan keras.Wito mencekik leher Ryan Hingga kakinya tidak lagi menyentuh tanah"Matilah kamu, hahahahaha""Jangan sakiti te.., aghh" ucap Ryan terbata bataGira segera menarik tangan kakaknya dari Ryan,Ryan terlihat tak sadarkan diri tergeletak di tanah, Gira memberikan sebuah pukulan keras di wajah Wito."Jangan sakiti adik-adik ku!, dasar Monster!!!"Wito tersenyum sambil mengelap darah segar di sudut bibirnya.Wito membalas pukulan gura bertubi-tubi hingga Gira gloyoran dan jatuh ketanah."Ohok.." Gira mengeluarkan cairan merah dari mulut dan hidungnya"Jangan membangkang, dan ikuti saja kakak mu, kita akan segera kaya dengan menjual tanah itu dengan harga tinggi, tempat itu akan di bangun sebuah gedung-gedung tinggi, kita akan kaya Gira, kaya! Hahaha!" Wito tertawa terbahak-bahak."aku akan melaporkan perbuatan mu ke polisi!"Seketika mata elangnya menatap tajam ke arah Gira"Kalau kamu tidak ingin menjadi kaya bersama kakak mu, maka matilah!!!" Wito mengambil tongkat besinyaWito memukul Gira beberapa kali dengan keras"Sadarlah..., kamu sudah menjadi monster kak!" Ucap Gira Sambil melindungi kepalanya."Ya aku memang monster" Jawab Wito dengan senyum mengerikannya sambil menendang tubuh Gira."Ohok..ohok.., aku bersumpah akan melaporkan perbuatan mu yang mengerikan!""Diam kamu brengsek!!!" Wito menusukkan tongkat besinya ke dada Gira.Darah segar mengalir deras dari luka tusuk tersebut,Ryan yang tersadarkan diri langsung menarik tangan Wito." Kak Gira!!!" Tangis Ryan pecah"Apa yang kamu lakukan pada kak Gira!!!" Ucap Ryan dengan tangis histerisWito tampak lunglai sambil memandang tangannya yang berlumuran darah."akan ku laporkan kamu ke polisi!"" Diam kamu bocah!!!" Wito memukul kepala Ryan hingga Ryan kembali terkapar di tanah, kesadarannya perlahan mulai hilang Hanya gelap yang dapat ia lihat.namun tiba-tiba ada satu sorot cahaya yang menyoroti matanya yang keabu-abuan"Siapa pun tolong saya" rintihnya dengan air mata yang masih menetes"Ryan Ananta mulai saat ini kamu akan diberikan sebuah tubuh kuat dan mampu melindungi dirimu sendiri, tubuhmu tidak akan mampu disakiti oleh siapa pun, namun apabila kamu membunuh seseorang, tubuh mu akan hancur lebur menjadi sebuah butiran debu"Suara itu menggema memenuhi ruang Telinga Ryan."Aghhhhhhh!" Ryan terbangun sambil memegang kedua telinganya dari sebuah kamar kecil yang dipenuhi oleh barang-barang yang berantakan.Sudah 6 tahun sejak kejadian itu, namun Ryan selalu di bayangi kejadian di saat ia mendapatkan sebuah keanehan dalam tubuhnya yang menjadikannya sangat kuat dan tak terlampaui, bisa di bilang Ryan mendapat kehidupan kedua nya.Sekarang usia Ryan sudah menginjak 18 tahun, tak terasa tubuh nya sudah semakin tinggi wajahnya sangat tampan tubuhnya ideal dengan tindik di telinganya mata elang yang tajam dapat membuat siapapun terbius melihatnya, setelah kejadian itu ia hidup dengan cara yang salah.Ia menjadi seorang ketua geng yang paling di takuti di daerah tersebut.Mereka mendapatkan uang dengan cara menindas para pedagang toko."Mana uangnya!!!" Ucap Jeky salah satu anak buah Ryan sekaligus teman Ryan."Kalian tidak akan menerima uang dari ku!" Ucap seorang wanita paruh baya penjual kue sambil membawa sebuah sapu pel mengarahkannya pada anak buah Ryan. "Jangan bodoh serahkan saja uangnya pada kami!!!"Ryan yang sedari tadi hanya duduk santai sembari menjapit putug rokok ditangannya i
Perlahan air mata Ryan menetes terngiang-ngiang kejadian 6 tahun lalu."Kak...!!!" telinganya terasa ingin putus, dadanya perih terbayang-bayang wajah Gira yang sangat menyayangi dirinya.Gie terus berusaha memapah Ibunya dan hendak membawanya ke rumah sakit, namun selalu terhuyung jatuh, ia berusaha mati-matian mengangkat tubuh wanita yang sangat ia cintai.Ryan perlahan bangkit sambil meringis kesakitan ia menghampiri Gie dan menggendong ibu Gie.'aku tidak ingin pergi terlebih dahulu, sebelum aku temukan bajingan itu' Ucap Ryan dalam hatinya.Di rumah sakit segera ibu Gie di bawa ke ICU dan di tangani oleh beberapa dokter.Gie nampak gelisah, bulir keringat jatuh di dahinya."Aghhhhhhhh.." tiba-tiba Ryan berlutut sambil memegang telinganya.Hal itu menambah kepanikan Gie, ia hendak pergi mencari dokter namun niat itu di tahan oleh Ryan yang menarik tangan Gie."Jangan tinggalkan aku" ucapnya dengan air mata yang mengalir.Gie berlutut di depan Ryan, ia mengangkat tangannya dan menu
Seseorang telah tergantung kaku tepat di tengah-tengah ruangan tersebut, terlihat mayatnya sudah hampir membusuk dan matanya melotot hampir keluar.Seketika Ryan menutup hidungnya Karena bau yang menyengat."Sial, siapa yang melakukan hal ini" ucap Ryan sambil memalingkan wajahnya.Ryan mengambil handphonenya dan menelfon seseorang.Beberapa menit kemudian tim kepolisian dan ambulance mulai mengevakuasi mayat tersebut.Ryan terlihat mengenakan helm dan memperhatikan dari jarak yang sangat jauh."Jadi apakah ada laporan warga tentang korban?" Tanya kepala kepolisian."Tidak pak, kami mendengar informasi dari seseorang yang entah siapa namanya, namun saat kami datang tidak ada siapapun di lokasi" Tegas anggotanya.Ryan memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut Sambil menaiki motor sportnyaDi suatu gedung apartemen yang mewah, terlihat seorang pria sedang santai dengan segelas anggur di tangannya "Hahahahhaha.....! Tidak sia-sia usaha ku selama ini, kini aku tinggal menikmatinya,
Terulang saat air mata Gira menetes kala dadanya di tusuk oleh tongkat besi runcing, begitu perih hati Ryan mengingat hal itu."Aghhhhhhhh...!" Hati Ryan perih dan terasa sesakTak terbayang sakit yang di rasakan Gira kala itu saat melindunginya.BrukkkIa jatuh pingsan di pelukan Gie, Entah berapa lama ia tak sadarkan diri akhirnya matanya terbuka wajahnya pucat menatap datar ke langit-langit kamar miliknya."Bos sudah sadar" Ucap JekyTanpa bertanya panjang lebar kepada Jeky, Ryan bangkit dari tempat tidurnya."Pergilah" Ucap Ryan dingin"Ba-baik bos" Jawab Jeky gelagapanSetelah Jeky pergi, Ryan membuka jendela kaca di kamarnya, terlihat pemandangan malam yang indah dari lantai 5 tempat tinggalnya.Matanya menatap nyalang ke arah gedung-gedung yang dibangun tepat di tempat meninggal nya Gira."Aghhhhhhhh..."Prakkkkk!!!Kaca itu pecah di hantam pukulan olehnya, matanya mengalirkan buliran air mata."Dasar bajingan!!! Aku janji akan menghukumnya dengan tangan ku sendiri" Ucap Ryan b
Gie memegang kedua pipi Ryan dan menatap matanya yang sendu, Ryan spontan memeluk erat tubuh Gie."Jangan pernah pergi" Ucap Ryan sambil mengalirkan air mata, Gie mengusap-usap punggung tegap Ryan.Ryan mengantar Gie ke rumah sakit tempat ibunya di rawat, sekaligus Ryan ingin meminta maaf kepada ibu Gie atas kesalahan yang ia perbuat.Mereka masuk dalam ruang tempat ibu Gie dirawat, ibu Gie sangat kaget dengan kedatangan Ryan."Pergi! Pergi kamu! Pergilah!!!" Ucap ibu Gie sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ryan dengan tatapan ketakutan.Gie segera menghampiri ibunya dan memeluknya, Ryan sangat menyesal dengan perbuatannya ia berlutut di depan Gie dan ibunya."Tolong maafkan aku... maaf kan kesalahanku, aku menyesal" Ryan mengucapkannya sambil menundukMalam telah tiba Ryan telah menceritakan segalanya pada ibu Gie, walau tanpa respon setidaknya Ryan puas telah meminta maaf pada Gie dan ibunya.Setelah ibunya terlelap Gie mengajak Ryan mencari makan malam sambil berjalan-jalan, dibawah sin
kemudian Agnes meninggalkan tempat tersebut dengan kesal.Gie menepuk lengan Ryan. Matanya melotot menatap Ryan, namun bagi Ryan Gie terlihat sangat menggemaskan."Kenapa kamu melotot seperti itu?" Tanya Ryan menahan senyumnya.Gie melengos tanpa menghiraukan pertanyaan pemuda tampan tersebut.Ryan menarik ujung bibirnya. Lantas ia melihat isi undangan reuni tersebut.Pada undangan tersebut tertera waktu, tanggal, dan tempat pesta reuni."Malam ini" Ucapnya lirih.Hari telah menjelang sore. Mereka berdua membereskan toko dan segera menutupnya. Gie memberikan catatan kepada Ryan.'Cepatlah pulang. berhati-hatilah dalam perjalanan' Tulis Gie."Kamu akan pergi?" Tanya Ryan pada Gie.Gie menganggukan kepalanya. Ia tersenyum dan pergi meninggalkan Ryan.Malamnya setelah menemani ibunya makan malam dan menidurkan ibunya. Gie bersiap-siap untuk menghadiri acara pesta reuni SMA-nya.Gie memilih pakaian yang menurutnya bagus. Ia mengenakan gaun berwarna peach. Rambutnya di kuncir tinggi dengan
Tamparan mendarat dipipi Ryan.Ryan menatap wajah Gie nyalang. Ia membopong tubuh Gie keluar dari kamar Daniel dan keluar dari hotel.Daniel membuntuti dari belakang sambil terhuyung-huyung. Akhirnya ia pingsan di depan kamar salah satu tamu.Gie di bawa melaju membelah jalan dengan motor sport milik Ryan. Hingga mereka sampai di markas milik Ryan.Ryan membopong tubuh Gie masuk ke dalam ruangan miliknya. Kaki dan tangan Gie terus bergerak memberontak.Ryan kembali mendudukkan Gie di kursi pribadi miliknya.Air mata Gie kembali tumpah."Dasar murahan!!!" Ucap Ryan membentak Gie.Gie menggelengkan kepalanya sembari bercucuran air mata."Tidak aku sangka ternyata kamu gadis murahan!" Ucap Ryan sambil menarik ujung bibirnya mencemooh Gie.Plakkk...Gie mendaratkan tangannya kembali di pipi Ryan."Hhh, beraninya tangan murahan itu memukulku" Ucap Ryan sambil tersenyum sinis.Ryan meraih tangan Gie dan mencengkramnya erat."Tangan lancang ini! Dan senyum brengsek ini! Sangat tidak ada har
SrukkkRyan berusaha memukul kepala Wito dengan tangannya. Gerakan tinjunya tak berteknik, semua pukulannya meleset tidak ada satupun pukulan yang mengenai tubuh Wito.Ryan bersiap untuk menendang tubuh Wito dengan kakinya. Namun. Kaki Ryan ditangkap oleh Wito.BrukkkRyan di banting ke lantai sekeras mungkin oleh Wito.'Setelah sekian lama, baru kali ini pukulan seseorang terasa menyakitkan' Ucap Ryan dalam hatinya.Ryan kembali bangun dengan posisi kepala yang masih terasa sakit akibat benturan keras saat Wito membanting dirinya di lantai keras tersebut. Ia bangkit terhuyung-huyung."Kita belum selesai brengsek!!!" Ryan berancang-ancang memberikan pukulannya kepada Wito.Wito kembali menghindari pukulan Ryan yang semakin membabi buta. Karena lengah.BugggSatu pukulan Ryan mendarat tepat di sudut bibir kanan milik Wito."Heh begitu rupanya" Wito meregangkan pergelangan tangan dan lehernya. Ia melepas jam tangan miliknya dan meletakkannya di lantai."Ayo majulah" Wito mempersilahkan