Home / Horor / Misteri Desa Di tengah Hutan / Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

Share

Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

Author: Nov
last update Last Updated: 2024-12-24 08:00:23

Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya.

Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam.

Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang bisa memberinya penjelasan. “Permisi… ada orang di sini?” panggilnya sambil mengetuk pintu dengan pelan.

Dari dalam, muncul seorang pria tua yang pernah ia temui di balai desa. Kali ini, wajahnya tampak lebih tegang. “Kau kembali,” katanya dengan nada yang datar tetapi penuh peringatan.

“Saya… saya melihat sesuatu di hutan. Seorang anak kecil, dan—”

Pria itu mengangkat tangannya, menyuruh Dewi berhenti bicara. “Tidak ada anak kecil di desa ini,” katanya tegas. “Apa yang kau lihat hanyalah bayangan. Kau harus pergi sekarang juga, sebelum semuanya terlambat.”

Dewi merasa bingung sekaligus frustrasi. “Tolong, Pak. Saya hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di desa ini. Apa hubungannya dengan kotak musik itu? Dan kenapa desa ini terasa seperti terjebak di waktu yang berbeda?”

Pria itu menatapnya tajam. “Kau tidak akan mengerti. Desa ini dikutuk. Kami semua terjebak di sini, dihukum untuk sesuatu yang tidak bisa kami hindari. Dan kau, sebagai orang luar, tidak seharusnya ada di sini.”

Sebelum Dewi sempat bertanya lebih jauh, seorang wanita tiba-tiba muncul dari dalam rumah. Ia adalah wanita tua yang sebelumnya diam di depan rumahnya. Namun, kali ini wajahnya tampak gelisah, dan ia berbicara dengan suara lirih. “Kau melihat anak itu, bukan? Anak di bawah pohon?”

Dewi mengangguk, merasa bahwa wanita ini mungkin memiliki jawaban yang ia cari. “Ya. Siapa dia? Apa hubungannya dengan desa ini?”

Wanita itu menggigit bibirnya, seolah ragu untuk menjawab. Namun, akhirnya ia berbicara dengan nada rendah. “Dia bukan anak biasa. Dia adalah roh penjaga desa ini—atau lebih tepatnya, penjaga kutukan ini. Setiap kali seseorang mencoba melawan atau meninggalkan desa, dia akan muncul. Dan kau… kau telah menarik perhatiannya.”

Dewi merasa bulu kuduknya berdiri. “Apa maksudnya ‘penjaga kutukan’? Apa sebenarnya yang terjadi di sini?”

Wanita itu menoleh ke pria tua, meminta persetujuan. Setelah beberapa saat hening, pria itu akhirnya menghela napas dan mulai bercerita.

“Dulu, desa ini adalah tempat yang damai. Kami hidup dari hasil panen dan berburu di hutan. Namun, semuanya berubah ketika sebuah keluarga kaya datang dan menawarkan bantuan. Mereka membawa kekayaan, tetapi juga membawa keserakahan. Mereka memaksa penduduk untuk menggali harta karun yang mereka yakini terkubur di bawah pohon besar di tengah hutan.”

Pria itu berhenti sejenak, suaranya bergetar. “Kami tidak tahu bahwa pohon itu adalah tempat tinggal makhluk gaib. Ketika pohon itu ditebang dan harta itu ditemukan, makhluk itu marah. Ia mengutuk desa ini, membuat kami semua terjebak di sini. Tidak bisa pergi, tidak bisa bebas. Dan keluarga kaya itu? Mereka dihancurkan terlebih dahulu sebagai peringatan.”

Dewi mendengar cerita itu dengan penuh perhatian, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja ia terima. “Jadi, anak kecil itu adalah makhluk yang mengutuk desa ini? Kenapa dia muncul saat saya di hutan?”

“Karena kau tidak seharusnya ada di sini,” jawab wanita tua itu cepat. “Setiap orang luar yang datang ke desa ini adalah ancaman bagi keseimbangan kutukan. Ia akan memastikan kau tidak bisa pergi—atau lebih buruk lagi, ia akan menjadikanmu bagian dari desa ini selamanya.”

Dewi merasa perutnya mual mendengar kata-kata itu. Tapi ia tahu ia tidak bisa menyerah begitu saja. “Lalu bagaimana caranya menghentikan semua ini? Apa tidak ada cara untuk mematahkan kutukan itu?”

Pria tua itu menggeleng. “Kami sudah mencoba segalanya. Tapi tidak ada yang berhasil. Makhluk itu terlalu kuat. Satu-satunya cara untuk mengakhirinya adalah dengan mengembalikan apa yang diambil, tapi… itu tidak mungkin.”

“Kenapa tidak mungkin?” desak Dewi.

Wanita tua itu menjawab dengan suara lirih. “Karena harta itu telah hilang. Hancur bersama dengan keluarga yang mengambilnya. Tidak ada yang tersisa.”

Keheningan melingkupi mereka. Dewi mencoba mencari jawaban di pikirannya. Jika harta itu telah hilang, mungkin ada cara lain untuk bernegosiasi dengan makhluk itu. Tapi bagaimana?

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepalanya. “Bagaimana dengan kotak musik itu? Apa itu bagian dari harta yang ditemukan?” tanyanya sambil menunjuk ke arah balai desa, tempat ia melihat kotak musik tadi.

Pria tua itu tampak ragu. “Kotak musik itu adalah peninggalan terakhir keluarga kaya itu. Tapi kami tidak tahu apakah itu cukup untuk memuaskannya.”

“Kalau begitu, biarkan saya mencobanya,” kata Dewi dengan tegas. “Saya tidak bisa meninggalkan desa ini dalam keadaan seperti ini. Jika ada cara untuk menyelamatkan kalian dan diri saya sendiri, saya harus mencobanya.”

Wanita tua itu menatap Dewi dengan tatapan penuh harap, tetapi pria tua itu terlihat marah. “Kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Makhluk itu tidak akan memberi ampun jika kau gagal.”

“Saya lebih baik mencoba daripada tidak melakukan apa-apa,” balas Dewi. “Jika kalian tidak ingin membantu, biarkan saya melakukannya sendiri.”

Pria tua itu menghela napas panjang, akhirnya menyerah. “Baiklah. Tapi jika kau ingin membawa kotak musik itu, kau harus melakukannya sebelum fajar. Setelah matahari terbit, semuanya akan terlambat.”

Dengan panduan singkat dari mereka, Dewi kembali ke balai desa dan mengambil kotak musik itu. Ia merasakan sesuatu yang aneh saat menyentuhnya, seolah-olah ada energi yang mengalir dari dalam benda itu. Dengan hati-hati, ia membawa kotak musik itu ke hutan, menuju pohon besar tempat ia melihat anak kecil tadi.

Langkahnya terasa berat, dan udara di sekitarnya semakin dingin. Ketika ia tiba di pohon itu, anak kecil itu sudah berdiri di sana, menatapnya dengan mata hitam kosong yang mengerikan.

“Saya tahu ini milikmu,” kata Dewi, suaranya bergetar. Ia mengangkat kotak musik itu dengan kedua tangan. “Tolong, terimalah ini. Hentikan kutukanmu.”

Anak itu tidak bergerak, tetapi melodi kotak musik mulai terdengar lagi, mengalun pelan di udara malam. Akar-akar pohon di sekitarnya mulai bergerak, melingkar di sekitar Dewi seperti ular. Tapi ia tidak mundur. Ia menatap anak itu dengan tekad.

“Kalau kau ingin mengambilku, ambillah. Tapi biarkan desa ini bebas.”

Melodi itu semakin keras, dan dunia di sekitarnya terasa berputar. Dewi merasa seperti ditarik ke dalam kegelapan, tetapi ia tidak menyerah. Ia tahu bahwa hanya keberaniannya yang bisa menyelamatkan semuanya.

Apakah makhluk itu akan menerima tawarannya? Atau justru menyeretnya ke dalam kutukan yang abadi? Dewi hanya bisa berharap jawabannya akan segera datang.

Related chapters

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

    Last Updated : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

    Last Updated : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

    Last Updated : 2025-01-10
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

    Last Updated : 2024-12-22
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

DMCA.com Protection Status