Home / Horor / Misteri Desa Di tengah Hutan / Bab 1: Desa Tanpa Nama

Share

Misteri Desa Di tengah Hutan
Misteri Desa Di tengah Hutan
Author: Nov

Bab 1: Desa Tanpa Nama

Author: Nov
last update Last Updated: 2024-12-22 21:00:51

Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan.

" guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha.

"cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya.

"Jadi tha apa gosipnya, gue nungguin nih" ucap Amel.

"Jadi gue denger percakapan nyokap gue kemarin sama abang gue tentang sebuah Desa. Desa ini tidak pernah disebutkan di buku panduan wisata atau peta digital. Namun, mitos tentangnya telah beredar di kalangan penduduk sekitar Gunung Samudra. Mereka menyebutnya "Desa Tanpa Nama," sebuah tempat yang tak pernah dituju orang, kecuali mereka yang kehilangan arah atau mencari kematian " ucap Agatha bersemangat dengan mata yang melotot.

“Jangan ke sana, Dew,” kata Riko, rekannya yang cukup pendiam.

“Desa itu bukan cuma cerita urban biasa. Orang-orang yang pernah mencoba pergi ke sana tidak pernah kembali.” sambung nya

“Tepatnya karena itu aku harus pergi, Ko. Kalau aku bisa menulis artikel tentang Desa ini, pembaca pasti terpikat!” balas Dewi sambil tersenyum percaya diri.

"Gara gara lo nih Tha" timpal Andi. "lho, kok jadi salah gue, ini kan kesempatan emas buat kita. "

" Elo aja lah yang pergi Tha, gue mah ogah, dengernya aja udah ngeri, apalagi gue kan belom kawin, belom tau rasanya surga dunia " Ucap Amel.

" Tenang kalo kalian ngga mau, gue bisa kok pergi sendiri " ucap Dewi. "Tenang Dew, gue ikut lo kok" kata Agatha. Riko yang mendengar percakapan mereka hanya menghela nafas pelan dan berdo'a dalam hati semoga tidak akan terjadi hal hal yang ia khawatirkan.

KEESOKAN HARINYA...

Perjalanan dimulai pada pagi yang cerah. Dewi dan Agatha menyewa mobil dan berkendara sejauh 8 jam menuju kaki Gunung Samudra. Jalan menuju gunung itu semakin kecil dan terjal, sehingga mereka harus berjalan kaki ke puncak.

"Eh yang bener lo Dew, masa kita harus jalan kaki sih" kata Agatha. "ya lo bisa liat sendiri kan mobil kita ngga bisa lewat lagi Tha,"

"Yaelah kita pulang aja yuk, perasaan gue ngga enak nih" ucap Agatha,

" kita sudah sampai sini nanggung lah buat balik, udah yuk turun" timpal Dewi.

"Makasih ya mang" ucapnya pada sopir dan mobil pun melaju berbalik arah meninggalkan mereka.

Mereka pun berjalan dengan membawa tas ransel. Saat matahari mulai tenggelam, mereka tiba di sebuah warung kecil di pinggir jalan, tempat terakhir sebelum mendaki ke desa tersebut. Seorang pria tua dengan wajah penuh keriput duduk di depan warung.

“Kalian mau ke mana, Neng?” tanyanya sambil memperhatikan tas besar di punggung Dewi dan Agatha.

“Ke desa di atas gunung,” jawab Dewi santai.

Pria itu terdiam sejenak, kemudian berkata dengan nada rendah, “Desa itu bukan untuk orang luar. Kalau kamu terus naik, jangan harap bisa kembali.”

Agatha yang mendengar hal tersebut pun bergidik ngeri dan bersembunyi dibelakang Dewi.

Namun, Dewi hanya tersenyum sopan. Ia mengira pria itu hanya ingin menakut-nakutinya. Setelah membayar minumannya, ia dan Agatha melanjutkan perjalanan. Tapi, semakin tinggi mereka mendaki, suasana menjadi semakin aneh. Udara terasa lebih dingin, angin membawa suara-suara samar seperti bisikan, dan cahaya matahari perlahan menghilang tertutup kabut.

"gue udah ngga kuat lagi nih Dew".

" yaudah kalo gitu kita nginep disini aja malam ini, lagian udah mulai gelap juga, yuk bikin tenda" ucap Dewi.

"Lo aja yang pasang ya, gue pegel banget nih pengen selonjoran, hehe"

"yaudah deh, tapi lo yang masak ya, kita bagi tugas oke! ".

" siap bos! " ucap Agatha.

Tak selang berapa lama tenda mereka pun sudah berdiri dan masakan pun sudah tersedia. Mereka segera makan malam itu sambil bercengkrama.

"Lo yakin Dew kita bakal selamat" kata Agatha.

"Yakinlah, kan kita harus ngebuktiin yang orang-orang bilang bener apa ngga, terus gue harus nulis artikel ini berdasarkan pengalaman gue sendiri kan supaya lebih menarik" timpal Dewi dengan percaya diri.

"Tapi gue takut Dew, apalagi kita cewe berdua, kenapa kita ngga bawa cowo 1 ya biar ngga takut takut amat" ucap Agatha

"yee elu Tha, kenapa lo ngga ajak Riko aja kemaren"

"Masa gue nikung temen sendiri sih".

" Maksud lo" . ucap Dewi.

"Hehe, maksud gue, kan Riko suka sama elu, masa gue yang ngajak sih" ucap Agatha.

"Gue cuman nganggep dia rekan kerja ngga lebih Tha, santai aja kali" ucap Dewi.

"lo emang dari dulu ngga tertarik ya sama genre percintaan romantisan, hantuuuu aja yang ada dipikiran lo" ucap Agatha. "apa lo lesbi ya! hiiii" sambung nya.

"Apaan sih Tha, gue normal ya, cuman sekarang gue mau lebih fokus sama karir gue aja, kan juga buat masa depan" ucap Dewi.

"masa depan masa depan, kalo kita ngga bisa balik lagi gimana loh" ucap Agatha setengah panik.

"hush hush jangan bilang gitu dong, kita harus yakin pokoknya, dan ngga boleh nyerah, lagian besok kan kita pulang" ucap Dewi menenangkan.

"yaudah deh, kita tidur aja yuk, capek gue" ucap Agatha.

Merekapun tertidur malam itu setelah lelah seharian. Namun mereka tidak menyadari bahwa kehadiran mereka sudah diketahui oleh lelembut disana, seakan terusik atas kedatangan mereka.

Suara suara aneh terdengar menyeramkan dan membuat bulu kuduk merinding bagi siapa saja yang mendengar nya.

Kabut kabut putih mulai menyelimuti hutan itu seakan sosok sosok astral sedang bermunculan dan melakukan aktifitas mereka malam itu. Sungguh sangat sangat terlihat jelas bagaimana bayangan putih samar samar berseliweran mengitari sekitar tenda Dewi dan Agatha, yang membuat api unggun mereka padam, sehingga kegelapan makin menyelimuti mereka yang terlelap malam itu.

Suara suara hewan malam pun saling bersahutan, seakan melihat apa saja yang muncul malam itu. Hawa dingin menyergap hingga ke waktu subuh, menyisakan embun embun yang menempel di dedaunan pohon, hingga membuat daun daun basah dan mengeluarkan bau khas di pagi hari.

Tak terasa malam yang begitu mencekam itu telah berganti menjadi kicauan burung dan kecerahan sinar matahari pagi yang masuk lewat celah-celah dedaunan pohon. Walaupun kabut kabut masih saja menghiasi hutan itu seakan tak mau pergi.

Related chapters

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

    Last Updated : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

    Last Updated : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

    Last Updated : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

    Last Updated : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

    Last Updated : 2025-01-10

Latest chapter

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

DMCA.com Protection Status