Beranda / Horor / Misteri Desa Di tengah Hutan / Bab 2: Kabut yang Membungkam

Share

Bab 2: Kabut yang Membungkam

Penulis: Nov
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 06:30:32

Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda

"Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya.

"Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga"

"Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi.

"Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan.

"hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah disekitar nya bergetar.

Betapa terkejut nya ia saat mendapati apa yang ia lihat didepan matanya dan persis didepan tenda mereka. Sebuah Gerbang misterius bernuansa kuno.

"Tha! lo harus liat ini!" teriak nya pada rekannya. namun rekannya tak merespon sedikitpun. kakinya pun melangkah perlahan mendekati gerbang misterius itu.

Gerbang desa itu muncul begitu saja, seperti dilahirkan dari kabut. Dua pilar kayu besar berdiri megah di tengah jalan setapak, namun ukirannya sudah pudar dimakan waktu. Di atasnya, tergantung lonceng kecil yang berkarat, berayun pelan meski tak ada angin.

Seakan terhipnotis terhadap apa yang dilihat nya, Dewi melangkah masuk ke desa itu seorang diri, dilihatnya rumah-rumah kayu berdiri berjejer di sepanjang jalan utama, sebagian besar tampak kosong. Lumut menutupi dinding-dindingnya, dan beberapa pintu menganga seperti menunggu kedatangan seseorang. Tapi yang paling mencolok adalah keheningan yang mencekam. Tidak ada suara manusia, binatang, atau bahkan serangga. Hanya ada desiran angin yang terasa seperti napas dari sesuatu yang tak kasat mata.

"Apa ngga ada orang satupun disini ya" ucap Dewi dalam hati sembari berjalan masuk semakin dalam ke Desa misterius yang ditemui nya itu.

Dewi mencoba mencari tanda kehidupan. Ia mengetuk pintu sebuah rumah, tetapi tidak ada jawaban. Saat hendak pergi, pintu itu terbuka perlahan dengan suara derit yang tajam. Di dalamnya, ia melihat meja makan yang dipenuhi piring-piring. Makanan di atasnya tampak seperti nasi, sayur, dan ikan bakar. Tapi, saat ia menyentuhnya, makanan itu dingin, seperti sudah ditinggalkan berhari-hari.

"Kok ada makanan disini" imbuhnya, tangannya menyentuh salah satu makanan yang tersaji disitu. Dan betapa terkejutnya ia mendapati tangannya menyentuh sesuatu yang dingin dan berlendir, seakan sudah basi.

Saat itulah ia merasakan sesuatu. Seolah-olah ada yang memperhatikannya dari bayang-bayang. Ketika ia menoleh ke jendela, ia melihat bayangan hitam bergerak cepat melewati halaman. Jantungnya berdegup kencang, dan ia langsung keluar dari rumah itu.

"gue harus keluar dari sini" imbuhnya dalam hati sambil berjalan cepat ke arah gerbang desa yang ia masuki pertama kali. Dan betapa terkejutnya ia kembali ternyata gerbang itu tiba-tiba telah lenyap dan ia tidak melihat tenda mereka didepan sana, sama sekali kosong hanya hutan belantara. Sontak ia kebingungan melihat apa yang baru saja didapati nya. Pikirannya tak karuan mengingat temannya yang ia tinggal kan disana seorang diri, pasti temannya akan kebingungan mencarinya sedangkan ia sekarang tak tau arah jalan pulang.

Tiba-tiba, ia mendengar suara suara seperti orang berjalan kearahnya, langkah nya kian mendekat diiringi suara gamelan dan nyanyian yang lembut. Ya suara itu seperti suara sinden tradisional. Suara itu kian bergema di kepala nya, sontak ia tersungkur ke tanah sembari menutup telinganya, namun nihil suara itu tetap terdengar semakin jelas dan membuat kepalanya berdenyut.

"Akhirnya kau kembali Ratna Dewi" ucap suara itu jelas ditelinga nya.

“Siapa di sana?” teriak Dewi. Suaranya bergema, tapi tak ada jawaban.

Tiba-tiba saja pandangannya perlahan kabur seiring bergemanya suara suara misterius itu, badannya pun tersungkur lemah tak berdaya dan kesadarannya hilang seketika.

Langit di luar telah berubah menjadi gelap sepenuhnya. Udara menjadi lebih dingin, dan suasana desa semakin menyeramkan. Sedikit demi sedikit kesadarannya mulai pulih, dan suara suara itu kini telah menghilang dari kepalanya, Dewi memegangi kepalanya yang terasa berat sambil berfikir suara apakah yang tadi merasuk kekepalanya.

Di kejauhan, ia mendengar lagi suara yang tidak biasa, melodi lembut yang terdengar seperti lagu dari kotak musik. Melodi itu mengalun di antara rumah-rumah sunyi, mengisi udara malam dengan nada yang menenangkan sekaligus mengerikan.

“ Suara apa lagi itu? Dari mana asalnya ?” bisik Dewi

pada dirinya sendiri.

Ia mencoba mengikuti arah suara, melangkah perlahan di jalanan desa yang kini diterangi hanya oleh beberapa lampu minyak yang tampak redup. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat sesuatu di ujung jalan. Seorang anak kecil berdiri di bawah lampu minyak yang hampir padam. Anak itu mengenakan pakaian tradisional Jawa yang lusuh, dan tidak bergerak sama sekali, hanya menatap Dewi dengan mata kosong.

Ketika Dewi mencoba mendekat, anak itu tiba-tiba berbalik dan berlari menuju hutan di pinggiran desa. Langkahnya cepat dan nyaris tanpa suara, seperti bayangan yang bergerak dalam gelap.

“Tunggu! Hei, tunggu!” panggil Dewi, suaranya bergema di antara rumah-rumah kosong.

Tanpa memikirkan risikonya, ia berlari mengikuti anak itu, masuk ke dalam hutan yang gelap. Suara melodi kotak musik semakin jelas, seolah-olah berasal dari tempat yang lebih dalam di hutan.

Semakin jauh ia melangkah, udara terasa semakin berat. Pohon-pohon menjulang tinggi seperti dinding gelap yang mengurungnya. Dewi merasa semakin kehilangan arah, tetapi ia terus melangkah, didorong oleh rasa penasaran yang bercampur ketakutan.

Namun, langkahnya terhenti ketika ia tiba di sebuah tempat terbuka di tengah hutan. Di sana, ia melihat pohon besar dengan akar-akar menjalar yang tampak seperti tangan-tangan mencengkram tanah. Di bawah pohon itu, berdiri anak kecil tadi, memunggungi Dewi.

“Siapa kamu? Apa yang kau lakukan di sini? mana orang tuamu? ” tanya Dewi, mencoba mengontrol suaranya yang gemetar.

Anak itu perlahan berbalik. Wajahnya kini terlihat jelas di bawah cahaya bulan yang menembus dedaunan. Matanya kosong, hitam tanpa pupil. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi perlahan mengangkat tangannya, menunjuk ke arah akar pohon.

Dewi menoleh ke arah yang ditunjuk. Di sana, ia melihat sebuah kotak musik identik dengan yang ada di balai desa, tetapi lebih besar dan tampak lebih tua. Melodi yang ia dengar berasal dari sana, mengalun dengan nada yang lembut namun menyesakkan dada, seakan segala kesedihan telah menguasai melodi melodi yang mengalun dikotak musik tua itu.

Ketika ia melangkah lebih dekat, tanah di sekitarnya mulai bergetar, dan akar-akar pohon tampak bergerak perlahan, seperti ular hidup. Dewi mundur dengan panik, menyadari bahwa ia mungkin telah melangkah terlalu jauh ke dalam misteri desa ini. Namun, sebelum ia sempat lari, suara melodi itu berubah menjadi tawa pelan yang menyeramkan, memenuhi udara malam dengan ancaman yang tidak terlihat.

Dewi hanya bisa berdiri terpaku, tidak menyadari bahwa kakinya kini telah melangkah lebih jauh ke dunia yang bukan miliknya.

Bab terkait

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22

Bab terbaru

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

DMCA.com Protection Status