Home / Horor / Misteri Desa Di tengah Hutan / Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

Share

Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

Author: Nov
last update Last Updated: 2024-12-24 13:15:48

Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam.

“Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan.

Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad.

Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau tidak mengerti apa yang sebenarnya kau lakukan,” katanya. “Apa yang ada dalam peti itu bukan hanya sekadar jantung pohon. Itu adalah inti dari kutukan ini, sumber kekuatanku. Jika kau membawanya pergi, kau akan membuka pintu bagi kegelapan yang jauh lebih besar.”

Dewi merasa dadanya sesak mendengar ancaman itu. Tetapi ia mencoba mengabaikannya. Ia tahu bahwa wanita ini tidak akan membantunya, dan satu-satunya jalan adalah melanjutkan misinya. Dengan tangan gemetar, ia mencoba membuka peti tersebut.

Namun, sebelum ia sempat memutar kunci yang menempel di peti itu, akar-akar gelap muncul dari lantai, menjalar dengan cepat dan melingkari tubuhnya. Dewi terkejut, ia berusaha melawan, tetapi lilitan akar itu semakin kuat. Peti yang ada di tangannya hampir terjatuh, tetapi ia berhasil menggenggamnya dengan satu tangan.

“Sudah kukatakan, kau tidak bisa mengambilnya,” wanita itu berbicara lagi, suaranya kini lebih tajam. “Tidak ada seorang pun yang bisa mematahkan kutukan ini tanpa membayar harga yang setimpal.”

“Kalau begitu, katakan padaku, apa harganya!” teriak Dewi, matanya mulai basah oleh air mata. “Aku tidak peduli apa yang harus aku korbankan. Aku akan melakukannya!”

Wanita itu terdiam, tampaknya tidak menyangka bahwa Dewi akan menawarkan pengorbanan semacam itu. Ia mendekat lagi, kini hanya berjarak beberapa langkah dari Dewi. Matanya yang merah menyala kini terlihat lebih dalam, seperti lubang tanpa dasar yang penuh kebencian dan kesedihan.

“Kau begitu bodoh,” katanya akhirnya. “Kau bahkan tidak tahu apa yang kau tawarkan.”

Dewi menatapnya dengan penuh keberanian, meskipun tubuhnya masih terbelenggu oleh akar-akar itu. “Kalau itu bisa menyelamatkan mereka, aku tidak peduli. Aku akan membayar harganya.”

Wanita itu tertawa kecil, tetapi tawa itu lebih seperti tangisan. Ia melirik peti yang ada di tangan Dewi dan mengulurkan tangannya yang panjang dan kurus, menyentuh penutup peti itu dengan lembut. “Jika kau membuka ini, kau tidak hanya menyelamatkan desa mereka. Kau juga akan membebaskan apa yang seharusnya tetap tersegel selamanya.”

“Apa maksudmu?” Dewi bertanya, bingung dengan peringatan itu.

Wanita itu menarik tangannya kembali, menatap Dewi dengan serius. “Di dalam peti ini, ada jantung pohon itu, ya. Tetapi jantung itu juga menyimpan kekuatan yang lebih besar daripada apa yang bisa kau bayangkan. Kekuatan itu adalah alasan kutukan ini ada. Jika kau tidak tahu cara menggunakannya, kau hanya akan membuat segalanya menjadi lebih buruk.”

Dewi terdiam. Kata-kata wanita itu mengguncang keyakinannya. Apakah ia benar-benar tahu apa yang sedang ia lakukan? Tetapi ia tidak punya pilihan lain. Ia sudah terlalu jauh untuk mundur. Desa ini bergantung padanya, dan ia tidak bisa kembali tanpa melakukan apa-apa.

“Kalau begitu, ajari aku,” kata Dewi akhirnya. “Ajari aku cara menggunakannya. Kau tahu aku hanya ingin menghentikan semua ini.”

Wanita itu menatapnya lama, seolah mencoba membaca isi hati Dewi. Setelah beberapa saat, ia menghela napas berat, meskipun tidak jelas apakah itu tanda kelegaan atau keputusasaan. “Baiklah,” katanya. “Tapi ingat, jika kau gagal, semuanya akan berakhir. Tidak hanya desa ini, tetapi juga dirimu.”

Akar-akar yang melilit tubuh Dewi perlahan mengendur, membiarkannya bergerak kembali. Wanita itu melayang mundur, memberikan ruang bagi Dewi untuk membuka peti tersebut. Dengan hati-hati, Dewi memasukkan kunci kecil yang menempel pada peti dan memutarnya.

Klik.

Peti itu terbuka, dan cahaya keemasan yang sangat terang keluar darinya, menerangi seluruh ruang bawah tanah. Dewi menutup matanya sejenak, tetapi ketika ia membukanya lagi, ia melihat sesuatu yang luar biasa. Di dalam peti itu, terdapat sebuah benda berbentuk seperti kristal, berwarna merah tua, berdenyut pelan seperti jantung yang hidup.

“Ini… ini jantungnya?” Dewi bertanya, suaranya penuh kekaguman.

Wanita itu mengangguk. “Ya. Tetapi berhati-hatilah. Jantung itu memiliki kehendaknya sendiri. Jika kau tidak cukup kuat, ia akan menghancurkanmu.”

Dewi mengulurkan tangannya perlahan, menyentuh jantung itu dengan penuh kehati-hatian. Ketika jarinya menyentuh permukaan kristal itu, ia merasakan gelombang energi yang sangat kuat mengalir melalui tubuhnya. Kepalanya terasa pusing, dan gambar-gambar mulai bermunculan di benaknya.

Ia melihat pohon besar itu dalam keadaan utuh, berdiri megah di tengah desa, memberikan kehidupan dan perlindungan bagi semua orang. Ia melihat penduduk desa yang bahagia, anak-anak bermain di bawah bayangan pohon, dan wanita itu—dalam bentuk manusianya—tersenyum bahagia. Tetapi kemudian, ia melihat kehancuran. Orang-orang menebang pohon itu, mengambil jantungnya, dan meninggalkan wanita itu dalam kehampaan dan kemarahan.

Dewi tersentak keluar dari penglihatan itu, tubuhnya gemetar. “Aku… aku mengerti sekarang,” katanya dengan suara lemah.

Wanita itu menatapnya dengan tatapan penuh keraguan. “Jika kau benar-benar mengerti, kau tahu apa yang harus kau lakukan.”

Dewi mengangguk. Ia tahu bahwa ia harus membawa jantung ini kembali ke pohon besar di tengah hutan. Tetapi ia juga tahu bahwa perjalanan itu tidak akan mudah. Kegelapan yang melingkupi desa ini tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.

Ketika ia keluar dari ruang bawah tanah, membawa jantung pohon di tangannya, ia menyadari bahwa langit di atas desa sudah mulai berubah. Awan hitam menggulung di atas mereka, dan suara angin yang aneh bergema di udara. Penduduk desa yang menunggunya di luar rumah tampak ketakutan.

“Apa yang terjadi?” tanya salah satu dari mereka.

Dewi menatap mereka dengan serius. “Aku menemukan jantung pohonnya. Tapi kita harus segera mengembalikannya ke tempat asalnya sebelum semuanya terlambat.”

Penduduk desa saling berpandangan, tetapi tidak ada yang bergerak. Rasa takut mereka terlalu besar. Hanya pria tua yang sebelumnya membantunya yang maju. “Aku akan ikut denganmu,” katanya.

Dengan bantuan pria tua itu, Dewi mulai berjalan menuju hutan. Namun, ia segera menyadari bahwa perjalanan ini akan jauh lebih berbahaya daripada yang ia kira. Bayangan-bayangan mulai muncul di sekitar mereka, bergerak cepat di antara pepohonan. Suara bisikan aneh terdengar di telinganya, membuat bulu kuduknya meremang.

“Kita harus cepat,” kata pria tua itu dengan suara gemetar.

Dewi mengangguk, mempercepat langkahnya. Tetapi semakin dekat mereka ke pohon besar, semakin kuat kegelapan yang mencoba menghalangi mereka. Ranting-ranting tajam jatuh dari atas, hampir mengenai mereka. Akar-akar pohon bergerak liar, mencoba menjebak langkah mereka.

Namun, Dewi tidak menyerah. Ia menggenggam jantung pohon itu dengan erat, merasakan energi dari benda itu mengalir ke dalam dirinya. Ia tahu bahwa ia tidak boleh berhenti, tidak peduli seberapa besar rintangan yang harus ia hadapi.

Ketika mereka akhirnya tiba di depan pohon besar itu, Dewi merasa lega sejenak. Tetapi kemudian ia melihat sesuatu yang membuat hatinya tenggelam—wanita bermata merah itu telah menunggunya di sana, dengan senyuman dingin di wajahnya.

“Sekarang kita lihat,” kata wanita itu, “apakah kau benar-benar cukup kuat untuk menyelesaikan ini.”

Dewi hanya terpaku dan diam tanpa jawaban yang pasti, pikirannya masih berkecamuk memikirkan apakah yang dilakukannya ini sudah benar.

Related chapters

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

    Last Updated : 2025-01-10
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

    Last Updated : 2024-12-22
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

    Last Updated : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

    Last Updated : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

DMCA.com Protection Status