Beranda / Horor / Misteri Desa Di tengah Hutan / Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

Share

Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

Penulis: Nov
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 11:00:57

Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya.

“Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar.

Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan.

Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi ini. Jika tidak, desa dan semua orang di dalamnya akan terus terjebak dalam kutukan ini. Ia mengambil napas panjang, mencoba menguasai diri. “Kau ingin aku mengembalikan ini, bukan?” tanyanya, mengangkat kotak musik itu lebih tinggi.

Anak kecil itu mengangguk perlahan, tetapi mata hitamnya tetap kosong, seperti lubang tanpa dasar.

“Kalau begitu, biarkan aku mengembalikannya. Tapi bebaskan desa ini. Hentikan penderitaan mereka,” lanjut Dewi, suaranya penuh harap.

Namun, saat ia melangkah mendekati anak itu, sebuah suara lain terdengar. Bukan suara melodi, bukan pula suara anak kecil, melainkan suara wanita—dalam, berat, dan penuh kemarahan.

“Kau pikir semuanya semudah itu?”

Dewi terhuyung mundur, matanya mencari sumber suara tersebut. Dari bayang-bayang pohon besar, sosok tinggi muncul. Wanita itu memiliki rambut panjang yang melayang seperti asap, matanya merah menyala, dan wajahnya penuh guratan amarah. Ia tampak seperti penjelmaan dendam itu sendiri, berdiri di antara Dewi dan anak kecil tersebut.

“Kau hanya tamu di sini,” lanjut wanita itu. “Dan tamu tidak punya hak untuk membuat kesepakatan.”

“Siapa kau?” Dewi bertanya, suaranya penuh dengan rasa gentar.

“Aku adalah yang menjaga kutukan ini,” jawab wanita itu, mendekat ke arah Dewi. “Dan kau, dengan kehadiranmu, telah mengganggu keseimbangannya.”

Dewi mundur selangkah, tetapi ia tidak membiarkan rasa takut menguasainya. “Aku hanya ingin membantu desa ini. Mereka tidak pantas hidup seperti ini. Mereka sudah cukup menderita.”

Wanita itu tertawa kecil, tetapi tawanya terdengar dingin, seperti cermin yang retak. “Mereka pantas mendapatkannya. Apa yang terjadi adalah akibat dari keserakahan mereka. Kau pikir aku akan mengampuni mereka hanya karena ada orang luar yang datang dan meminta belas kasihan?”

“Mungkin mereka bersalah, tapi tidak semua dari mereka terlibat! Ada anak-anak, orang tua, mereka yang tidak tahu apa-apa. Mereka tidak pantas dihukum!” Dewi membalas, mencoba meyakinkan wanita itu.

Wanita itu terdiam sejenak, matanya yang menyala menatap Dewi dengan tajam. “Kau bicara tentang keadilan, tetapi kau tidak tahu apa-apa. Kau tidak tahu bagaimana mereka merusak pohon ini, mencuri apa yang menjadi milikku, dan meninggalkanku dengan kehampaan.”

Dewi memandang sekeliling. Pohon besar itu, yang tampak kokoh, kini terlihat seperti makhluk yang terluka. Batangnya penuh retakan, dan akar-akar yang menjalar tampak seperti luka yang menganga. Ia mulai memahami rasa sakit yang dirasakan wanita itu, tetapi ia juga tahu bahwa dendam ini tidak akan membawa kedamaian.

“Kalau begitu, biarkan aku memperbaikinya,” kata Dewi akhirnya. “Katakan apa yang kau inginkan. Aku akan melakukan apapun untuk mengembalikan apa yang hilang.”

Wanita itu menyipitkan matanya, senyumnya kembali muncul, tetapi kali ini dengan kejam. “Kau ingin memperbaiki? Baiklah. Tapi itu bukan tugas yang mudah. Ada sesuatu yang harus kau temukan, sesuatu yang diambil dari tempat ini dan disembunyikan jauh.”

“Apa itu?” tanya Dewi.

“Jantung pohon ini,” jawab wanita itu. “Mereka mencurinya saat mereka menebang batangnya. Jantung itulah yang menjaga kehidupan di desa ini, yang melindungi mereka dari kegelapan. Tanpanya, desa ini akan terus mati perlahan.”

Dewi terkejut mendengar penjelasan itu. “Di mana jantung itu sekarang?”

“Itu yang harus kau temukan,” kata wanita itu dengan nada tajam. “Jantung itu telah hilang selama bertahun-tahun. Jika kau benar-benar ingin menyelamatkan desa ini, kau harus mengembalikannya ke tempat asalnya sebelum fajar tiba.”

Wanita itu menghilang begitu saja setelah memberikan pesan itu, meninggalkan Dewi dalam keheningan yang mencekam. Anak kecil itu juga menghilang, menyatu kembali dengan pohon besar. Dewi kini sendirian, hanya ditemani oleh suara melodi kotak musik yang masih berdenting pelan.

---

Dewi kembali ke desa dengan langkah tergesa, membawa kotak musik di tangannya. Ia tahu waktunya tidak banyak. Fajar akan segera tiba, dan ia harus menemukan jantung pohon itu sebelum semuanya terlambat.

Setibanya di desa, ia mendapati para penduduk sudah keluar dari rumah mereka. Wajah-wajah mereka dipenuhi kebingungan dan ketakutan. Pria tua yang sebelumnya berbicara dengannya mendekat dengan raut cemas.

“Apa yang terjadi?” tanyanya.

Dewi menjelaskan apa yang ia temui di hutan, tentang wanita itu dan jantung pohon yang harus ditemukan. Penduduk desa saling berpandangan, sebagian besar tampak putus asa.

“Tidak mungkin,” gumam salah satu penduduk. “Jantung pohon itu sudah hilang sejak lama. Tidak ada yang tahu di mana itu sekarang.”

“Tapi kita harus mencarinya!” balas Dewi dengan nada tegas. “Jika kita tidak melakukan apa-apa, desa ini akan terus terperangkap dalam kutukan. Bukankah kalian ingin bebas?”

Penduduk desa tetap diam, ketakutan mereka tampak lebih besar daripada harapan mereka. Namun, pria tua itu mengangguk pelan. “Ada satu tempat yang mungkin menyimpan petunjuk,” katanya.

Dewi menatapnya penuh harap. “Di mana?”

“Di rumah keluarga kaya yang membawa kehancuran ini,” jawabnya. “Rumah itu telah lama ditinggalkan, tetapi mungkin masih ada sesuatu di sana yang bisa membantumu menemukan jantung pohon.”

Dewi mengangguk, tanpa ragu meminta penduduk desa untuk menunjukkan arah menuju rumah tersebut. Meskipun mereka enggan, pria tua itu memimpin jalan, membawa Dewi ke ujung desa di mana sebuah rumah megah berdiri. Rumah itu tampak rapuh, dengan atap yang hampir runtuh dan dinding yang dipenuhi lumut.

“Masuklah,” kata pria tua itu. “Kami tidak bisa ikut. Tempat ini… penuh dengan bayangan masa lalu.”

Dewi memahami ketakutan mereka, tetapi ia tidak punya pilihan. Dengan membawa kotak musik di tangannya, ia melangkah masuk ke dalam rumah yang gelap dan penuh debu. Bau busuk menyeruak, membuatnya hampir muntah, tetapi ia menahan diri. Ia menyalakan senter yang ia bawa dan mulai mencari petunjuk.

Ruangan demi ruangan ia telusuri, tetapi tidak ada yang tampak mencurigakan. Hingga akhirnya ia tiba di ruang bawah tanah. Pintu menuju ke sana terkunci rapat, tetapi ia menemukan sebuah kunci tua di salah satu laci di dekatnya. Dengan gemetar, ia membuka pintu itu dan melangkah turun ke dalam kegelapan.

Di sana, ia menemukan sesuatu yang membuat jantungnya berdegup kencang—sebuah peti kecil dengan ukiran yang sama seperti kotak musik yang ia bawa. Peti itu terkunci, tetapi Dewi merasakan bahwa di dalamnya mungkin tersimpan apa yang ia cari.

Namun, sebelum ia sempat membuka peti itu, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Ia menoleh, dan apa yang ia lihat membuat darahnya membeku. Bayangan wanita dengan mata merah kembali muncul, kali ini lebih dekat, lebih mengancam.

“Beraninya kau mencoba mengambil apa yang bukan milikmu,” kata wanita itu dengan suara dingin.

Dewi tahu ia tidak bisa mundur sekarang. Dengan napas tertahan, ia memegang erat peti itu, bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya.

Bab terkait

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 6 : Kebenaran sesungguhnya

    " Dewi! Jangan percaya padanya! Jangan berikan jantung itu padanya! " Teriak laki laki dibelakangnya yang ternyata adalah " Riko " bagaimana dia bisa sampai disini? bagaimana dia tahu tentang jantung pohon ini? bisik Dewi dalam hatinya ketika ia menoleh kebelakang dan mendapati rekan kerjanya yang terkenal cuek dan pendiam itu tiba-tiba ada disana dan menghampiri nya. " Lo sama sekali ngga tau Dew apa yang sebenarnya dia inginkan! " Bentak Riko sambil mengguncang tubuh Dewi, berusaha menyadarkan nya. " Kalian kenapa mau mengantar Dewi kesini! " Bentak Riko lagi kepada salah satu warga desa yang menemani Dewi menuju pohon tua itu " Apa maksud lo rik, lo kenapa tiba-tiba bisa nyusul gue sih? " Tanya Dewi, matanya sembari berkaca kaca menahan air mata yang tiba-tiba saja mau keluar " Gue ngga bisa jelasin ke elo sekarang, tapi yang past

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 5: Bayangan di Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah itu semakin mencekam, udara di dalamnya terasa berat, seolah setiap helaan napas Dewi ditarik kembali oleh kegelapan yang pekat. Ia memegang peti kecil di tangannya dengan erat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Sosok wanita dengan mata merah yang menatapnya dari kejauhan tampak semakin jelas. Rambut wanita itu melayang-layang seperti asap hitam, dan bibirnya melengkung menjadi senyum yang mengancam. “Beraninya kau mengambil sesuatu yang bukan milikmu,” wanita itu berbisik, tetapi suaranya menggema di ruangan sempit itu, memenuhi setiap sudut seperti jeritan. Dewi menggenggam peti itu lebih erat, melangkah mundur perlahan. “Aku tidak ingin mencuri. Aku hanya ingin menghentikan penderitaan desa ini,” katanya dengan suara bergetar, tetapi matanya tetap menatap wanita itu dengan penuh tekad. Wanita itu melayang mendekat, jaraknya kini hanya beberapa meter dari Dewi. “Kau t

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 4: Dalam Dekapan Kegelapan

    Suara melodi dari kotak musik semakin menyeruak, menghantui hutan yang semakin sunyi. Dewi berdiri terpaku di hadapan anak kecil dengan mata hitam kosong itu, tubuhnya terasa kaku meski akalnya memerintahkannya untuk berlari. Tapi ia tidak bisa. Bayangan anak itu seolah menariknya semakin dalam, membungkam setiap rasa logis yang tersisa dalam dirinya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Suara Dewi bergetar, meski ia berusaha keras untuk terdengar tegar. Anak kecil itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya mengangkat tangan kecilnya, menunjuk ke arah kotak musik yang ada di genggaman Dewi. Melodi yang keluar darinya kini berubah, seperti tangisan lirih yang penuh kesedihan. Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon di sekeliling mulai bergerak, ranting-rantingnya saling beradu seperti menjerit dalam kehampaan. Dewi merasakan ketakutan menyelimutinya, tetapi ia tahu bahwa ia harus menghadapi in

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 3: Bayang-bayang di Balik Desa

    Malam semakin pekat saat Dewi kembali dari hutan menuju desa. Langit diselimuti awan gelap, hanya menyisakan cahaya samar dari bulan yang tersembunyi. Tubuhnya gemetar, tidak hanya karena dinginnya malam tetapi juga rasa takut yang perlahan menyelimutinya. Pikirannya terus memutar bayangan anak kecil di bawah pohon besar, serta suara melodi dari kotak musik yang kini terus terngiang di telinganya. Ketika ia kembali melewati jalan utama desa, suasananya berubah. Rumah-rumah yang sebelumnya tampak kosong kini menyala dengan lampu minyak di dalamnya. Beberapa pintu terbuka, dan ia melihat bayangan orang-orang bergerak di dalam rumah. Tapi anehnya, suara kehidupan sama sekali tidak terdengar. Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya keheningan mencekam. Dewi berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia merasa seperti diawasi. Dengan ragu, ia melangkah mendekati pintu itu, berharap bisa menemukan seseorang yang

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 2: Kabut yang Membungkam

    Mereka berdua tersentak dan terbangun dari tidurnya yang lelap seakan ada sesuatu yang memaksa mereka untuk keluar dari tenda "Tha tha! bangun! gue denger sesuatu diluar" bisik Dewi sambil mengguncang badan Agatha yang masih memejamkan mata enggan membukanya. "Duhh ada apaan si, orang masih pagi juga" "Gue denger sesuatu, yuk kita coba lihat siapa tahu ada orang jadi kita bisa tanya tanya" imbuh Dewi. "Ngigau lo ya, mana ada orang ditengah hutan gini" bantah Agatha. "lo aja sana yang cek, nanti gue nyusul, gue masih ngantuk nihhh" sambungnya sembari menarik selimut nya menutupi seluruh badan. "hah ngga setia kawan banget sih lo, yaudah gue liat keluar sekarang" jawab Dewi, ia cepat cepat keluar dari tenda karena penasaran dengan suara berat seperti ada sesuatu yang muncul dari tanah membuat tanah dise

  • Misteri Desa Di tengah Hutan   Bab 1: Desa Tanpa Nama

    Ratna Dewi atau sering dipanggil Dewi oleh rekan rekannya, adalah seorang jurnalis muda yang memiliki hasrat mendalam terhadap cerita-cerita urban legend. Ia bekerja di sebuah majalah misteri di Jakarta yang sering kali memuat artikel tentang tempat-tempat mistis di Indonesia. Karena ketertarikannya terhadap kisah kisah misteri seperti itu lalu, Ketika ia mendengar cerita tentang " Desa Tanpa Nama" dari rekan kerjanya, rasa ingin tahunya memuncak. Namun, cerita itu datang dengan peringatan. " guys guys ! gue ada gosip menarik nih! " ucap Agatha yang datang dengan menenteng martabak manis ditangannya. " wah, thank ya tha, tau aja elo gue suka martabak manis, perhatian banget deh " ucap Andi yang langsung mengambil kantong kresek ditangan Agatha. " Eh enak aja lo, ini bukan buat lo ya, ini buat kesenangan gue pribadi " timpal Agatha. "cielah bahasa lo " balas Andi. Dewi yang melihat tingkah laku rekan rekannya hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi tha apa

DMCA.com Protection Status