"Wu Jian!"Seorang anak perempuan berteriak memanggil nama sahabatnya yang baru saja memotong daging rusa. "Ada apa, Lin Guang?""Kupikir kau dapat babi lagi.""Sudah kubilang kemarin, aku akan menangkap rusa.""Kau sangat pemberani!"Desa Liao terletak jauh dari pusat provinsi. Untuk bisa kemari hanya dengan menggunakan jalur darat. Di balik gunung, itulah alasannya. Medan yang ditempuh tidaklah mudah. Walau demikian, penduduk Desa ini telah merasa cukup. Pihak istana tidak pernah menengok tempat ini barang sekali.Ada sebuah pemakaman di dekat pemukiman, tempat orang-orang yang dulu gugur dalam peperangan melawan Negara Cu. Kemenangan tidak dapat menghapuskan air mata bagi mereka yang ditinggalkan.Lin Guang mampir ke sana terlebih dahulu, Wu Jian dengan bangga menunjukkan rusa kecil yang ia tangkap tadi. Sementara Lin Guang meletakkan persembahan di dek
Sekembalinya ke Desa, Wu Jian menceritakan semuanya pada Ketua Desa. Kaisar sedang mengunjungi tempat Lin Guang saat ini, ia tidak bisa ke sana. Karena itu, rumah Ketua Desa menjadi tujuannya. Wu Jian menangis dalam diam. Ketua Desa tidak bisa berkata apa-apa. Dibiarkannya anak itu menumpahkan segalanya. Wu Jian tidak pernah menangis sejak kecil, bahkan ketika Ayahnya meninggal atau ibunya tidak kembali. Tetapi sepertinya ia tidak bisa menerima kenyataan hari ini. Satu-satunya yang tak bisa ia lepas adalah Lin Guang. "Apa yang harus aku lakukan, Ketua? Aku ... aku ... menyukai Lin Guang ... " Ketua Desa memalingkan wajah. "Aku tidak punya jawabannya. Maaf, Wu Jian." Wu Jian tidak tahu mengapa ia harus mengalami kepahitan ini. Apakah Dewa sedang mengutuknya? Mungkin saja ia pernah melakukan kesalahan besar tanpa ia sadari. Tapi apa? Apa yang telah ia lakukan hingga harus kehilangan Lin Guang? Mimpinya sejak dahulu adalah menikahi Lin Guang. Ber
Malam ini langit terlihat cerah.Lin Guang sedang menemani Zhen Shui di ruangannya. Zhen Shui berbaik hati memberikan beberapa buku pada Lin Guang untuk dibaca. Katanya, Lin Guang bisa membaca mereka bila bosan."Apa ini tidak berlebihan, Pangeran?""Kurasa tidak. Kau calon istriku, tidak ada salahnya belajar."Pipi Lin Guang bersemu merah. "T-tapi saya tidak bisa membaca, Pangeran."Zhen Shui menaikkan alis. "Bukan masalah. Aku bisa mengajarimu sekarang.""Be-benarkah? Terima kasih banyak, Pangeran!" Seru Lin Guang riang.Sejak saat itu, setiap malam Lin Guang selalu pergi ke ruangan Zhen Shui. Wu Jian tidak bisa mencegahnya, ia tak punya hak. Dan ia tidak perlu menaruh curiga, karena ia tahu Lin Guang tidak akan berbohong padanya. Di pagi hari ia akan bangun dengan wajah gembira. Wu Jian seharusnya turut senang, tapi tidak bisa."Minum tehmu dulu. Hari ini kau ada pelajaran Guqin.""Wu Jian, dengar. Sekarang aku mulai
"Kudengar kau sangat ahli dalam seni pedang, Kasim Wu Jian."Wu Jian baru saja kembali dari dapur ketika seseorang mencegatnya. Rambutnya panjang, memiliki warna hitam dan putih. Perawakannya pun tinggi. Wu Jian melihat seksama, ia mengenakan pakaian prajurit. Lantas Wu Jian membungkuk hormat."Maaf, permisi.""Hei, jangan begitu. Bermainlah denganku sebentar.""Saya punya banyak urusan.""Kau takut?"Tidak, Wu Jian tidak pernah takut pada apapun. Pria itu hanya memancingnya. Ia tak boleh terbawa perasaan. Baru saja Wu Jian hendak melangkah,"Oh, kau pelayan wanita desa itu, bukan? Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Kaisar. Memilih wanita murahan untuk puteranya."Wu Jian berbalik dan hendak memukulnya. Tetapi pria itu dengan gesit menghindar. "Wanita itu pasti sangat berharga bagimu. Kau menyukainya, 'kan?""Say
Xin Yuan menyunggingkan senyum. Hari ini dia akan pergi ke tempat calon suaminya. Masih beberapa bulan sebelum pernikahan mereka, tetapi ia mendapat undangan langsung dari Kaisar negeri Ding. Beliau merupakan Ayah Zhen Shui; nama suaminya di masa depan.Kerajaan mereka telah menjalin kerjasama sejak lama, dan Xin Yuan amat mengenal Zhen Shui. Mereka sering bertemu dalam acara penting, mungkin dari sana pula ia merasa jatuh hati."Apa Anda sangat bahagia hari ini, tuan puteri?"Xin Yuan menoleh, melihat salah seorang pelayan bertanya. "Tentu saja, aku harus beradaptasi dengan kerajaan Ding. Aku harap bisa memimpin dengan baik untuk rakyatku kelak.""Saya harap itu bisa terjadi, puteri.""Terima kasih, Bibi Wu Xing. Oh iya, apa bibi benar-benar tidak mau ikut? Aku akan kesepian di sana tanpa bibi."Wu Xing hanya tersenyum kecil. "Tapi, saya tidak pantas berada di sana. Lagipula, pangeran pasti sudah menyiapkan banyak pelayan untuk Anda."
Lin Guang tahu bahwa ini bukanlah tempatnya. Setiap saat ia selalu mendapat pandangan sinis dari orang-orang istana. Beberapa dari mereka mempertanyakan keputusan Kaisar untuk menikahkan anaknya dengan seorang gadis desa. Walau begitu, ia akan tetap bertahan di tempat ini untuk orang-orang desanya.Hal yang ia syukuri adalah Wu Jian masih menemaninya di sini. Lin Guang tidak butuh orang lain selama Wu Jian ada untuknya. Ia dengar pelatihan kasimnya telah selesai dan kini bisa menemani Lin Guang kemanapun. Lin Guang sangat senang karena tidak benar-benar terpisah dari teman masa kecilnya.Hari ini Lin Guang menemani Zhen Shui menyambut kedatangan Xin Yuan, calon istrinya yang lain dari Kerajaan Zhe. Xin Yuan sangat cantik, anggun, juga berkelas. Wanita itu kabarnya ahli dalam membawakan syair. Berbeda jauh dengan Lin Guang yang sebelumnya bahkan tidak bisa membaca.Zhen Shui terlihat tidak peduli, tapi Lin Guang tahu bahwa
"Jadi sekarang bagaimana? Sebentar lagi acara makan malam untuk menyambut Nona Xin Yuan.""Tolong bilang aku sakit perut. Aku mau makan bubur saja."Wu Jian menghela napas. Sepertinya Lin Guang benar-benar kehilangan minat hari ini. Sedari siang, ia hanya tiduran di kasurnya dan malas melakukan apa-apa. Wu Jian tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi sebenarnya ia berterima kasih pada teman masa kecilnya. Ia tidak perlu melihat Lin Guang bersama Zhen Shui lagi."Baiklah, aku akan ke dapur dulu. Kau tunggu di sini.""Cepat kembali, ya.""Iya. Sekarang jangan kemana-mana, ya.""Memangnya aku mau ke mana? Kau ini aneh sekali, Wu Jian."Wu Jian tersenyum tipis dan berjalan ke dapur. Namun ada sesuatu yang terasa aneh. Ia tidak melihat He Xiong di sepanjang perjalanan. Apa dia sedang berada di sisi istana yang lain? Tapi kenapa juga Wu Jian harus memikirkannya? Hah. Buru-buru ia menggelengkan kepalanya. Lebih baik ia segera membuatkan bubur
Pagi-pagi sekali, penghormatan untuk kaisar sudah diadakan. Ini adalah sebuah kebiasaan rutin di istana, setiap pagi memang harus dilakukan untuk menghormati Kaisar dan Permaisuri. Tetapi permaisuri sendiri tidak hadir, hanya ada kaisar. Semua orang di istana diharuskan hadir dalam upacara ini. Termasuk Xin Yuan yang baru datang kemarin."Semoga kalian diberkati Dewa." Ucap Kaisar sebelum membubarkan mereka kembali.Xin Yuan menoleh, orang desa itu rupanya juga hadir dengan pelayannya. Sebenarnya ada beberapa cara untuk menyingkirkannya. Tetapi Xin Yuan tidak suka bermain cepat, dia akan melakukan ini pelan-pelan saja. Berakhir terlalu dini itu tidak akan seru, bukan?"Lin Guang," Xin Yuan setengah berlari menghampirinya. Memasang wajah penuh penyesalan yang merupakan bagian sandiwaranya."Aku minta maaf untuk semalam. Maukah kau memaafkanku?"Xin Yuan bisa merasakan tatapan tajam dari pel