Lilian telah siap dengan gaun dan riasannya untuk makan malam di restoran Jaden malam ini. Ia telah berada di kantornya. Ya, di kantornya sendiri untuk menyerahkan beberapa berkas dan laporan penting yang diminta Kevin, tepat saat ia akan berangkat.
"Sudah kuduga ini akan terjadi," gumamnya.
"Kau tampak cantik, Lilian," ucap Kevin saat menilai penampilan Lilian yang bergaun merah tua di balik mantel hitamnya.
Lilian tersenyum simpul. "Terima kasih, Kev. Aku merasa tidak seperti sedang akan berkencan untuk makan malam. Dan terima kasih untukmu, karena membuatku bekerja di malam aku seharusnya berkencan," goda Lilian.
"Hei, aku tak tahu kau sedang merencanakan makan malam bersama pria itu. Lagipula Tuan Devon memintaku segera untuk menyerahkan laporan itu."
"Tenang, Kev ... aku hanya menggodamu," ucap Lilian lagi sambil tertawa.
"Benar, akhir-akhir ini kau jadi sering menggodaku. Seperti pria kekanakan itu," gumam Kevin. "Di mana dirinya
"CKIIIIIIIIT......!!!!!" Rem berdecit keras dari mobil yang Jaden kendarai. Mobil tersebut berhenti seketika di jalanan beraspal yang telah sepi itu. "Apa kau bilang Laura??!" teriaknya terkejut. Ia baru saja keluar dari kediaman pengacaranya, ketika mendapat telepon dari Laura tentang hal yang membuat jantungnya seketika berhenti berdetak. "Aku tadi mendengar Mom menelepon seseorang ... dan ia mengatakan pada orang itu untuk menemui Lilian dan menyebutkan hal tentang menuntaskan keinginannya di masa lalu yang belum tersampaikan. Itu terdengar seperti hal buruk, dan aku mencemaskan Lilian, tapi aku tak dapat meneleponnya! Maka dari itu aku meneleponmu, Jaden!" ucapnya panik. Sebelumnya Laura sempat mengatakan bahwa Lilian mungkin sedang dalam masalah. Jaden segera menginjak gasnya dalam-dalam. Ia memutus sambungan telepon Laura dan segera menekan nomor lain. Beberapa kali nada dering terdengar sebelum akhirnya Kevin, orang yang dituju menjawab
"Plaakk!!!" Sebuah tamparan keras melayang di pipi Jaden dari seorang wanita mungil di hadapannya yang memburunya dengan tergesa saat ia melihatnya tadi. "Myan! Tenangkan dirimu, Sayang!" Seorang pria yang kemudian menahannya, menariknya ke dalam dekapannya. "Jika sampai terjadi sesuatu dengan Lilian! Maka kau yang harus bertanggung jawab!" ucapnya sambil terisak. "Tenangkan dirimu, Sayang. Kau sedang hamil muda, itu tak akan baik untuk bayi kita," ucapnya. "Kevin, bawa Myan ke tempat tenang, aku akan berbicara dengan Tuan Jaden," lanjutnya. "Baik, Tuan," Kevin kemudian membimbing Myan, wanita yang Jaden dengar namanya dari pembicaraan tadi, keluar dari kamar. Ya, mereka sedang berada di sebuah kamar di rumah sakit. Lilian yang sebelumnya tak sadarkan diri setelah dirinya dan Kevin menemukannya tadi, langsung membawanya ke rumah sakit. Lilian mengalami pendarahan yang cukup hebat karena luka di pahanya, dan dengan lebam d
Jaden terbangun dari tidurnya saat ia mendengar bunyi bergemericik dari arah kamar mandi. Ia yang tadinya tertidur di sisi ranjang Lilian ketika menjaganya, segera bergegas ke dalam kamar mandi karena Lilian sudah tak ada di atas tempat tidurnya lagi.Jaden begitu panik dan terkejut. Ia segera membuka pintu kamar mandi dan mendapati Lilian tengah berdiri di kucuran shower yang mengalir membasahi baju rumah sakit dan tubuhnya. Ia melihat Lilian sedang menunduk dan menangis terisak."Aaaaarrrgggh!!" Lilian berteriak pilu dan menangis sesenggukan. Ia terduduk di atas lantai kamar mandi. Tetesan-tetesan air masih terus membasahinya. Ia perlahan-lahan mencengkeram baju pasiennya dan menyingkapnya hingga memperlihatkan paha terbukanya.Ia menatap perban yang melilit luka barunya di sebelah goresan bekas luka lamanya."Aaarrrgh!! Ugh! Ugh!!!" Lilian menarik perban yang melingkari pahanya dan memukul-mukul pahanya sendiri hingga luka barunya kembali berdarah. Dar
Lilian bersandar di kepala ranjang di dalam kamar Jaden. Ia telah kembali dari rumah sakit atas permintaannya. Ia ingin berada di tempat yang dapat membuatnya lebih tenang. Selama di rumah sakit, Lilian selalu mengalami mimpi-mimpi buruk yang begitu menghantuinya. Ia bahkan masuk ke dalam mimpi buruk Kurt. Tubuhnya yang lemah bahkan tak sanggup menerima itu hingga fisiknya bereaksi menolak semuanya. "Makanlah sesuatu, Sayang," ucap Jaden. Ia begitu terpukul melihat keadaan Lilian. Lilian-nya yang sebelumnya telah ceria, kini terpuruk lagi. Lilian belum dapat melupakan bayang-bayang menyeramkan wajah Kurt yang selalu berkelebatan di benaknya. Ia selalu mengalami gangguan kecemasan saat itu terjadi. "Aku mohon ... jangan siksa dirimu karena monster itu. Maafkan aku karena telah meninggalkanmu," ucap Jaden sambil menggenggam kedua tangan Lilian. "Aku akan selalu di sampingmu untuk menghadapi semua yang kau rasakan. Tapi, aku mohon ... jangan siks
Positano, Italia. Setahun kemudian .... Seorang wanita ramping dan berlekuk sedang terengah-engah bermandikan keringat di bawah sinar matahari sore yang begitu hangat. Ia beberapa kali berhasil berlari bolak-balik hingga mencapai ujung garis yang menjadi titik pemberhentiannya. "Bagus, Sayang!" Seorang pria tampan yang tak kalah menawan dengan otot berisi dan kokoh menghampiri wanitanya dengan raut puas dan memuja. Ia mencium lembut bibir istri cantiknya yang begitu seksi dengan kulit yang menjadi kecoklatan karena tertempa sinar matahari setahun belakangan ini. "Sekali lagi, aku ingin lawan tanding denganmu lagi sebelum kita kembali. Dan kali ini, aku akan menjatuhkanmu hanya dalam beberapa kali serangan, Sayang," ucapnya dengan senyum menantang. "Oh ya, cobalah kalau bisa, Sayang." Binar riang terpercik dari matanya. Karena tantangan terbukanya telah diterima dengan baik, ia segera menghambur ke hadapan pria berotot
Sepasang suami istri eksotis itu langsung dikerumuni oleh rombongan awak media ketika mereka turun dari sebuah mobil mewah yang baru saja menjemput mereka dari bandara.Lilian dan Jaden turun di depan pintu masuk Starry dan langsung dihadang rombongan wartawan saat mereka melangkahkan kakinya di depan lobi luas kantor perusahaan itu. Baik Lilian maupun Jaden, saat itu sudah memakai setelan formal kantor untuk mendatangi Greg."Benarkah hari ini adalah keputusan resmi untuk pengangkatan Nyonya Lilian selaku putri angkat Tuan Greg untuk penyerahan dan pengambilalihan kepemimpinan perusahaan Starry? Bisakah Anda memberi komentar untuk itu, Nyonya?" tanya salah satu pewawancara berita.Lilian yang tengah berdiri berdampingan dengan Jaden, tersenyum simpul sembari melepaskan kacamata hitamnya. Tak ada lagi kecanggungan maupun ketakutan dalam dirinya untuk menghadapi sorotan lampu dan kerumunan wartawan yang begitu mendesaknya."Seperti yang telah kalian ketahu
"Bagus ... kau langsung begitu sibuk setelah kita kembali. Oh, harusnya aku tak mengabulkan keinginan Greg dan juga dirimu dengan semudah itu," keluh Jaden karena mendapati Lilian tengah berkutat dengan laptopnya."Tidakkah kau merasa lelah? Bisakah kau letakkan benda konyol itu sekarang juga, Sayang?" ucap Jaden lagi. Ia begitu frustasi karena ia telah menunggu Lilian di atas ranjangnya dengan pose yang menggoda yang memperlihatkan separuh dada bidangnya di balik jubah tidurnya.Lilian hanya tersenyum simpul. Ia kemudian menutup laptopnya yang sebelumnya telah ia matikan."Jangan merengek lagi, Sayang, aku hanya memeriksa beberapa email saja." Lilian naik ke atas ranjang dengan perlahan-lahan. Rambut lembutnya yang semakin panjang, tergerai tak beraturan dengan gelombang halus yang begitu menawan."Naik kemari," perintah Jaden sambil menunjuk perut ratanya yang terbuka. Dengan patuh, Lilian kemudian beringsut membuka kedua kakinya agar dapat duduk
"Selamat pagi, Lilian, maksudku ... Bos," sapa Silvia saat masuk ke dalam ruangan Lilian. Ruangan milik Greg yang sekarang telah menjadi ruangannya."Masuklah, Silvia," ucap Lilian sambil tersenyum.Silvia bergegas masuk dan berjalan menuju meja Lilian. Ia membawa setumpuk berkas di kedua tangannya dan meletakkannya di atas mejanya."Ini adalah berkas-berkas yang harus kau tanda tangani," ucapnya."Baiklah, apakah Kevin sudah kembali?" tanya Lilian."Belum. Ia tadi menemui klien dengan Sarah. Ia masih harus memastikan bahwa Sarah sudah siap untuk menemui klien sendiri kedepannya."Lilian mengangguk. Sarah adalah sekretaris baru Starry. Selama ia pergi, Kevin-lah yang mengambil alih semua pekerjaannya. Greg sendiri yang meminta Kevin untuk melakukan itu."Hari ini ada beberapa perubahan jadwal yang harus mundur karena permintaan dari beberapa klien. Mereka adalah anggota grup idol terbaru yang ingin bekerja sama dengan kita dan beberap