Jika keluarga adalah pelindung maka berbeda yang menimpa Ningsih.
Ia di pisahkan denga anaknya sesaat setelah melahirkan Fitri adik perempuannya.
Hari adala kakak pertama Ningsih yang mengambil paksa Albi atas desakan sang ibu.
Seluruh idenitas Albi di rubahnya di mana nama ayah kandung di rubah di semua dokumen penting lainnya.
Bagaimana hari - hari ke depannya nanti saat ia akan menghadap penghulu.
Saat Ningsih berhasil kembali mengambil Albi.ia di tuduh sebagai penculik.
Tak ada kata pembelaan yang keluar dari mulutnya karena identitas sang anak telah di rubah total.
Sang ibu kandung lah yang menjadi penyebab dari semua ini.
Harta menjadi motif utamanya.
Hari terbilang sukses dengan kariernya kini yang menjadi kepercayaan boss pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
Sang ibu tak menginginkan keluarga Tia yang menjadi pengendali keuangan Hari anaknya.
" Aaaarrrggghhh" teriak Albi.
Ia merasa di dzalimi oleh seluruh keluarga ibu kandungnya sesaat setelah mendengar penuturan Pak Kimin yang sedang bercerita pada Ibu Rukayah sang isteri.
Ia pun merasa menyesali perbuatannya karena telah mendzalimi Ningsih ibu kandungnya.
Keluarga besar dari sang ibu semuanya telah membohongi dirinya.
Ia mengetahui seluruh rahasia tentangnya dari Pak Kimin orang yang sudah bekerja lama di rumah Hari majikannya.
Pak Kimin dengan tak sengaja menceritakan pada isterinya yang bernama Rukayah dan Albi tak sengaja menguping pembicaraan pasangan suami isteri tersebut saat hendak ingin mengambil kopi.
"Berisik ... " Ucap Zahra karena merasa terganggu dengan suara teriakkan Albi.
"Apa hak mu untuk melarangku !"jawab Albi dengan Emosi yang masih belum stabil.
" Aku tak punya hak apa pun di sini ! Ini juga tempat umum ! Apa aku harus meminta izin pada yang punya lahan ini atau membeli tiket dulu " jawab Zahra karena merasa tersudutkan.
" Apa dengan berteriak ! Lalu,semua masalahmu menjadi selesai !" Tambah zahra.
" Jika masalah bisa di selesaikan dengan berteriak maka di dunia ini tak perlu ada pengadilan atau pun sidang yang malah menyita waktu banyak orang !" Tambahnya lagi.
Kali ini Albi menjadi kalah telak tak ada satu kata pun yang keluar dan terucap dari mulutnya.
" Kau benar " kali ini nada bicara Albi mulai menurun.
" Minumlah " Zahra menyodorkan botol minumannya.
Albi tak langsung mengambil botol yang di sodorkan Zahra.
" Tenang...gak ada racunnya dan buang pikiran kotormu itu !"Zahra seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Albi.
"Ok...aku buktikan " Zahra membuka tutup botolnya dan mulai meminumnya.
" Nih ..." Kemudian Zahra menyodorkannya kembali.
Albi meminum semua air di dalam botol tersebut.
"Haus...boss ..." Ledek Zahra.
" Maaf...aku menghabiskannya " lirih Albi.
" Sudahlah...tenangkan dulu jalan pikiranmu itu !"Zahra memberi saran.
" Beri tahu aku ! Apa masalahmu ?" Zahra ingin tahu alasannya.
" Identitas ku semuanya di ganti !" Jawab Albi .
" Semuanya dokumen berharga penting lainnya ! Termasuk Akte kelahiran dan Ijazah sekolah ! Semuanya ! Nama yang seharusnya tertera adalah nama ayah dan ibu kandungku ! Aku sudah di bohongi semua orang termasuk keluarga ibu kandungku !"Albi berkata dengan nada agak marah dan di sela matanya keluar cairan bening sebuah tetesan yang mengguratkan kesedihan.
"Lalu,sekarang apa rencanamu !" Tanya Zahra.
" Kabur...aku ingin berhenti kuliah !" Jawab Albi enteng.
"Dan mengembalikan semua identitas aslinya sesuai dengan fakta yang ada !"Albi berbicara sambil menerawang yang di alaminya kini.
" Kalau kabur ? Mau kabur kemana ?" Tanya Zahra penasaran.
" Belum tahu !" Jawab Albi.
" Semudah itu berbicara ? Apa yang ada dalam otak dan di ucapkan mulut ternyata gak sejalan !"Zahra tak mengerti dengan jalan pintas Albi.
" Terus kalau misalkan kabur nih,apa yang akan kamu lakukan ? Kerja misalnya !" Zahra memberikan gambaran ke depannya seperti apa.
" Belum tahu !" Jawab Albi kembali.
" Kalau mau kabur ! Sekalian tuh semua fasilitas yang di beri ayah angkatmu tinggalkan semuanya dan Jangan pernah sesekali menggunanya ! Biar mereka tahu kamu bukan orang lemah !" Zahra memberi arahan yang ia sendiri juga sama bingungnya.
" Kau benar ..." Albi menundukkan pandangannya.
" Ayo...kita turun dari sini " ajak Zahra.
" Kenapa ! Masih mau barengan terus ngerumpi bareng penunggu pohon di sampingmu ! Sebentar lagi mau masuk Maghrib !" Zahra mengingatkan.
Kata - kata yang di ucapkan Zahra langsung membuat nyali Albi ciut.
Mereka pun turun dari perkebunan teh sesekali mereka mengobrol.
" Siap...hidup tanpa fasilitas yang kamu miliki sekarang ?"Zahra mempertanyakan kembali aksi nekad kabur Albi.
" Siap gak siap ya harus siap !" Jawab Albi dengan suara yang lantang.
" Sudah kepikiran belum ? Habis dari sini mau kemana tujuan kamu ?"
" Belum..."jawab Albi yang berjalan di belakang Zahra.
Mereka pun sampai di depan warung di mana motor mereka terparkir.
" Makan dulu deh...laper..." Zahra langsung duduk di warung tersebut.
" Ayo..." Ajak Zahra.
" Aku gak bawa uang ! kartu ATM dan uang tunai semuanya aku tinggalkan "jawab Albi jujur
" Tenang...aku gak minta di traktir ! Ayo duduk ! Pesan sesukamu " Zahra menawari Albi.
"Eits...tapi ingat nanti bayar pas dapet duit dari keringat sendiri "Zahra menekankan kata - katanya.
" Hmmm..." Jawab Albi setengah lemas dan di ikuti dengan suara dari dalam perutnya yang berdemo meminta asupan nutrisi.
Pesanan pun datang dan mereka pun menyantap hidangan di tempat dengan cuaca yang dingin.
Sambil menyantap hidangan masing - masing mereka pun masih terlibat obrolan.
" Sudah terpikir belum mau kerja atau kembali ke habitat asal !" Tanya Zahra.
"Entahlah ... " Jawaban Albi yang masih bingung.
Jari jemari Zahra mengetik pesan.
" Nah...ada solusinya " nada bicara Zahra cukup membuat hati Albi sedikit lega.
" Kalau pakai syarat ijazah , KTP atau dokumen lainnya saya gak setuju !" Albi berkata karena itu akan berkaitan dengan dokumen.
" Denger dulu kalau ngomong ! Jangan ambil kesimpulan dulu !" Zahra menimpali omongan Albi yang merasa frustasi.
" Lalu , apa ?" Tanya Albi bingung.
"Udah turuti aja dulu ! Yang penting judulnya kabur dari rumah jadi ! Udah,gitu aja dulu !" Zahra mencoba mengerti dengan masalah Albi.
"Tinggalkan semua fasilitas lalu ambil barang yang perlu saja dan ingat dokumen tetap kamu bawa ! Takut - takut kalau suatu saat nanti di butuhkan ! Mengerti sekarang !" Zahra mencoba mengarahkan Albi.
" Hmmm...kamu benar "
" Berapa semuanya teh ?"Zahra bertanya pada pemilik warung.
" Lima puluh ribu rupiah " jawab yang empunya warung.
" Sekarang kita jalan " Zahra menghidupkan motor maticnya.
Zahra kemudian mengikuti arah rumah orang tua angkat Albi.
" Ayo,sana masuk tinggalkan juga motor sekalian ! Nanti kita boncengan!" Zahra menunggu di gerbang sambil mesin motor masih tetap di hidupkan.
Albi mulai memasukkan pakaian seperlunya dan juga beberapa dokumen-dokumen penting untuk di bawanya dan ia juga meninggalkan kunci motornya.
" Aden...sudah pulang " sapaan Pak Kimin pada tuan mudanya." Tadi ibu dan bapak pesan kalau Aden pulang katanya suruh telepon " tambah Pak Kimin dengan nada sopan." Hmmm..." Jawab Albi."Aden...mau kemana ?" Tanya Pak Kimin." Bawaannya banyak bener !" Pak Kimin merasa ada yang aneh melihat majikannya memasukkan baju ke dalam ransel besar ." Mau camping " jawab Albi asal ." Mau saya bantu ?"Pak Kimin menawarkan diri." Gak usah !" jawab Albi dengan nada ketus.Setelah memasukkan semua keperluan untuk di bawanya kini Albi segera bergegas meninggalkan rumah dan menemui Zahra yang sudah siap menunggunya di depan gerbang ." Let's go " Zahra kemudian menjalankan motornya." Siap " jawab Albi sambil mengunci helmnya." Kita mau kemana ?'' tanya Albi.
" Minggu ini aku mau bayar hutang !" Tulis pesan Albi pada Zahra." Hutang yang mana ?" Balasan pesan dari Zahra." Yang waktu makan pas turun dari kebun teh " Albi kembali mengirimkan pesannya." Yang itu...aku gak pernah menganggap itu hutang ! Udah santai aja !mending kumpulin tuh duit buat bayar kos " balasan pesan Zahra." Thank's ya " pesan untuk Zahra." Buat ?" Zahra mempertanyakan maksud pesan Albi." Buat semuanya karena sudah bantuin aku !" Albi menjawab maksud dari pesannya." Ya,sama - sama !"" Minggu ada acara gak ? Aku mau traktir kamu !" Pesan untuk Zahra." Ada acara keluarga ! Pamanku dari Sulawesi mau datang dan kita keluarga besar sudah lama gak ketemu " tulisan pesan Zahra." Oh...ok ! Lain waktu saja !" Balasan Albi untuk Zahra kemudian menutup pon
" nah ,ini nih cewek yang kemarin saya ajak ngobrol ?" Albi berjongkok degan Ridwan. " Kirain..." kini wajah muram Ridwan terlihat. " Gak usah di tekuk tuh muka ! Masih sama tetep jelek ! " Ledek Albi dengan polos. " Nah,bener gini bi,pagi- pagi biasakan datang kesini !" Albi seolah terus menagih rasa gorengan yang di buat Bi Ijah. " Iya den..." Jawab Bi Ijah dengan senang. Mereka pun memakan gorengan sebagai menu sarapan mereka di pagi hari.. Kini Albi sudah terbiasa dengan hidup nya sekarang dan sudah meninggalkan kebiasaan lamanya mewah tapi menipu dirinya sendiri. Setelah menyelesaikan sarapan paginya mereka pun kembali bekerja mengambil peralatan pertukangan . Albi kembali lagi pada Bi Ijah dan bertanya menanyakan alamat rumah Bi Ijah . " Bi...sekarang bibi tinggal dim
Albi pun masih terus berjalan mengikuti arahan warga yang tadi di temuinya. Hingga ia menemukan rumah yang di tujunya. "Rumahnya bagus ! Tapi,kenapa Bi Ijah masih berjualan keliling ya ! Mungkin ia punya alasan sendiri" Albi berbicara dalam hati karena merasa heran. Dilihatnya Bi Ijah sedang mengawasi beberapa cucu-cucunya di sekitaran teras rumahnya. " Assalammu'alaikum " sapa Albi dengan ramah . "Wa'alaikum salam " jawab Bi Ijah dengan ramah. "Eh...nak Albi ayo,sini masuk !"Bi Ijah dengan ramah mempersilahkan tamunya masuk. "Ganggu gak bi" tanya Albi pelan takut kalau kedatangannya mengganggu yang punya rumah. "Nggak ganggu ! Bibi senang nak Albi mau berkunjung kesini !" Jawab kembali Bi Ijah dengan ramah. "Sana...main sama yang lain dulu !" Bi ijah menyuruh cucu-cucunya
" jadilah pemberontak yang baik ! Pemberontak yang tak merugikan banyak pihak ! Ingat meski kamu di lahirkan oleh orang tuamu tapi Hari dan Tia juga punya jasa yang besar dalam membesarkan dan nerawatmu ! Teruslah berjuang untuk mendapatkan hak mu mengembalikan data orang tuamu !namun perlu di ingat jangan sampai ada yang terluka ! Tugasmu berat nak !" " Aku tahu Bi," jawab Albi. " Bagaimana cara aku terpisah dari keluarga kandungku sendiri Bi ! Ceritakanlah yang sebenarnya bi ! Aku mohon ! " Pertanyaan Albi yang mengharapkan sebuah kejujuran seorang Bi Ijah. " Caranya yang salah karena sang nenek yang terlalu ikut campur dalam keluarga Ningsih yang sudah menikah !" " Hari tak kunjung di karuniai anak karena dia memberikan luka pada Ningsih Ibumu !" " Hari berdosa !" " Kenapa Bi ? "Tanya Albi kembali .
Zahra masih belum bisa memejamkan matanya begitu pun dengan Albi. Akhirnya Albi lah yang memutuskan untuk berkirim pesan menyapa Zahra terlebih dahulu. " PING " Albi mengirim pesan pada Zahra dan mengetes sudah tidur atau belum. Ternyata Zahra belum tidur juga terdengar dari bunyi pesan WA masuk. " PING juga " balasan dari Zahra. " Tadi nyariin kesini ada apa ? Aku tadi keluar ada sesuatu yang penting !" Pesan dari Albi untuk Zahra. " Tadinya mau nagih janji buat di traktir! Eh...tahunya yang janjiinya sedang keluar ! Ya,udah balik kanan lagi aja !" Jawaban pesan dari Zahra yang di baca Albi. '' besok sore aja ! Gimana ? Itu juga kalau kamu nya gak sibuk !" Pesan dari Albi. ''ya,udah entar aku samperin ke sana deh! Bakal ngilang lagi gak !" Tanya Zahra kembali. " Nggak lah ! Kan
"Alhamdulillah...kenyang " Albi bersendawa." Mau tambah lagi ?" Tanya Albi sambil menaruh mangkuknya.Mereka berdua menyantap mie ayam buatan mas Supar di pinggir jalan.Hanya sandal yang bisa di jadikan alas untuk duduk .Albi mengira Zahra enggan atau menolaknya makan di tempat seperti ini karena dari tampilannya terlihat Zahra bukanlah anak dari kalangan biasa."Ini juga udah kenyang " jawab Zahra." Kamu sering kesini ?" Tanya Zahra sambil menaruh mangkuknya di bawah." Saat berstatus mahasiswa sih tiap hari kesini sampai sore terus pulang ke rumah magrib "" Walaupun tempat ini rame banyak mobil dan motor melintas tapi aku ngerasa tenang aja di sini ..." Albi belum menyelesaikan kalimatnya namun,Zahra sudah menyelanya." Tempat sebising ini kamu bilang tenang ! Atau jangan-jangan kamu salah minum ob
Tiga hari lamanya Bi Ijah tak berjualan seperti biasanya. "Hei...mau kemana lagi " Ridwan bertanya karena melihat Albi yang tergesa-gesa " Nyari angin " jawab Albi sambil berlalu menutup pintu. " Teman gak ada akhlak ... Nyari angin sendiri ! Gak di ajak lagi ! Asem deh ngobrol sendiri !" Gerutu Ridwan yang kesal karena tak pernah di ajak keluar. Albi berjalan kaki ke tempat Bi Ijah namun sayang hatinya bergetar dan langkah kakinya terhenti saat para warga,baru saja memulai acara tahlilan. " Siapa yang meninggal ? " Tanyanya dalam hati. " Jangan...jangan..." Antara yakin dan ragu ia menjawab pertanyaan dirinya sendiri. Albi pun ikut duduk bersama para warga dan ikut membacakan surat Yasin. Setelah acara selesai barulah Albi mendengar obrolan para warga. " Mudah-mudahan amal
Selesai melaksanakan ijab qobul dan resepsi mereka menikmati bulan madu selama satu Minggu. " Masih,sisa satu Minggu lagi nih ! Aku kan cuti dua Minggu jadi gimana kalau mulai petsiapan pindah ke rumah dinas ?" Tanya Albi pada Zahra. " Ya,sudah ayo " Zahra mengiyakan ajakan suaminya. Mereka berdua pun menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan terlebih dahulu untuk bisa memenuhi kehidupan mereka nantinya di sana. " Ayo" Albi mengajak Zahra untuk masuk. " Maaf,ya untuk sementara waktu tinggal dulu di rumah dinas dulub! Bukannya gak pengen punya rumah sendiri tapi terkadang tugas saya sebagai prajurit bisa di pindahkan sewaktu-waktu !" Albi menjelaskan agar Zahra tidak salah paham nantinya. " Iya,aku paham " Zahra memasukkan semua belanjaan ke dalam kulkas dan mulai menata barang - batang yang di belinya
Sekarang waktunya untuk menjalani prosedur nikah kantor.semua di lalui Zahra dengan hati yang dah Dig dug der. Bertemu dengan banyak orang bukanlah hal baru tapi jika mengurus sesuatu yang menyangkut dengan masa depan inilah yang harus di hadapinya sekarang bersama Albi. "Gimana,capek ?" Tanya Albi. " Iyasih capek ! Tapi,ya mau gimana lagi !aturan nya sudah begini ! Mau gak mau ya harus di lewati !" Jawab Zahra dengan rasa lelahnya. " Nyesel gak ?" Albi bertanya takut saja kalau Zahra merasa menyesal harus melewati prosedur seperti ini. " Anggap saja saya sedang menyusun skripsi !" Zahra menjawab demikian karena teringat dengan harus mengumpulkan beberapa berkas dan masuk ruangan sana sini. " Kalau,ditanya nanti tolong jangan bilang saya punya usaha sendiri ya Bi...!" Pinta Zahra. " Tergantung ! Alasannya apa
" berapa nominal yang biasa kamu setor per bulannya ?" Tanya Zahra. " Biasanya sih........!" Albi membisikkan nominal jumlahnya. " Karena tadinya usaha yang saya bangun tersebut awalnya hanya buat mengusir rasa kebosanan saja selepas dinas !" Albi mengingat awal usahanya di bangun. " Kenapa merasa bosan dengan dunia militer ?" Tanya Zahra. " Ya,bosan saja ! Karena saat tinggal di dalam asrama banyak ibu - ibu untuk menjodohkan saya ! Setiap hari harus menghindari mereka semua ! Ya,menghindar terus kan percuma juga ! Dari pada melakukan hal yang gak benar mendingan bikin usaha biar fokus saja gak suntuk gitu !" Albi mulai membuka masa lalunya. " Memang,di sana kamu gak pacaran gitu ?" Tanya Zahra dengan polosnya karena penasaran Albi memiliki mantan atau tidak. " Kalau yang ngejar saya sih banyak ! Cuman masalahnya saya yang pengen ngejar kamu ! Tapi,waktu itu ka
" jadi selama ini kamu mencemburui Sari ! Tanpa tahu Sari itu siapa ?" Pertanyaan dari Albi yang mengintimidasi Zahra langsung. " Karena , kamu yang bilang sendiri ! Sari dan saya sama pentingnya dalam hidup kamu !" Zahra kembali mempertegas kalimatnya. " Kamu tahu siapa itu Sari ?" Tanya Albi untuk memastikan. " Tidak tahu " jawab Zahra . " Sekarang diam dan jangan menyela !" Albi ingin agar saat dirinya bicara tidak ada yang menyelanya. " Sari dan Zahra sama pentingnya dalam hidup saya ! Mereka berdua hadir dan memberi saya motivasi untuk bisa melanjutkan hidup kembali dan menasehati saya agar tidak menyakiti banyak orang ! Terutama menyangkut keluarga !" " Sari yang kamu maksud adalah ibu kandung dari Azizah isteri dari Ridwan" "Terus kenapa kamu waktu itu kirim pesan ! Dan dalam ketikan jelas sekali menuli
Siang ini pesawat Albi akan berangkat pukul 02.00. Albi masih memiliki waktu di rumah keluarga kandungnya selama lima jam lagi sebelum ia benar - benar pergi ke pulau seberang lagi. " Kak,nanti di anterin siapa ?" Tanya sang adik. " Biasa...sendiri juga jadi !" Jawab Albi dengan santai. " Berarti sebelum berangkat ! Kita makan di luar dulu ya !" Pinta sang adik. " Di rumah juga bisa dek !" Albi sedang malas. " Ya,ini kan beda moment nya beda ! Kakak jarang ada di rumah juga ! Kan kakak cuti dua Minggu ! Ini baru juga tiga hari ! Kok,sudah mau balik lagi ?" Sang adik merasa heran. " Ada tugas dadakan ! " Jawab Albi dengan biasa padahal sebenarnya dia sedang berbohong . " Berarti nanti siang bisa kan ! Itung - itung makan siang juga ! Sebelum pergi lagi !" Pinta sang adik dengan manja. &nbs
" jadi maksudmu ? Kamu cemburu ?" Tanya Rama sekali lagi. " Jujur iya ! Dan Albi sangat membanggakan Sari ! Terbukti saat tadi siang Albi datang ke toko Zahra dan ia masih tetap membahas Sari ! Jika Sari memang lebih penting dalam hidupnya ! Maka Zahra lebih baik mundur ! Dan Albi selalu bilang bahwa Sari dan Saya sama pentingnya !" Zahra bercerita lagi. " Mungkin Sari itu ibunya " Rama menengahi arah pembicaraan Zahra. " Sari bukan ibu nya Albi ! Zahra tahu semua keluarga Albi entah itu ibunya,ayahnya ataupun adiknya ! Zahra tahu semua ! Bahkan cerita Albi yang identitasnya di palsukan semua ! Itu ulah keluarga besarnya !" Zahra bercerita lagi. " Kamu,sudah selidiki siapa itu Sari ?" Tanya Rama. Zahra hanya menggelengkan kepalanya. " Ya,sudah tidak usah di pikirkan lagi ! Jika memang bukan jodohmu ! Ayah juga tidak akan memaksamu untuk menerima A
Ningsih dan Wawan kembali lagi ke rumah mereka dan mereka melihat ke empat pengawal yang khusus yang di kirim Albi tinggal percis di seberang rumah mereka. " Kalau ada apa - apa ! Jangan sungkan ! Kalau mendesak berteriak lah ! Rumah kalian sudah di pasang kamera cctv !" Salah satu pengawal berucap tegas. " Ya,sudah istirahat saja dulu !" Titah Wawan kepada ke empat pengawalnya. Albi sebenarnya sudah tahu laporan dari para pengawalnya mengenai Ini Tia dan Hari namun,Albi belumbisa beranjak dari tempat Zahra karena urusannya dengan gadis itu masihnwlum selesai. Beruntung Albi meletakkan para pengawalnya di depan rumah keluarga kandungnya untuk menghalau sesuatu yang tidak di inginkan !mengingat dirinya harus berdinas luar yang jauh dari pantauan matanya. Albi masih belum bisa melepaskan Zahra begitu saja dan ia berpikir untuk datang ke rumah Zahra.
Ningsih dan Wawan pergi ke rumah sakit di jam yang sama saat Albi hendak keluar rumah untuk urusan Zahra. Wawan dan Ningsih masih terus dalam pengawasan melalui orang suruhan Albi dan Albi memerintahkan untuk selalu tetap waspada mengingat kelicikan Tia dan Hari sudah tidak perlu di ragukan lagi. Wawan dan Ningsih masih menikmati perjalanan selama enam puluh menit lamanya karena mereka sengaja tidak tinggal dalam satu kota bersama dengan kota yang di tempati Hari dan Tia. Manik mata Wawan terus mengawasi orang di samping dan kanan kiri mobilnya dan ia melihat dua motor yang sedari tadi terus bersamaan dengan dirinya melaju di jalanan. Insting seorang lelaki selalu benar jika ada orang yang terus mengawasi mereka namun,Wawan masih bersikap santai saja karena ia tidak ingin membuat sang isteri cemas dengan keadaan sekitarnya. Saat sampai di rumah sakit Wawan dan Hari berg
Albi menjadi pusat perhatian para pengunjung dan itu membuat Zahra semakin kesal. Albi tahu jika kehadirannya sangat tidak di inginkan oleh Zahra namun,ia tidak ingin menumpuk masalah yang sudah bertahun - tahun terutama mengenai Sari yang dialah artikan oleh Zahra karena saat Albi sebelum masuk ke dunia militer lewat Bi Sari lah Albi bisa mendapatkan info tentang perlakuan keluarga besarnya terhadap keluarga kandungnya. Zahra lebih memilih fokus mengeluarkan baju dari gudang untuk di masukkan ke dalam keranjang yang sudah tersedia. Albi membantu Zara dengan melobby para pengunjung yang datang ke toko Zahra dan pada hari itu juga toko Zahra menjadi ramai sekali dan mendapatkan omset yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Jika saja kesalah pahaman itu tidak pernah terjadi maka dapat di pastikan Albi dan Zahra pasti sudah bersatu bahkan mungkin udah pnya anak di tengah - tengah mereka.