Zahra masih belum bisa memejamkan matanya begitu pun dengan Albi.
Akhirnya Albi lah yang memutuskan untuk berkirim pesan menyapa Zahra terlebih dahulu.
" PING " Albi mengirim pesan pada Zahra dan mengetes sudah tidur atau belum.
Ternyata Zahra belum tidur juga terdengar dari bunyi pesan WA masuk.
" PING juga " balasan dari Zahra.
" Tadi nyariin kesini ada apa ? Aku tadi keluar ada sesuatu yang penting !" Pesan dari Albi untuk Zahra.
" Tadinya mau nagih janji buat di traktir! Eh...tahunya yang janjiinya sedang keluar ! Ya,udah balik kanan lagi aja !" Jawaban pesan dari Zahra yang di baca Albi.
'' besok sore aja ! Gimana ? Itu juga kalau kamu nya gak sibuk !" Pesan dari Albi.
''ya,udah entar aku samperin ke sana deh! Bakal ngilang lagi gak !" Tanya Zahra kembali.
" Nggak lah ! Kan sudah bikin janji !" Jawab Albi kembali.
Di dalam hatinya Zahra ingin sekali bertanya kemarin kemana kok lama sekali ? Padahal dirinya menunggu di warung seberang jalan selama satu jam.
Walaupun Zahra di Landa rasa kepo yang dalam tapi ia urungkan niatnya karena bagaimanapun itu menyangkut pribadi diri sendiri.
Melihat keponakannya masih asyik berselancar di dunia maya.sang paman pun dengan sengaja berdiri di belakang Zahra tanpa sepengetahuan Zahra.
" Hmmm" suara paman mengagetkan Zahra.
" Belum tidur ? Nongkrong online bareng siapa ?" Tanya sang paman.
" Oh...itu..." Zahra menjawab tapi bingung kata-kata apa yang harus di keluarkan oleh mulutnya.
" Ya,sudah paman juga gak mau tahu ini !" Jawab sang paman karena melihat keponakannya yang sedang bingung.
" Paman , kapan pulang lagi ke Sulawesi ?'' tanya Zahra menutupi kegugupannya yang tadi karena ketahuan bareng sedang nongkrong online.
" Bukan,pulang ! Pertanyaanmu itu harus di ralat ! Kalau pulang ! Ya,ke tanah Jawa ini ! Kalau ke Sulawesi itu harusnya " pergi " ! " Sang paman mencoba membenarkan kalimat yang Zahra ucapkan.
'' hehe..." Zahra hanya bisa tertawa kecil karena apa yang telah di ucapkan ya memang salah.
" Dua hari lagi ! Kenapa ?" Tanya sang paman.
" Kok,cepet amat !" Zahra protes.
" Tugas ....! Gak bisa di tinggal juga mau persiapan buat pembukaan calon TNI yang baru ! Kan harus rapat dulu pembentukan panitianya !gak gampang itu !" Sang paman menuturkan penjelasannya.
" Kalau jadi TNI bayar gak ?" Tanya Zahra kembali.
" Gratis ... Semua fasilitas di sediakan pemerintah !"
" Lulusan nya harus SMA ya !" Tanya Zahra lagi.
" SMP juga bisa ! Masuknya golongan Tamtama !"
" Terus kalau lulus dan berhasil dengan mendapatkan predikat terbaik biasanya akan di kasih hadiah !" Sang paman menuturkan penjelasannya.
" Ada yang orang tua nya di bangunin rumah ! Maksudnya renovasi ! Ada juga yang di buatkan usaha orang tuanya ! Kenapa tanya - tanya mau daftar jadi Kowad kamu ?" Sang paman pun merasa curiga karena pertanyaan Zahra yang aneh dan tiba-tiba ia bertanya tentang TNI.
"Ternyata gak butuh modal ya ! Kirain harus bayar pendaftaran dulu !" Zahra baru mengetahuinya.
"Modalnya cuman tekad,keberanian,dan bekal do'a orang tua insya Allah pasti berhasil "
" Kenapa ? Mau di cariin jodoh yang profesinya TNI ya !" Tanya sang paman yang menaruh rasa curiga.
" Nggak ! Cuman pengen tahu aja !" Jawab Zahra kemudian berlalu meninggalkan sang paman.
" Lebih baik menghindar dari pada terus di introgasi !" Zahra berbicara dalam hati.
Zahra pun kembali ke kamarnya.
Malam kini mejadi peristirahatan tubuh mereka yang di selimuti dengan mimpi.
_-_-_-_-_-
Zahra masih di sibukkan dengan kegiatannya sebagai mahasiswa sedangkan Albi di sibukkan dengan tenaganya yang harus mengangkut bata merah.
Tak ada kata penyesalan dalam hati Albi jika ini jalan yang di pilih dirinya!
Yang ia sesali adalah identitas dirinya yang telah berubah ! Sebagai seorang anak ia sadari betul bahwa dirinya belum berakti kepada kedua orang tua kandungnya dan kedua orang tua angkatnya.
Albi harus bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus menyakiti pihak mana pun . Karena bila sedikit saja ia salah melangkah maka yang namanya luka walaupun hanya tergores tapi sakitnya di dalam hati akan terus berkibar sampai srpanjang hidupnya.
Sore hari Zahra sudah menunggu Albi di parkiran tempat kosan.
Zahra mengabari Albi lewat ponselnya dan mengirim pesan.
" Udah sampe " pesan yang di kirim Zahra pada Albi.
" Ok..." Jawab singkat Albi.
Albi pun menghpiri Zahra yang sedang duduk di atas motor maticnya.
" Jangan di sini !" Zahra merasa risih.
Albi pun memahami keinginan Zahra.
" Ya,udah ayo langsung !" Albi mengajak Zahra.
"Kemana ?" Tanya Zahra bingung.
" Traktir lah ! Aku juga lapar belum makan !" Jawab Albi polos.
" Turun dong neng !" Albi menyuruh Zahra untuk turun dari motornya.
" Masa iya, saya di boncengan kamu ! Gengsi dong !" Tambah Albi lagi.
" Hahaha..." Zahra kemudian tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya sesaat setelah Abi mengucapkan kata gengsi.
Mereka pun berlalu pergi ke luar area kos-kosan dan mulai mengitari jalan.
" Kamu tiap hari beli makan !" Tanya Zahra yang duduk di belakang motor.
"Iya...!" Jawab Albi.
" Kenapa gak ngirit ! Beli kan boros !"
" Mau gimana lagi ! Masak gak ada alat nya ! Kalaupun ada,gak bisa masaknya ! Ya...beli aja" jawab Albi sambil pandangan fokus ke jalanan.
" Harusnya beli Magicom dong kalau gitu ! Biar nasinya bikin sendiri ! Terus lauk pauk atau sayurnya beli " Zahra memberi saran.
" Bener juga ya ! Gak sempat mikir ke sana sih !" Albi mencerna saran Zahra.
" Iya deh ! Nanti balik traktir kamu sekalian antar aku beli itu barang ya !" Albi meminta Zahra untuk mengantarnya berbelanja.
" Ya ...mau makan kemana sih ? Kok harus jauh gini !" Tanya Zahra.
" Mau makan mie ayam ! Harganya murah,enak dan banyak yang beli di sana tapi kita makannya di pinggir jalan ! Ya,kalau gak suka cari tempat lain aja !" Albi takut kalau Zahra nggak mau.
"Hmmm jadi penasaran "jawab Zahra.
" Masih jauh gak !" Dua belokan lagi ! Kanan dan kiri " jawab Albi sambil tertawa.
"Eh...yang benar !" Zahra merasa kesal.
" Tuh...tempatnya rame kan ! Banyak yang ngantrinya !"
Albi pun memarkirkan motor matic milik Zahra dan mereka pun ikut mengantri seperti para penikmat pecinta mie ayam Mas Supar.
" Eh,...nak Albi ! Wah , tumben nih bawa pacar !" Sapa Mas Supar karena baru pertama kali melihat Albi membawa gadis.
Albi hanya menjawab dengan senyuman saja ! Walaupun di belakangnya sorot mata Zahra sedang tak bersahabat.
Zahra yang berdiri di belakang tubuh Albi seolah sedang menanti klarifikasi dari Albi.
Albi seolah tak peduli dengan sorotan mata tajam Zahra yang sedang menuntut penjelasan ! Ia lebih memilih segera mengambil dua porsi mangkok mie ayam dan berlalu untuk segera mengambil tempat duduk.
" Makan dulu ! Jangan tanya "
"Alhamdulillah...kenyang " Albi bersendawa." Mau tambah lagi ?" Tanya Albi sambil menaruh mangkuknya.Mereka berdua menyantap mie ayam buatan mas Supar di pinggir jalan.Hanya sandal yang bisa di jadikan alas untuk duduk .Albi mengira Zahra enggan atau menolaknya makan di tempat seperti ini karena dari tampilannya terlihat Zahra bukanlah anak dari kalangan biasa."Ini juga udah kenyang " jawab Zahra." Kamu sering kesini ?" Tanya Zahra sambil menaruh mangkuknya di bawah." Saat berstatus mahasiswa sih tiap hari kesini sampai sore terus pulang ke rumah magrib "" Walaupun tempat ini rame banyak mobil dan motor melintas tapi aku ngerasa tenang aja di sini ..." Albi belum menyelesaikan kalimatnya namun,Zahra sudah menyelanya." Tempat sebising ini kamu bilang tenang ! Atau jangan-jangan kamu salah minum ob
Tiga hari lamanya Bi Ijah tak berjualan seperti biasanya. "Hei...mau kemana lagi " Ridwan bertanya karena melihat Albi yang tergesa-gesa " Nyari angin " jawab Albi sambil berlalu menutup pintu. " Teman gak ada akhlak ... Nyari angin sendiri ! Gak di ajak lagi ! Asem deh ngobrol sendiri !" Gerutu Ridwan yang kesal karena tak pernah di ajak keluar. Albi berjalan kaki ke tempat Bi Ijah namun sayang hatinya bergetar dan langkah kakinya terhenti saat para warga,baru saja memulai acara tahlilan. " Siapa yang meninggal ? " Tanyanya dalam hati. " Jangan...jangan..." Antara yakin dan ragu ia menjawab pertanyaan dirinya sendiri. Albi pun ikut duduk bersama para warga dan ikut membacakan surat Yasin. Setelah acara selesai barulah Albi mendengar obrolan para warga. " Mudah-mudahan amal
Albi tak pernah bisa memilih antara Bi Sari ataupun Zahra.Zahra masih dalam mode ngambeknya." Sekali-kali dia lah yang cari saya ! " Zahra membalikkan ponsel miliknya agar tak terlihat lagi nama Albi.Keesokkan paginya Albi masih sibuk memeriksa pesan atau panggilan masuk dari Zahra.namun,tak ada satupun balasan chat atau panggilan balik dari Zahra.Kini Albi sendiri yang merasa bingung." Gak biasanya dia seperti ini ! Apa aku salah ya !" Albi sejenak berpikir." Ah...sudahlah " Albi menaruh kembali ponsel ke dalam sakunya." Ayo..." Ajak Ridwan setelah memakai sepatunya.Saran dari Zahra untuk membuat nasi sendiri kini Albi terapkan sendiri dalam hidupnya.Ia pun berbagi nasi dengan Ridwan teman sekamarnya.Awalnya Albi kesulitan menakar air untuk menanak nasi karena
Zahra tak mau berburuk sangka pada Albi dan ia pun memutuskan untuk membalas chat dari Albi. "Hari Minggu jangan kemana - mana !" Pesan untuk Albi. Ada rasa bahagia pada diri Albi karena Zahra membalas pesannya walaupun dalam hatinya ia masih mempertanyakan tentang solusi dari permasalahan yang di hadapinya kini. "Hari Senin sampai Sabtu jangan ganggu aku !" Pesan nya lagi untuk Albi. " Ok " jawab Albi singkat. Zahra menganggap agar Albi bisa bersama Sari teman barunya dan dengan dirinya hanya di waktu hari Minggu saja. Ada renncana yang ingin segera ia praktekan pada Albi. " Mudah-mudahan berhasil " gumam Zahra. " Harus berhasil " Zahra berbicara dalam hati untuk menyemangati dirinya. Ia bukanlah sosok gadis yang gampang menyerah sebelum mencapai target yang
Sepasang suami isteri yang tak lain Hari dan Tia berkunjung dengan pintu yang terus di gedor-gedor seperti tak ada akhlak seolah Ningsih dan Wawan sedang menyembunyikan harta Karun miliknya.Ningsih tidak berjalan ke arah pintu utama di mana Hari dan Tia masih menggedor-gedor pintu rumahnya.Ia lebih memilih masuk ke dapur dan menyembunyikan di dalam wadah tempat beras yang di berikan Albi lewat Zahra" Sebentar..." Jawab Ningsih sopan sambil berjalan dan membukakan pintu." Saya tidak mau berbasa basi mana Albi ?" Tanya Tia dengan angkuh.Hari memaksa berjalan memasuki rumah tanpa permisi pada tuan rumahnya.Sorot matanya terus mengitari sekeliling tempat itu dan hasilnya masih tetap nihil.Hingga Hari merasa curiga pada Zahra yang sedang berkunjung ke rumah itu." Siapa kamu ?" Matanya kini menyoroti Zahra.Z
" sekarang Rika ! Rika memiliki paras yang cantik ! Karena parasnya yang cantik ia bertingkah layaknya ratu yang ingin di layani ! "" Ibumu membantu keuangan keluarga tetapi nama Rika yang mencuat ke permukaan bahwa seolah-olah Rika lah yang memenuhi kebutuhan nenekmu !"" Pekerjaan Rika waktu itu apa Bi ?" Tanya Albi." Rika bekerja sebagai SPG di salah satu pusat perbelanjaan ! Gajinya yang di bawah UMR tapi punya banyak duit aneh kan ?"Mimik wajah Albi juga heran bertanya-tanya dalam hati namun ia lebih memilih diam dan fokus pada Bi Sari yang sedang bercerita."Dulu boss nya tempat bekerja mempercayakan toko miliknya pada Rika dan Rika memanfaatkan kesempatan itu untuk berbuat curang ." Hal ini terjadi lantaran keegoisan nenekmu yang minta di belikan ini dan itu sehingga pikiran busuk pun muncul di benak Rika !"" Rika memang berha
Pagi menjelang menuntun Albi dan Ridwan untuk segera melakukan Alktivitas seperti biasanya. Albi lebih awal pergi ke tempat kerjanya karena ingin membuat barble dari kaleng yang nantinya akan di isi Semen dan di beri gagang besi di tengah-tengahnya sebagai penyangga dan genggaman tangannya. Jika tak ada alat mewah untuk fitnes maka Albi lebih memilih untuk memakai bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Semua rekan kerjanya tak ada yang tahu rencana Albi untuk masuk menjadi anggota TNI . Albi sendiri mempunyai tujuan sendiri jika kelak ia lolos dan di terima resmi sebagai TNI. Sebelum para rekannya datang Albi lebih memilih mengaduk-ngaduk semen yang sudah di beri air. Kemudian Albi memasukkannya ke dalam kaleng kosong bekas susu berukuran sedang dan tak lupa ia memasukkan besi berukuran sedang ke dalam kaleng tersebut yang sebelumnya suda
Hari Sabtu biasanya para pekerja buruh bangunan seperti Albi dan Ridwan di perbolehkan pulang lebih awal satu jam oleh mandor mereka. Albi tidak ingin melewatkan kesempatan ini ! Ia lebih memilih untuk pergi ke rumah Bi Sari memperbanyak informasi sebanyak mungkin agar ia tidak salah langkah dalam mengambil tindakan. " Assalammu'alaikum " Albi mengucapkan salam sambil mengetuk pintu terlebih dahulu. " Wa'alaikum salam " jawab Azizah anak Bi Sari. " Mau cari siapa ya ? " Tanya Azizah dengan sopan. " Mau cari Bi Sari !" Jawab Albi dengan ramah juga . " Oh,ibu...mari masuk !" Azizah mempersilahkan tamu ibunya masuk. " Sebentar sayapanggilkan ibu dulu ya " Azizah berkata seraya pergi meninggalkan Albi untuk menemui ibunya yang sedang memasukkan anak ayam ke kandangnya di belakang rumah. " Bu...ada yang car
Selesai melaksanakan ijab qobul dan resepsi mereka menikmati bulan madu selama satu Minggu. " Masih,sisa satu Minggu lagi nih ! Aku kan cuti dua Minggu jadi gimana kalau mulai petsiapan pindah ke rumah dinas ?" Tanya Albi pada Zahra. " Ya,sudah ayo " Zahra mengiyakan ajakan suaminya. Mereka berdua pun menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan terlebih dahulu untuk bisa memenuhi kehidupan mereka nantinya di sana. " Ayo" Albi mengajak Zahra untuk masuk. " Maaf,ya untuk sementara waktu tinggal dulu di rumah dinas dulub! Bukannya gak pengen punya rumah sendiri tapi terkadang tugas saya sebagai prajurit bisa di pindahkan sewaktu-waktu !" Albi menjelaskan agar Zahra tidak salah paham nantinya. " Iya,aku paham " Zahra memasukkan semua belanjaan ke dalam kulkas dan mulai menata barang - batang yang di belinya
Sekarang waktunya untuk menjalani prosedur nikah kantor.semua di lalui Zahra dengan hati yang dah Dig dug der. Bertemu dengan banyak orang bukanlah hal baru tapi jika mengurus sesuatu yang menyangkut dengan masa depan inilah yang harus di hadapinya sekarang bersama Albi. "Gimana,capek ?" Tanya Albi. " Iyasih capek ! Tapi,ya mau gimana lagi !aturan nya sudah begini ! Mau gak mau ya harus di lewati !" Jawab Zahra dengan rasa lelahnya. " Nyesel gak ?" Albi bertanya takut saja kalau Zahra merasa menyesal harus melewati prosedur seperti ini. " Anggap saja saya sedang menyusun skripsi !" Zahra menjawab demikian karena teringat dengan harus mengumpulkan beberapa berkas dan masuk ruangan sana sini. " Kalau,ditanya nanti tolong jangan bilang saya punya usaha sendiri ya Bi...!" Pinta Zahra. " Tergantung ! Alasannya apa
" berapa nominal yang biasa kamu setor per bulannya ?" Tanya Zahra. " Biasanya sih........!" Albi membisikkan nominal jumlahnya. " Karena tadinya usaha yang saya bangun tersebut awalnya hanya buat mengusir rasa kebosanan saja selepas dinas !" Albi mengingat awal usahanya di bangun. " Kenapa merasa bosan dengan dunia militer ?" Tanya Zahra. " Ya,bosan saja ! Karena saat tinggal di dalam asrama banyak ibu - ibu untuk menjodohkan saya ! Setiap hari harus menghindari mereka semua ! Ya,menghindar terus kan percuma juga ! Dari pada melakukan hal yang gak benar mendingan bikin usaha biar fokus saja gak suntuk gitu !" Albi mulai membuka masa lalunya. " Memang,di sana kamu gak pacaran gitu ?" Tanya Zahra dengan polosnya karena penasaran Albi memiliki mantan atau tidak. " Kalau yang ngejar saya sih banyak ! Cuman masalahnya saya yang pengen ngejar kamu ! Tapi,waktu itu ka
" jadi selama ini kamu mencemburui Sari ! Tanpa tahu Sari itu siapa ?" Pertanyaan dari Albi yang mengintimidasi Zahra langsung. " Karena , kamu yang bilang sendiri ! Sari dan saya sama pentingnya dalam hidup kamu !" Zahra kembali mempertegas kalimatnya. " Kamu tahu siapa itu Sari ?" Tanya Albi untuk memastikan. " Tidak tahu " jawab Zahra . " Sekarang diam dan jangan menyela !" Albi ingin agar saat dirinya bicara tidak ada yang menyelanya. " Sari dan Zahra sama pentingnya dalam hidup saya ! Mereka berdua hadir dan memberi saya motivasi untuk bisa melanjutkan hidup kembali dan menasehati saya agar tidak menyakiti banyak orang ! Terutama menyangkut keluarga !" " Sari yang kamu maksud adalah ibu kandung dari Azizah isteri dari Ridwan" "Terus kenapa kamu waktu itu kirim pesan ! Dan dalam ketikan jelas sekali menuli
Siang ini pesawat Albi akan berangkat pukul 02.00. Albi masih memiliki waktu di rumah keluarga kandungnya selama lima jam lagi sebelum ia benar - benar pergi ke pulau seberang lagi. " Kak,nanti di anterin siapa ?" Tanya sang adik. " Biasa...sendiri juga jadi !" Jawab Albi dengan santai. " Berarti sebelum berangkat ! Kita makan di luar dulu ya !" Pinta sang adik. " Di rumah juga bisa dek !" Albi sedang malas. " Ya,ini kan beda moment nya beda ! Kakak jarang ada di rumah juga ! Kan kakak cuti dua Minggu ! Ini baru juga tiga hari ! Kok,sudah mau balik lagi ?" Sang adik merasa heran. " Ada tugas dadakan ! " Jawab Albi dengan biasa padahal sebenarnya dia sedang berbohong . " Berarti nanti siang bisa kan ! Itung - itung makan siang juga ! Sebelum pergi lagi !" Pinta sang adik dengan manja. &nbs
" jadi maksudmu ? Kamu cemburu ?" Tanya Rama sekali lagi. " Jujur iya ! Dan Albi sangat membanggakan Sari ! Terbukti saat tadi siang Albi datang ke toko Zahra dan ia masih tetap membahas Sari ! Jika Sari memang lebih penting dalam hidupnya ! Maka Zahra lebih baik mundur ! Dan Albi selalu bilang bahwa Sari dan Saya sama pentingnya !" Zahra bercerita lagi. " Mungkin Sari itu ibunya " Rama menengahi arah pembicaraan Zahra. " Sari bukan ibu nya Albi ! Zahra tahu semua keluarga Albi entah itu ibunya,ayahnya ataupun adiknya ! Zahra tahu semua ! Bahkan cerita Albi yang identitasnya di palsukan semua ! Itu ulah keluarga besarnya !" Zahra bercerita lagi. " Kamu,sudah selidiki siapa itu Sari ?" Tanya Rama. Zahra hanya menggelengkan kepalanya. " Ya,sudah tidak usah di pikirkan lagi ! Jika memang bukan jodohmu ! Ayah juga tidak akan memaksamu untuk menerima A
Ningsih dan Wawan kembali lagi ke rumah mereka dan mereka melihat ke empat pengawal yang khusus yang di kirim Albi tinggal percis di seberang rumah mereka. " Kalau ada apa - apa ! Jangan sungkan ! Kalau mendesak berteriak lah ! Rumah kalian sudah di pasang kamera cctv !" Salah satu pengawal berucap tegas. " Ya,sudah istirahat saja dulu !" Titah Wawan kepada ke empat pengawalnya. Albi sebenarnya sudah tahu laporan dari para pengawalnya mengenai Ini Tia dan Hari namun,Albi belumbisa beranjak dari tempat Zahra karena urusannya dengan gadis itu masihnwlum selesai. Beruntung Albi meletakkan para pengawalnya di depan rumah keluarga kandungnya untuk menghalau sesuatu yang tidak di inginkan !mengingat dirinya harus berdinas luar yang jauh dari pantauan matanya. Albi masih belum bisa melepaskan Zahra begitu saja dan ia berpikir untuk datang ke rumah Zahra.
Ningsih dan Wawan pergi ke rumah sakit di jam yang sama saat Albi hendak keluar rumah untuk urusan Zahra. Wawan dan Ningsih masih terus dalam pengawasan melalui orang suruhan Albi dan Albi memerintahkan untuk selalu tetap waspada mengingat kelicikan Tia dan Hari sudah tidak perlu di ragukan lagi. Wawan dan Ningsih masih menikmati perjalanan selama enam puluh menit lamanya karena mereka sengaja tidak tinggal dalam satu kota bersama dengan kota yang di tempati Hari dan Tia. Manik mata Wawan terus mengawasi orang di samping dan kanan kiri mobilnya dan ia melihat dua motor yang sedari tadi terus bersamaan dengan dirinya melaju di jalanan. Insting seorang lelaki selalu benar jika ada orang yang terus mengawasi mereka namun,Wawan masih bersikap santai saja karena ia tidak ingin membuat sang isteri cemas dengan keadaan sekitarnya. Saat sampai di rumah sakit Wawan dan Hari berg
Albi menjadi pusat perhatian para pengunjung dan itu membuat Zahra semakin kesal. Albi tahu jika kehadirannya sangat tidak di inginkan oleh Zahra namun,ia tidak ingin menumpuk masalah yang sudah bertahun - tahun terutama mengenai Sari yang dialah artikan oleh Zahra karena saat Albi sebelum masuk ke dunia militer lewat Bi Sari lah Albi bisa mendapatkan info tentang perlakuan keluarga besarnya terhadap keluarga kandungnya. Zahra lebih memilih fokus mengeluarkan baju dari gudang untuk di masukkan ke dalam keranjang yang sudah tersedia. Albi membantu Zara dengan melobby para pengunjung yang datang ke toko Zahra dan pada hari itu juga toko Zahra menjadi ramai sekali dan mendapatkan omset yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Jika saja kesalah pahaman itu tidak pernah terjadi maka dapat di pastikan Albi dan Zahra pasti sudah bersatu bahkan mungkin udah pnya anak di tengah - tengah mereka.