Zahra tak mau berburuk sangka pada Albi dan ia pun memutuskan untuk membalas chat dari Albi.
"Hari Minggu jangan kemana - mana !" Pesan untuk Albi.
Ada rasa bahagia pada diri Albi karena Zahra membalas pesannya walaupun dalam hatinya ia masih mempertanyakan tentang solusi dari permasalahan yang di hadapinya kini.
"Hari Senin sampai Sabtu jangan ganggu aku !" Pesan nya lagi untuk Albi.
" Ok " jawab Albi singkat.
Zahra menganggap agar Albi bisa bersama Sari teman barunya dan dengan dirinya hanya di waktu hari Minggu saja.
Ada renncana yang ingin segera ia praktekan pada Albi.
" Mudah-mudahan berhasil " gumam Zahra.
" Harus berhasil " Zahra berbicara dalam hati untuk menyemangati dirinya.
Ia bukanlah sosok gadis yang gampang menyerah sebelum mencapai target yang di inginkannya.
Tibalah hari Minggu di mana perjanjian yang berlaku untuk Albi dan Zahra.
Mereka bertemu bukan untuk pedekate melainkan Zahra ingin melihat langsung bagaimana reaksi Albi ?apa masih penasaran dengan solusi yang akan di berikan padanya .
" Tambah hitam..." Zahra melihat kulit Albi yang dulunya putih bersih kini menjadi warna kecoklatan.
" Ini...baru laki..." Jawab Albi bangga.
" Apa solusinya ?" Tanya Albi.
" Kirain ... Lupa ingatan !" Jawab Zahra.
" Langsung aja...pemanasan dulu !"
" Solusi apaan ini ? Pakai acara pemanasan segala ?" Albi belum paham apa yang di rencanakan oleh Zahra.
" Bawel...! Atau bilang aja lupa gak tahu kalimat dari " pemanasan " Zahra sengaja mengoceh otak Albi.
" Pemanasan olahraga kan ?" Tanya Albi untuk memastikannya.
" Hmm...." Jawab Zahra singkat.
" Ok...otakku masih hafal nona ! Masa iya di uji seperti ini gak bisa !" Celetuk Albi sambil bersiap-siap.
Kini Zahra berlaga seolah mentor Albi.
" Semuanya di lakukan sebanyak sepuluh-sepuluh ya !" Perintah Zahra.
Setelah selesai melakukan pemanasan Zahra menyuruh Albi untuk berlari mengelilingi lapangan bola di dekat komplek yang ukuran luasnya tak sebanding dengan yang asli.maklum,lapangan ini hanya disediakan khusus untuk ukuran anak-anak saja !
" Baru sepuluh , kenapa berhenti !" Omel Zahra.
"Cape...bentar istirahat dulu !" Jawab Albi dengan suara ngos-ngosan di campur dengan keringat yang mengucur di wajahnya.
" Enak aja ...gak bisa !" Zahra memerintah layaknya mentor.
" Solusi kok seperti ini " gerutu Albi sambil berlari lagi.
" Harus berapa keliling lagi ?" Tanya Albi sambil berteriak.
" Tiga puluh minimal dan lima puluh makaimal ! Tinggal pilih !" Jahra menjawab sambil berteriak juga.
" Di tawar ya,dua puluh lima aja !" Teriak Albi kembali di seberang lapang.
" Ok !" Jawab Zahra sambil berteriak.
" Ini baru permulaan !" Gumam Zahra dalam hati.
Setelah menyelesaikan putarannya sebanyak dua puluh lima kali persis yang telah di sepakati kedua belah pihak.kini Albi berhenti tepat di depan Zahra.
Badan Albi langsung berbaring di taman hingga rasa letihnya pun masih terasa.
Antara kasihan Zahra melihat Albi kemudian Zahra menyodorkan botol minuman air mineral pada Albi.
Namun,Albi dengan sengaja membuka botol tersebut tetapi airnya bukan untuk di minum sebagai pelepas dahaga namun,ia mengguyurnya tepat ke mukanya sendiri.
" Albi..." Zahra bangkit dari tempat duduknya dan memarahi Albi.
" Hmmm...segar ..." Jawab Albi sambil terus mengusap wajahnya.
" Bukannya di minum ! Ini malah di guyur ke muka sih !" Zahra benar-benar merasa jengkel.
" Kenapa ? Mau coba basah-basahan ! Sini aku guyurin !" Albi sengaja mengerjai Zahra.
Kini tubuh Albi mendekat pada Zahra dan sontak saja Zahra merasa kaget dengan gertakan Albi.
" Kamu ngerjain saya ya..?" Tanya Albi pasti dengan muka yang masih mendekat pada wajah Zahra.
" Bukan begitu..." Zahra mendorong badan Albi.
"Terus apa maksudmu ?" Albi sengaja mengguyurkan airnya lagi ke rambutnya tepat di depan Zahra.
" Kamu salah paham Bi..." Zahra langsung menyingkir.
" Terus apa maksudmu ?" Emosi Albi mulai kesal.
Zahra kemudian duduk kembali dan masih menyaksikan Albi yang sedang asyik memeras rambutnya yang mulai agak gondrong sedikit.
" Kamu harus masuk militer !" Zahra berbicara dengan tegas.
" Saran apa itu ? Bahaya identitas ku palsu semua ! Kamu tahu itu !" Albi berbalik badan dan berjongkok di hadapan Zahra.
"Sini aku bisikkan."Zahra berbicara sesuatu.
" Yakin .... Itu bisa " tanya Albi pasti.
" Yang penting sekarang lolos dulu !semangat untuk berlatih !" Zahra menyemangati.
" Fisik jangan lemah ! Pola makan di jaga ! Jangan begadang ! " Zahra mengingatkan Albi.
" Saya sekarang masak sendiri di ajari Ridwan temanku " jawab Albi.
" Teman yang waktu itu " tanya Zahra pelan.
" Hmmm..."jawab Albi singkat.
" Bisa bantu saya lagi ? Please !" Albi memohon pada Zahra.
" Apa ? " Tanya Zahra.
" Sebenarnya saya pingin kirim uang buat orang tua saya ! Tapi kalau saya yang mengunjungi mereka rasanya gak mungkin !kamu tahu sendiri kan !"
" Iya ... Aku paham " Zahra mengerti dengan situasi yang di hadapi Albi.
" Ini " Albi menyodorkan pecahan uang berwarna merah sebanyak sepuluh lembar pada tangan Zahra.
" Kamu masih pegang uang kan ?" Tanya Zahra tanpa bermaksud untuk menyinggung Albi.
" Tenang...sekarang pengeluaran buat makan sedang di usahakan tidak boros ! Karena nasi dan lauk-pauknya masak sendiri jadi keuangan bisa berhemat" Albi menjelaskan pada Zahra.
Albi mengetikkan sesuatu di ponselnya kemudian mengirimkannya ke Zahra.
" Itu alamatnya "
" Hmmm...baiklah aku pamit dulu ya ! Takut ayah marah !" Zahra berpamitan pada Albi.
Zahra pun berlalu meninggalkan Albi.
" Terima kasih" teriak Albi yang melihat Zahra telah berlalu dengan menaiki motor maticnya
Zahra melihat sepintas di kaca spionnya dan indera pendengarannya masih bisa menangkap yang Albi sampaikan.
Seperti janjinya pada Albi sebelum pulang ke rumah nya.Zahra pun mampir ke tempat alamat yang di berikan oleh Albi.
" Tok...tok Assalammu'alaikum" Zahra mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.
" Wa'alaikum salam " jawab seorang wanita paruh baya dari dalam rumah.
" Cari siapa ya neng " tanya Ningsih dengan sopan.
" Bisa bicara di dalam " Zahra sengaja ingin berbicara pada ibu kandung Albi.
" Ayo,silahkan masuk " Ningsih mempersilahkan tamunya .
" Tenang,Bu saya kemari di suruh Albi untuk mengantarkan uang ini !" Zahra pun menyodorkan uang pemberian dari Albi
" Albi dimana ?" Tanya Ningsih dengan berurai air mata.
" Albi baik-baik saja Bu , kata Albi ibu jangan khawatir dengan kondisi Albi "
" Maaf,Albi belum bisa menemui ibu langsung ! Bukan maksud dirinya menjauh tapi dengan keadaan sekarang maka situasinya akan lebih memperparah keadaan Bu ... Mohon ibu lebih bersabar dan mengerti " Zahra mencoba menenangkan Ningsih.
" Sampaikan salam kangen saya untuk Albi " Ningsih berucap sambil berurai air mata.
" Ada yang ingin ibu sampaikan " tanya Zahra lagi sebelum pamit pulang.
" Do'a ibu menyertaimu nak ... Lakukanlah apa yang menurutmu baik !" Ningsih mengucapkan Do'a yang tulus untuk Albi.
Zahra pun kemudian mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Albi.
Ningsih merasa senang dapat melihat putranya dari layar ponsel tapi saat asyik menatap putranya tiba-tiba terdengar suara yang nenggedor-gedor pintu rumahnya.
Sepasang suami isteri yang tak lain Hari dan Tia berkunjung dengan pintu yang terus di gedor-gedor seperti tak ada akhlak seolah Ningsih dan Wawan sedang menyembunyikan harta Karun miliknya.Ningsih tidak berjalan ke arah pintu utama di mana Hari dan Tia masih menggedor-gedor pintu rumahnya.Ia lebih memilih masuk ke dapur dan menyembunyikan di dalam wadah tempat beras yang di berikan Albi lewat Zahra" Sebentar..." Jawab Ningsih sopan sambil berjalan dan membukakan pintu." Saya tidak mau berbasa basi mana Albi ?" Tanya Tia dengan angkuh.Hari memaksa berjalan memasuki rumah tanpa permisi pada tuan rumahnya.Sorot matanya terus mengitari sekeliling tempat itu dan hasilnya masih tetap nihil.Hingga Hari merasa curiga pada Zahra yang sedang berkunjung ke rumah itu." Siapa kamu ?" Matanya kini menyoroti Zahra.Z
" sekarang Rika ! Rika memiliki paras yang cantik ! Karena parasnya yang cantik ia bertingkah layaknya ratu yang ingin di layani ! "" Ibumu membantu keuangan keluarga tetapi nama Rika yang mencuat ke permukaan bahwa seolah-olah Rika lah yang memenuhi kebutuhan nenekmu !"" Pekerjaan Rika waktu itu apa Bi ?" Tanya Albi." Rika bekerja sebagai SPG di salah satu pusat perbelanjaan ! Gajinya yang di bawah UMR tapi punya banyak duit aneh kan ?"Mimik wajah Albi juga heran bertanya-tanya dalam hati namun ia lebih memilih diam dan fokus pada Bi Sari yang sedang bercerita."Dulu boss nya tempat bekerja mempercayakan toko miliknya pada Rika dan Rika memanfaatkan kesempatan itu untuk berbuat curang ." Hal ini terjadi lantaran keegoisan nenekmu yang minta di belikan ini dan itu sehingga pikiran busuk pun muncul di benak Rika !"" Rika memang berha
Pagi menjelang menuntun Albi dan Ridwan untuk segera melakukan Alktivitas seperti biasanya. Albi lebih awal pergi ke tempat kerjanya karena ingin membuat barble dari kaleng yang nantinya akan di isi Semen dan di beri gagang besi di tengah-tengahnya sebagai penyangga dan genggaman tangannya. Jika tak ada alat mewah untuk fitnes maka Albi lebih memilih untuk memakai bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Semua rekan kerjanya tak ada yang tahu rencana Albi untuk masuk menjadi anggota TNI . Albi sendiri mempunyai tujuan sendiri jika kelak ia lolos dan di terima resmi sebagai TNI. Sebelum para rekannya datang Albi lebih memilih mengaduk-ngaduk semen yang sudah di beri air. Kemudian Albi memasukkannya ke dalam kaleng kosong bekas susu berukuran sedang dan tak lupa ia memasukkan besi berukuran sedang ke dalam kaleng tersebut yang sebelumnya suda
Hari Sabtu biasanya para pekerja buruh bangunan seperti Albi dan Ridwan di perbolehkan pulang lebih awal satu jam oleh mandor mereka. Albi tidak ingin melewatkan kesempatan ini ! Ia lebih memilih untuk pergi ke rumah Bi Sari memperbanyak informasi sebanyak mungkin agar ia tidak salah langkah dalam mengambil tindakan. " Assalammu'alaikum " Albi mengucapkan salam sambil mengetuk pintu terlebih dahulu. " Wa'alaikum salam " jawab Azizah anak Bi Sari. " Mau cari siapa ya ? " Tanya Azizah dengan sopan. " Mau cari Bi Sari !" Jawab Albi dengan ramah juga . " Oh,ibu...mari masuk !" Azizah mempersilahkan tamu ibunya masuk. " Sebentar sayapanggilkan ibu dulu ya " Azizah berkata seraya pergi meninggalkan Albi untuk menemui ibunya yang sedang memasukkan anak ayam ke kandangnya di belakang rumah. " Bu...ada yang car
"apa ibuku pernah menerima uluran tangan dari Andi adiknya ?" Tanya Albi untuk memastikan. " No....tidak ! Jika ibu dan ayahmu mendapatkan uluran tangan Andi pasti hidupnya tidak seperti sekarang ini ! Kamu pasti lebih paham apa yang bibi maksud !" " Setiap meminta bantuan pun Andi tak pernah mengulurkan tangannya ! Padahal kalau dari segi keringat danjada lebih banyak pengorbanan ibu dan ayahmu !" " Lalu,apakah nenek juga mendapatkan jatah bulanan dari Andi ?" Tanya Albi lagi. " Entahlah siapa yang benar dalam hal ini mengingat tabi'at nenekmu yang selalu mengadu dombakan !" " Andi bilang selalu memberi uang lewat tranferan ATM melalui Tia isteri dari Hari tapi,kata nenekmu Andi tak pernah mengirimi uang ! Kalau masalah ini hanya tuhan yang tahu !" " Banyak perkelahian batin di dalam keluarga besar ibumu ! Hal ini tak lain karena camp
" diam...dan dengarkan bibi yang bicara sekarang !" Albi menuruti semua kata-kata Bi Sari. " Tuti..." Bi Sari sedang mengingatnya . " Jujur...bibi kesal juga !" " Kenapa Bi ?" Tanya Albi. " Dia bermain licik saat pendaftaran sekolah !" Jawab Bi Sari. " Azizah jadi korbannya !" '' korban ? Maksudnya ?" Albi masih belum paham. " Tuti sama seperti Andi melakukan jalur belakang seperti Andi !" " Padahal seharusnya nama Azizah yang tertera di sana !" " Dari segi kualifikasi nilai dan jarak jelas Azizah menang ! Karena dari nilai Azizah melebihi Tuti dan dari segi jarak lebih dekat jarak rumah Azizah karena saat itu bibi masih menumpang di rumah mertua yang kebetulan jaraknya hanya 1 Km jauhnya !" " Padahal sudah ada
Khusus Hari Minggu Albi meluangkan waktunya untuk Zahra. Gadis penolong yang berbaik hati mengulurkan tangannya untuk Albi di saat otak dan pikiran Albi buntu. Albi sudah bersiap dengan pakaian olahraganya . Albi lebih memilih menggunakan celana training pendek dengan warna yang senada dengan kaos berwarna biru navy. Albi kini sedang mengikat tali sepatunya dan lagi-lagi Ridwan selalu kepo bertanya ini dan itu. " Pagi - pagi udah kinclong terus itu jambul sudah naik juga ! Mau ngapel Zahra ya !" Ridwan yang sudah mengetahui rutinitas Albi di hari Minggu . Albi tak menanggapi dengan serius ucapan Ridwan yang penting bagi dirinya Albi bisa fokus kepada tujuan hidupnya yaitu bisa mengembalikan identitasnya. " Berisik lu... " Jawab Albi seketika selesai menyemprotkan farfum di kaos nya . " Minggu jan
" kita mau kemana ?" Tanya Zahra. Albi hanya diam tidak menjawab pertanyaan gadis yang sedang di bonceng dirinya. Albi menghentikan motornya mendadak di pinggir jalan karena ia baru saja melihat toko jaket. Albi sendiri tidak memakai jaket saat akan bertemu dengan Zahra karena Albi berpikir hanya akan berolahraga saja. " Gak mungkin juga bawa anak orang dengan seperti ini " Albi sejenak berpikir melihat Zahra yang sama dengan dirinya tidak memakai jaket. " Beli jaket dulu " perintah Albi. Albi sudah selesai membeli jaket dan celana panjang untuk dirinya tapi,Zahra masih mematung menunggu Albi. " Kamu gak pilih jaket ?" Tanya Albi. " Nggak " jawab Zahra sambil menggelengkan kepalanya. Tanpa banyak tanya Albi langsung memilihkan jaket untuk Zahra dan membayarnya.
Selesai melaksanakan ijab qobul dan resepsi mereka menikmati bulan madu selama satu Minggu. " Masih,sisa satu Minggu lagi nih ! Aku kan cuti dua Minggu jadi gimana kalau mulai petsiapan pindah ke rumah dinas ?" Tanya Albi pada Zahra. " Ya,sudah ayo " Zahra mengiyakan ajakan suaminya. Mereka berdua pun menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan terlebih dahulu untuk bisa memenuhi kehidupan mereka nantinya di sana. " Ayo" Albi mengajak Zahra untuk masuk. " Maaf,ya untuk sementara waktu tinggal dulu di rumah dinas dulub! Bukannya gak pengen punya rumah sendiri tapi terkadang tugas saya sebagai prajurit bisa di pindahkan sewaktu-waktu !" Albi menjelaskan agar Zahra tidak salah paham nantinya. " Iya,aku paham " Zahra memasukkan semua belanjaan ke dalam kulkas dan mulai menata barang - batang yang di belinya
Sekarang waktunya untuk menjalani prosedur nikah kantor.semua di lalui Zahra dengan hati yang dah Dig dug der. Bertemu dengan banyak orang bukanlah hal baru tapi jika mengurus sesuatu yang menyangkut dengan masa depan inilah yang harus di hadapinya sekarang bersama Albi. "Gimana,capek ?" Tanya Albi. " Iyasih capek ! Tapi,ya mau gimana lagi !aturan nya sudah begini ! Mau gak mau ya harus di lewati !" Jawab Zahra dengan rasa lelahnya. " Nyesel gak ?" Albi bertanya takut saja kalau Zahra merasa menyesal harus melewati prosedur seperti ini. " Anggap saja saya sedang menyusun skripsi !" Zahra menjawab demikian karena teringat dengan harus mengumpulkan beberapa berkas dan masuk ruangan sana sini. " Kalau,ditanya nanti tolong jangan bilang saya punya usaha sendiri ya Bi...!" Pinta Zahra. " Tergantung ! Alasannya apa
" berapa nominal yang biasa kamu setor per bulannya ?" Tanya Zahra. " Biasanya sih........!" Albi membisikkan nominal jumlahnya. " Karena tadinya usaha yang saya bangun tersebut awalnya hanya buat mengusir rasa kebosanan saja selepas dinas !" Albi mengingat awal usahanya di bangun. " Kenapa merasa bosan dengan dunia militer ?" Tanya Zahra. " Ya,bosan saja ! Karena saat tinggal di dalam asrama banyak ibu - ibu untuk menjodohkan saya ! Setiap hari harus menghindari mereka semua ! Ya,menghindar terus kan percuma juga ! Dari pada melakukan hal yang gak benar mendingan bikin usaha biar fokus saja gak suntuk gitu !" Albi mulai membuka masa lalunya. " Memang,di sana kamu gak pacaran gitu ?" Tanya Zahra dengan polosnya karena penasaran Albi memiliki mantan atau tidak. " Kalau yang ngejar saya sih banyak ! Cuman masalahnya saya yang pengen ngejar kamu ! Tapi,waktu itu ka
" jadi selama ini kamu mencemburui Sari ! Tanpa tahu Sari itu siapa ?" Pertanyaan dari Albi yang mengintimidasi Zahra langsung. " Karena , kamu yang bilang sendiri ! Sari dan saya sama pentingnya dalam hidup kamu !" Zahra kembali mempertegas kalimatnya. " Kamu tahu siapa itu Sari ?" Tanya Albi untuk memastikan. " Tidak tahu " jawab Zahra . " Sekarang diam dan jangan menyela !" Albi ingin agar saat dirinya bicara tidak ada yang menyelanya. " Sari dan Zahra sama pentingnya dalam hidup saya ! Mereka berdua hadir dan memberi saya motivasi untuk bisa melanjutkan hidup kembali dan menasehati saya agar tidak menyakiti banyak orang ! Terutama menyangkut keluarga !" " Sari yang kamu maksud adalah ibu kandung dari Azizah isteri dari Ridwan" "Terus kenapa kamu waktu itu kirim pesan ! Dan dalam ketikan jelas sekali menuli
Siang ini pesawat Albi akan berangkat pukul 02.00. Albi masih memiliki waktu di rumah keluarga kandungnya selama lima jam lagi sebelum ia benar - benar pergi ke pulau seberang lagi. " Kak,nanti di anterin siapa ?" Tanya sang adik. " Biasa...sendiri juga jadi !" Jawab Albi dengan santai. " Berarti sebelum berangkat ! Kita makan di luar dulu ya !" Pinta sang adik. " Di rumah juga bisa dek !" Albi sedang malas. " Ya,ini kan beda moment nya beda ! Kakak jarang ada di rumah juga ! Kan kakak cuti dua Minggu ! Ini baru juga tiga hari ! Kok,sudah mau balik lagi ?" Sang adik merasa heran. " Ada tugas dadakan ! " Jawab Albi dengan biasa padahal sebenarnya dia sedang berbohong . " Berarti nanti siang bisa kan ! Itung - itung makan siang juga ! Sebelum pergi lagi !" Pinta sang adik dengan manja. &nbs
" jadi maksudmu ? Kamu cemburu ?" Tanya Rama sekali lagi. " Jujur iya ! Dan Albi sangat membanggakan Sari ! Terbukti saat tadi siang Albi datang ke toko Zahra dan ia masih tetap membahas Sari ! Jika Sari memang lebih penting dalam hidupnya ! Maka Zahra lebih baik mundur ! Dan Albi selalu bilang bahwa Sari dan Saya sama pentingnya !" Zahra bercerita lagi. " Mungkin Sari itu ibunya " Rama menengahi arah pembicaraan Zahra. " Sari bukan ibu nya Albi ! Zahra tahu semua keluarga Albi entah itu ibunya,ayahnya ataupun adiknya ! Zahra tahu semua ! Bahkan cerita Albi yang identitasnya di palsukan semua ! Itu ulah keluarga besarnya !" Zahra bercerita lagi. " Kamu,sudah selidiki siapa itu Sari ?" Tanya Rama. Zahra hanya menggelengkan kepalanya. " Ya,sudah tidak usah di pikirkan lagi ! Jika memang bukan jodohmu ! Ayah juga tidak akan memaksamu untuk menerima A
Ningsih dan Wawan kembali lagi ke rumah mereka dan mereka melihat ke empat pengawal yang khusus yang di kirim Albi tinggal percis di seberang rumah mereka. " Kalau ada apa - apa ! Jangan sungkan ! Kalau mendesak berteriak lah ! Rumah kalian sudah di pasang kamera cctv !" Salah satu pengawal berucap tegas. " Ya,sudah istirahat saja dulu !" Titah Wawan kepada ke empat pengawalnya. Albi sebenarnya sudah tahu laporan dari para pengawalnya mengenai Ini Tia dan Hari namun,Albi belumbisa beranjak dari tempat Zahra karena urusannya dengan gadis itu masihnwlum selesai. Beruntung Albi meletakkan para pengawalnya di depan rumah keluarga kandungnya untuk menghalau sesuatu yang tidak di inginkan !mengingat dirinya harus berdinas luar yang jauh dari pantauan matanya. Albi masih belum bisa melepaskan Zahra begitu saja dan ia berpikir untuk datang ke rumah Zahra.
Ningsih dan Wawan pergi ke rumah sakit di jam yang sama saat Albi hendak keluar rumah untuk urusan Zahra. Wawan dan Ningsih masih terus dalam pengawasan melalui orang suruhan Albi dan Albi memerintahkan untuk selalu tetap waspada mengingat kelicikan Tia dan Hari sudah tidak perlu di ragukan lagi. Wawan dan Ningsih masih menikmati perjalanan selama enam puluh menit lamanya karena mereka sengaja tidak tinggal dalam satu kota bersama dengan kota yang di tempati Hari dan Tia. Manik mata Wawan terus mengawasi orang di samping dan kanan kiri mobilnya dan ia melihat dua motor yang sedari tadi terus bersamaan dengan dirinya melaju di jalanan. Insting seorang lelaki selalu benar jika ada orang yang terus mengawasi mereka namun,Wawan masih bersikap santai saja karena ia tidak ingin membuat sang isteri cemas dengan keadaan sekitarnya. Saat sampai di rumah sakit Wawan dan Hari berg
Albi menjadi pusat perhatian para pengunjung dan itu membuat Zahra semakin kesal. Albi tahu jika kehadirannya sangat tidak di inginkan oleh Zahra namun,ia tidak ingin menumpuk masalah yang sudah bertahun - tahun terutama mengenai Sari yang dialah artikan oleh Zahra karena saat Albi sebelum masuk ke dunia militer lewat Bi Sari lah Albi bisa mendapatkan info tentang perlakuan keluarga besarnya terhadap keluarga kandungnya. Zahra lebih memilih fokus mengeluarkan baju dari gudang untuk di masukkan ke dalam keranjang yang sudah tersedia. Albi membantu Zara dengan melobby para pengunjung yang datang ke toko Zahra dan pada hari itu juga toko Zahra menjadi ramai sekali dan mendapatkan omset yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Jika saja kesalah pahaman itu tidak pernah terjadi maka dapat di pastikan Albi dan Zahra pasti sudah bersatu bahkan mungkin udah pnya anak di tengah - tengah mereka.