Beranda / Romansa / Miliarder Tampan Itu Jodohku! / CHAPTER 1  Panti Asuhan

Share

Miliarder Tampan Itu Jodohku!
Miliarder Tampan Itu Jodohku!
Penulis: Airlea Hayza

CHAPTER 1  Panti Asuhan

Penulis: Airlea Hayza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-07 07:22:26

Selepas makan malam, seperti biasanya, Nindia akan membantu teman-temannya merapikan ruang makan. Lalu, dilanjutkan memandu adik-adik panti untuk belajar. Akan tetapi, saat ia hendak beranjak pada rutinitas lain, tangan umi menahan Nindita untuk tetap berada di sana.

Tidak berapa lama, Abah datang menghampiri dan duduk disebelah umi. Saat itu Nindia sadar, ada sesuatu yang akan mereka sampaikan padanya. Ia kemudian memilih untuk segera duduk di depan keduanya. Kemudian, umi menatap ke arah suaminya dan memberi sebuah isyarat untuk menyampaikan sesuatu padanya.

Abah tidak langsung bicara, melainkan hanya diam dan terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya membicarakan hal penting itu pada Nindia.

Di Lingkungan panti, Abah dikenal sebagai sosok yang jarang bicara. Akan tetapi, jika Abah mulai bicara, semua orang akan diam dan mendengarkan dengan seksama. Terlebih, dengan intonasi suara yang tegas tapi tetap terlihat santun, membuat seluruh penghuni panti sangat menghormatinya.

Abah menatap Nindia dengan tatapan yang dirinya tidak dapat mengerti. Sosok yang sangat dihormati itu sepertinya menyimpan satu rahasia besar tentang dirinya.

"Nindia ..."

Abah kembali diam setelah memanggil namanya. Tentu saja, hal itu semakin membuat dirinya penasaran.

"Ini ada apa sebenarnya? Apakah ada sesuatu hal yang ingin Abah dan umi sampaikan tentang diriku?" tanyaku pada keduanya.

Umi berusaha menenangkan hati suaminya dengan tatapan mata yang tidak kalah teduhnya. Keduanya memang sosok yang sangat dihormati dan disegani bukan hanya oleh Nindia, melainkan juga pada santri lainnya.

"Katakan saja, Abah. Tarik nafas dalam dan hembuskan. Jangan lupa, mengucap bismillah sebelum menyampaikan sesuatu padanya," kata Umi pada Abah.

Abah mengikuti perkataan istrinya dan mulai menarik napas panjang lalu kemudian menghembuskan kembali. Setelah itu, Abah mengucapkan bismillah sebelum mengatakan sebuah rahasia besar Nindia.

"Nindia, ada satu hal yang ingin Abah dan umi sampaikan padamu. Dengarkan baik-baik dan jangan menyela ucapan Abah dulu.Mengerti?" ucap Abah padanya.

"inshaAllah, mengerti, Abah."

"Baguslah. Abah berharap, setelah mengetahui semuanya kau masih tetap menjadi Nindia yang selama ini kami kenal," ucap Abah terlihat berkaca-kaca.

Nindia yang sudah tidak sabar dengan apa yang ingin disampaikan oleh pimpinan yayasan itu pun nampak gelisah.

"Mengapa Abah berkata seperti itu? Ini sebenarnya ada apa?" lanjutnya lagi.

Abah hanya tersenyum menatap Nindia yang merasakan keanehan dalam pembicaraan mereka kali ini.

Nindia gadis pintar dalam berargumen. Dia selalu berusaha memahami konteks pembicaraan dengan baik dan benar. Dengan gaya bicaranya yang lembut dan juga pemahaman tentang isi pembicaraan, membuat Nindia selalu mendapatkan simpati dari lawan bicaranya.

Tak hanya disitu saja Nindia juga memiliki intuisi yang kuat sehingga sering menjadi andalan bagi rekan-rekan untuk mengambil keputusan kecil diantara mereka, jika menghadapi suatu masalah.

Dengan pertanyaan Nindia tadi, Abah tidak ingin membuat anak asuhnya itu menjadi gundah. Setelah meminta Nindia tenang, Abah pun menceritakan semuanya

"Tempo lalu, saat Pak Edward mengunjungi dan melihat perkembangan yayasan ini, ia melihat dirimu sedang membantu Abah mengajar anak-anak. Beliau merasa tertarik dengan caramu mengajar mereka," ucap Abah padanya.

"Maksudnya bagaimana Abah? Nindia belum paham," tanyanya bingung.

"Intinya, Pak Edward ingin memberikan beasiswa padamu untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi," jawab Abah pada Nindia..

Nindia terdiam cukup lama. Mencoba meresapi dan mencerna semua ucapan Abah saat ini.

"Jadi, maksud Abah, aku harus meninggalkan panti dan melanjutkan pendidikan di tempat lain sesuai permintaan Pak Edward jika ingin mendapatkan beasiswa itu?" tanya Nindia meyakinkan.

"Benar, Nindia. Hanya itu satu-satunya cara untuk dirimu bisa mendapatkannya. Lagipula, kau harus mengejar impian untuk masa depan yang lebih baik lagi," ungkap Abah lagi.

"Artinya, Abah dan umi sudah tidak menginginkan Nindia berada di sini?" tanyanya sedih.

Umi berdiri dan beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Nindia yang mulai terisak. Sementara, Abah hanya diam menahan berbagai perasaannya.

"Nindia, bukan begitu. Jangan salah sangka. Di sini, Abah dan umi hanya ingin diriku mendapatkan pendidikan yang jauh lebih baik. Jika kamu menyetujuinya, maka, jalan menuju keberhasilan akan terbuka lebar untuk masa depan lebih baik lagi. Abah dan umi hanya ingin yang terbaik untukmu, Nindia," ungkap abah pada Nindia.

"Nindia mengerti, Abah. Jika memang itu buat kebaikan dan masa depanku, Nindia akan menerimanya. Terima kasih atas semua yang sudah Abah dan umi lakukan untuk Nindia selama ini," ucap Nidia pada keduanya yang sudah gadis itu anggap seperti orang tua sendiri.

Umi memeluk Nindia semakin erat. Mereka berdua sama-sama saling menguatkan hati dan bersiap kapan saja akan berpisah setelah ini. Sementara, Abah menatap mereka dengan mata berkaca-kaca.

Jauh dari lubuk hati Nindia yang terdalam, dia berat meninggalkan panti. Terlebih, dia sudah menganggap semua yang ada di yayasan ini adalah keluarganya.

Di sisi lain, jika dia menolak, maka kesempatan yang diberikan kepadanya tidak akan terulang kedua kalinya. Dengan menerimanya, Nindia berharap bisa membantu anak-anak panti yang lain dan juga yayasan.

Umi mengeluarkan surat keterangan beasiswa yang memang sudah dipersiapkan sejak tadi pada Nindia. Ia pun menerimanya dengan berat hati. 

Tangis Nindia dan umi pecah sesaat setelah ia membaca surat keterangan beasiswa tersebut. Nindia berat meninggalkan panti karena terlalu banyak kenangan yang terukir di tempat ini.

Delapan belas tahun silam, Abah dan umi menemukan bayi perempuan cantik dalam kardus yang diletakkan di saung dekat panti. 

Disamping tubuh bayi itu, mereka menemukan sebuah amplop berisi sebuah cincin dan tulisan "mohon rawat bayi ini. Beri dia nama Nindia."

Bayi perempuan cantik itu kini sudah bertransformasi menjadi seorang gadis pengukir hati Abah dan umi yang telah menganggapnya layaknya anak kandung

Bukan hanya Nindia yang merasakan kesedihan, tetapi juga Abah dan umi. Mereka sebenarnya tidak rela melepaskan Nindia. Tapi, semua mereka lakukan demi masa depan Nindia.

Pak Edward hanya memberi waktu satu hari untuk Nindia berkemas. Beliau menugaskan seorang driver menjemput Nindia dan membawanya ke Jakarta.

Dapat dibayangkan kesedihan yang terpancar dari seluruh penghuni panti saat Nindia berpamitan. Mereka bukan hanya kehilangan teman berbagi, tapi juga partner kerja.

Nindia menyalami satu per satu seluruh penghuni panti dan mencoba untuk tidak menangis. Namun, tetap saja, air mata mengalir saat dia mengucapkan salam perpisahan pada teman-temannya.

Saat tiba pada giliran Doni, anak itu langsung merajuk dan menghentakkan kakinya seperti anak kecil.

Doni adalah seorang anak berkebutuhan khusus. Dia selalu mengatakan pada semua penghuni panti bahwa Nindia adalah pacarnya. Tidak ada seorangpun yang boleh mengganggu Nindia. Anak itu akan marah jika ada yang mencoba mendekati atau mengganggu Nindia.

Sikap Doni menjadi hiburan bukan untuk para penghuni panti, melainkan juga untuk Nindia. Sebelum pergi, ia memberi pesan pada Doni untuk menuruti semua ucapan para petugas panti. Doni tidak merelakan Nindia pergi. Ia berteriak hingga membuat para petugas harus menenangkan anak itu.

"Nindia tidak boleh pergi ..." teriak Doni jatuh duduk dan menghentakkan kakinya.Satu tangan Doni memegang erat ujung rok Nindia. Tentu saja, hal itu membuat hati Nindia merasa sakit dan sedih. Ia berusaha menenangkan anak itu dan juga hati Nindia sendiri.

Umi bergerak cepat dan membantu Fatimah menenangkan Doni. Ia hanya menjaga supaya Doni tidak melemahkan pikiran Nindia dan membuat gadis itu membatalkan rencananya.

"Nindia hanya pergi sebentar untuk mencari ilmu. Lebih baik Doni mendoakan supaya Nindia berhasil dan bisa kembali ke panti lalu kita berkumpul lagi. Doni anak baik kan? turuti ucapan umi," ucapnya mengelus kepala anak itu penuh kasih.

Doni menganggukkan kepala dan kemudian menuruti ucapan umi panti. Dengan segera umi panti menyuruh Fatimah membawa Doni pergi supaya tidak melihat Nindia lagi.

Pandangan Nindia beralih pada dua sahabatnya, Inggit dan Puspa. Ketiganya berpelukan sebagai tanda perpisahan.

"Inggit, tolong gantikan aku mengingatkan pipit untuk meminum obatnya tepat waktu," ucapnya menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Tentu saja. Aku akan selalu mengingatkan pipit akan hal itu. Jaga dirimu baik-baik dan ingat kami selalu," ucap Inggit padanya.

Pipit diserahkan oleh kedua orang tuanya ke panti karena mereka merasa sudah tidak mampu lagi menanggung biaya pengobatannya. Penyakit leukimia yang diderita Pipit membuat mereka berpikir lebih baik kehilangan anak itu daripada menyusahkan.

Beruntung, Abah dan umi masih mau menerima kehadiran Pipit dan merawatnya dengan ikhlas. Mereka menyayangi Pipit sama seperti keduanya menyayangi dirinya.

Kehadiran Pipit justru menjadi berkah tersendiri bukan hanya untuk Abah dan umi, melainkan juga untuk yayasan di mana Pipit berada. Rejeki seakan tidak pernah putus menghampiri panti asuhan karena keikhlasan mereka.

Nindia melepaskan pelukan kedua sahabatnya dan saling mengucap janji untuk bisa bertemu kembali satu hari nanti. Isak tangis kedua sahabatnya mengiringi kepergian Nindia hari itu.

Sementara, Abah sudah menunggu di depan halaman panti dengan menenteng dua koper berisi perlengkapan Nindia serta satu kardus berisi oleh-oleh yang dititipkan oleh Abah untuk keluarga Pak Edward nanti.

"Setelah tiba di rumah kediaman Pak Edward, kamu langsung hubungi kabari Abah dan umi," pesan Abah saat Nindia mencium takzim tangan kanan orang tua angkatnya itu.

"InshaAllah, Abah," ucapnya. "Kalau begitu, Nindia pamit. Jaga kesehatan Abah dan umi disini," ucap Nindia dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu juga ya, Nduk," jawab Abah mengusap kepala Nindia. 

Nindia dapat melihat mata Abah yang memerah menahan air mata. Namun, Abah tetap berusaha menahan tangisan di depan Nindia supaya tidak memberatkan langkahnya

Setelah sopir yang ditugaskan menjemput Nindia berpamitan, dia pun segera memasuki mobil dan melajukan kendaraan meninggalkan panti asuhan di mana Nindia tinggal selama ini. Sementara, Nindia tidak banyak bicara dan hanya menatap keluar jendela melihat hamparan sawah dan pepohonan yang bagai siluet terlihat dari dalam mobil.

Terlalu banyak kenangan tersimpan di desa dimana panti asuhan itu berada. Nindia terasa berat melepas semua kenangan itu hingga dadanya terasa sangat sesak.

"Akan lebih baik jika Non Nindia menangis. Itu akan membuat Non jauh lebih tenang," ucap sopir yang bersamanya saat itu.

Nindia menatap sekilas ke arah sopir itu dan mencoba tersenyum. Yang dikatakan oleh sopir itu benar, akan jauh lebih baik jika dia menangis dan melepaskan beban yang selama beberapa hari ini dia tahan demi menjaga perasaan semua orang.

Hari ini, Nindia tidak mampu lagi menahan rasa sesak dan sakit karena harus berpisah dengan orang-orang yang sangat dia cinta. Namun, dia melakukan hal ini demi masa depan yang jauh lebih baik.

"Ini pertama kali Non Nindia jauh dari mereka ya? Bapak tahu ini berat sekali buat non. Tapi, non juga harus ingat, semua ini demi masa depan non supaya bisa membantu mereka satu hari nanti," ucapnya menguatkan Nindia.

"Iya, Pak. Nindia mengerti. Hanya saja, Nindia merasa sedih harus berpisah cukup lama," jawab Nindia pada sopir itu.

"Nanti juga akan terbiasa. Apalagi, nanti non akan sibuk dengan kuliah dan lainnya. Oh ya, bapak belum memperkenalkan diri. Nama bapak Manto, asli Jogja. Saya sudah lama menjadi sopir keluarga Pak Edward," ucapnya memperkenalkan diri.

"Bagaimana Pak Edward di mata bapak?" tanya Nindia penasaran.

"Bapak orang baik. Dia tidak pernah membeda-bedakan siapapun. Jadi, non tidak perlu khawatir," lanjutnya lagi.

Nindia mulai merasa nyaman dengan kehadiran Pak Manto. Beliau sangat ramah dan memperlakukan dirinya dengan baik.

Nindia berinisiatif meminta Pak Manto menceritakan tentang Pak Edward dan keluarganya. Tanpa ragu, sopir itu pun menceritakan semuanya.

Menurut Pak Manto, anak pertama Pak Edward bernama Bella. Ia gemar berpetualang dan pernah menggeluti dunia foto model. Namun, saat ini putrinya itu memilih tinggal di Inggris.

Anak keduanya bernama Kevin. Setelah menyelesaikan kuliahnya di salah satu universitas ternama di New Zealand, dia   kini bekerja di perusahaan milik keluarganya.

Sementara, anak ketiga bernama Jeremy. Usianya tidak berbeda jauh dengan dirinya. Akan tetapi, putra ketiga keluarga itu tidak mau meneruskan kuliah di luar negeri seperti kedua kakaknya dan memilih untuk kuliah di Jakarta.

"Satu hal yang perlu non Nindia ingat, berhati-hatilah dengan Den Kevin. Karena terlalu lama tinggal di luar negeri, membuat ia bersikap  kebarat-baratan dan sedikit angkuh. Jadi, bersabarlah dengan segala kelakuan anak itu nantinya," ucap Pak Manto mengingatkan Nindia. "Tapi, sebenarnya, Den Kevin anak baik. Nanti non akan tahu sendiri," lanjutnya lagi

Bab terkait

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 2 Jadi Ini Gadis Kampung Itu?

    Jakarta terlihat tenang di pagi hari kala Nindia membuka mata, perjalanan malam dari Klaten ke Jakarta membuatnya banyak tidur, meskipun tak terbilang nyenyak untuknya.Setidaknya dia cukup memejamkan mata dan sesekali melihat lampu malam di luar jendela kaca. Mobil tersebut hanya sekali istirahat di rest area, kemudian kembali menapak ke Jakarta.Nindia terpesona dengan pemandangan yang terpampang di depan matanya saat ini. Bagaimana tidak. Kemarin, dia hanya bisa melihat petak-petak sawah dan pepohonan, dan hanya bisa membayangkan suasana Jakarta dari gambar-gambar yang dia lihat di kalender dan dari cerita orang-orang.Saat ini, dia benar-benar melihat dengan mata kepala sendiri gedung-gedung pencakar langit terpampang jelas berdiri dengan angkuhnya."Selamat datang di Ibu kota Jakarta, Nindia," ucapnya nyaris tidak terdengar.Dengan noraknya dia membuka kaca jendela mobil dan mulai merasakan udara pagi Jakarta yang masih segar. Dia belum mengetahui bagaimana suasana Jakarta di si

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 3 Kemewahan Yang Mau Tak Mau Harus Dinikmati

    Senyum sepasang suami istri itu terasa hangat menyambut Nindia di ruang tamu. Sejenak, ada perasaan gundah dalam diri Nindia.Kekhawatiran Yang dianggap wajar bukan hanya pada Nindia yang akan menetap di rumah kediaman keluarga Edward selama dia kuliah di Jakarta.Nindia takut kehadirannya tidak diterima oleh keluarga itu. Terlebih, dengan sikap yang ditunjukkan. oleh Kevin--anak kedua mereka padanya. Namun, Nindia berusaha berpikir positif.Nindia berusaha mengambil simpati dari Tania--istri Edward yang tersenyum menatap ke arahnya. Dia berusaha menunjukkan sikap santun kepada kedua orang tua itu.Nindia melihat istri Pak Edward sangat menyukai kehadirannya. Ibu Tania nampak antusias memperlihatkan kamar yang akan menjadi milik Nindia nanti.Kamar itu kebetulan berdampingan dengan kamar milik Jeremy--anak ketiganya. Sementara, dua kamar lainnya menjadi tempat menginap untuk para tamu."Anggap aku sebagai ibumu sendiri. Jangan sungkan untuk menceritakan segala hal padaku," ucap Ibu Ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 4 Bidadari Pagi

    Jeremy, mendadak mengerem langkahnya, ketika melewati kamar yang terbuka di sebelah kamarnya.“Aha…Bidadari pagi!” celetuknya, yang membuatnya mangkal dengan satu siku menyandar diambang pintu.Tidak peduli isi perbincangan mereka berdua yang jelas baginya ini adalah anugrah di pagi hari. Seorang gadis dengan mata bulat sayu, hidung mancung tegas, bulu matanya dan alis yang masih orisinil, rambutnya lurus terurai hitam panjang dengan penjepit mungil mengikat sebagian rambutnya.Jeremy mengusap matanya. Meyakinkan bahwa ini bukan mimpi baginya. Selama dia berada di ambang pintu, selama itu pula ia mencuri pandang mengamati. Tawa manis gadis yang belum disapanya. Jeremy terpesona sembari berucap pelan, “Masih adakah gadis cantik seperti ini tanpa riasan menor tapi tapi sudah begitu cantik?” Jeremy tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.Di depan sana, bibir mungil polos tanpa polesan sama sekali, seperti memiliki magnet yang menghisapnya.Apalagi, saat gadis tersebut berbicara

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 5 Perempuan Kesenangan

    Dibalik kemudi, Kevin terngiang perkataan mamanya. Tapi, dia memilih tidak ambil pusing perkara tersebut.Baginya, Miranda adalah wanita kesenangan yang siap digauli kapan saja tanpa harus memikirkan status atau komitmen. Sama seperti perempuan lain yang dekat dengannya selama ini.Kevin memang sengaja mencari perempuan-perempuan yang memiliki pemikiran sama dengannya.Tentu saja tidak sulit bagi dia menemukan satu atau dua perempuan dalam waktu yang bersamaan tanpa harus terpikir untuk menikah kemudian punya anak.Menikah adalah hal berat menurutnya. Kenapa harus memiliki ikatan, ketika kedua belah pihak sudah cukup bahagia dan saling menguntungkan pikirnya.Baginya, satu-satunya tujuan berhubungan dengan perempuan hanya persoalan biologis, tidak lebih.Lagipula, belum tentu dalam perjalanan pernikahan dia atau sang perempuan, perasaan saling mencintai itu akan awet. Bisa jadi, diantara mereka akan tertarik dengan yang lain. Hal justru akan melukai perasaan pasangannya. Sebenarnya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 6 Sebuah Tanda Tanya

    Tania tengah sibuk di ruang tengah memilah baju yang dipesan dari butik langganannya untuk Nindia. Ibu tiga anak tersebut bak memiliki anak perempuan lagi, Nindia seolah seperti manekin yang siap di dandani mengikuti perkataan Tania. Nindia tak banyak protes dia mengikuti semua arahan dari Tania. “Ini sepertinya oke di kamu sayang” menempelkan satu stel baju berwarna biru muda di tubuh Nindia. “Tapi tant… maaf..ma, apakah ini tidak terlalu sempit untuk Nindia?” Jawab Nindia malu karena tidak terbiasa menggunakan celana ketat.“Ini bagus sayang,tidak terlalu ketat, pas ukurannya di kamu, iya kan bi Ratri?” Tanya Tania minta dukungan. “Iya non cocok banget, wis pokok e nyonya Tania gak bakal salah pilih” Jawab Ratri menyakinkan.Kevin yang memperhatikan mereka saat menuruni anak tangga, seolah terusik dengan kegiatan yang mereka lakukan. “Mama sedang apa sih?” Tanya kevin, protes seolah tak rela mamanya melakukan semua itu. “mama sedang pilihkan baju untuk Nindia, agar besok

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 7 Tak Sedetikpun Ku Lupa

    POV Kakek WidjayaSejak malam itu aku tak pernah sekalipun melupakan mata itu, mata sayu yang selalu membayangi malam-malamku, meskipun aku telah bersama orang lain namun dia tetaplah cawan canduku. “Lisa,,tak sedetikpun ku lupa akan dirimu” “Akankah gadis itu cucu Lisa, yang mana merupakan cucu kandungku? Aku telah menggagahinya berkali-kali ketika suaminya tengah berada di luar kota. Apakah mungkin? “Aku dipisahkan dari kekasihku Lisa ketika kami telah menjalin hubungan lebih dari tujuh tahun. Saat itu, keluarga kami tidak memiliki apa-apa yang untuk meminang Lisa. Semantara keluarga Lisa menginginkan seorang menantu yang mampu mencukupi kebutuhan Lisa,, sekaligus kebutuhan keluarga.Datanglah seorang laki-laki bernama Timo, meskipun saat itu Timo telah memiliki dua istri, namun tetap tak menyurutkan keinginan keluarga Lisa untuk menyerahkan anak gadisnya kepada Timo, laki-laki yang kurang ajar menurutku. Pada kenyataannya Lisa tak pernah mendapatkan perlakuan manis, malahan di

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 8 Jodoh Itu Di Tangan Tuhan

    Pagi ini Edward sedikit gusar lantaran obrolan dengan ayahnya semalam, seusai makan bersama. Beliau mengingatkan kepada Edward untuk mengatur Kevin agar lebih bisa menghargai perempuan terutama Nindia. Widjaya beranggapan Kevin terlalu dimanja oleh orang tuanya, sehingga dia tidak mampu berempati kepada penderitaan orang lain, terutama orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan.Selama ini Kevin memang tercukupi dari segi materi, bahkan untuk membiayai gaya hidupnya yang cenderung hedon. Atau mengadakan pertemuan dengan teman-temannya yang hampir dilakukannya setiap pekan. Ketika mendapat perkataan dari Kakek Kevin tersebut, Edward merasa begitu gagal sebagai seorang ayah yang seharusnya mendidik Kevin tidak hanya kognitif saja, namun tentu dia berharap bisa mendidik Kevin dari sisi emosional. Saat Tania memasangkan dasi Edward, laki-laki itu berkata kepada istrinya. “Sayang, menurutmu jika Kevin selalu bersinggungan dengan Nindia, apakah dia bisa memberikan pengaruh positi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 9 Perasaan Apa Ini?

    Tok.. tok…tok…!“Gadis bodoh keluar kamu! aku sudah terlambat”. Teriak Kevin dari luar kamar Nindia.Tak ada suara sama sekali dari dalam, Nindia kelihatannya memang belum bangun. “Hey gadis tuli, bangun kamu, kau dengar aku tidak?!”Teriaknya sekali lagi. Diguncang- goncangnya gagang pintu Nindia, hingga membuatnya terbuka tanpa sengaja. Kevin langsung saja masuk dalam kamar Nindia, tanpa permisi, tanpa instruksi dari sang pemilik kamar. Di atas kasur terlihat Nindia yang masih tertidur, gadis tersebut baru saja tidur setelah subuh.Akhir-akhir ini Nindai memang memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, dia sering menutup mata setelah fajar menjemput. Hanya saja kali ini dia sama sekali tidak mendengar alarm berbunyi. Bahkan saat Kevin datang membangunkannya. “Nindia…”Kevin memanggil nama gadis tersebut, namun Nindia tak juga lekas membuka mata. Seperti mendapat kesempatan emas pria itu duduk di samping Nindia, dengan sangat hati-hati. Senyum Kevin mengembang sembari dibela

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17

Bab terbaru

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 24 Ciuman Pertama 

    Mona sudah menyiapkan teh dan kue untuk menemani obrolan mereka bersama, sementara Nindia selesai membersihkan diri di kamar yang telah disediakan oleh Mona, saat keluar dari kamar mandi, dia menemukan sosok perempuan yang mirip sekali dengan bundanya. Perempuan tersebut mengenakan long dress, dengan rambut terurai lurus sebahu. Nindia mengamati foto tersebut dengan seksama, dia menemukan perempuan tersebut mengenakan cincin persis seperti yang ia miliki. Nindia kemudian menyamakan dengan cincin yang menggantung di lehernya, persis tak ada bedanya. Dalam hati dia bertanya-tanya apa hubungan orang ini dengan bunda yang baru saja dia kenalnya tersebut dan juga bagaimana wanita ini memiliki cincin yang sama persis seperti yang dia miliki. ‘barangkali saya harus bertanya kepada bunda’ pikir NIndia, dia lantas bergegas menuju ruang tengah tempat mereka berkumpul.Di ruang tengah Haris berkali-kali meminta Kevin untuk melanjutkan duel bermain catur yang sudah jelas-jelas tak ada harapan

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 23 Kamu Calon Mantu Idaman 

    “Pa, akhir-akhir ini aku lihat Kevin mulai berubah”kata Tania kepada suaminya.“Berubah gimana maksud mama?” bals Edward.“Sekarang sikapnya menjadi lebih lembut kepada orang-orang” Jelas Tania.Edward lantas melipat korannya, menatap lurus kepada istrinya kemudian tersenyum. Kali ini strategi membuat Kevin menjadi pribadi yang lebih bisa berempati dengan orang sekitar telah berhasil. Akhirnya dia berkata kepada Tania.“Ini sepertinya berkat Nindia bukan?’ tanya Edward. “Sepertinya begitu” Sementara gadis yang dibicarakan-Nindia yang telah rapi siap untuk pergi ke rumah Mona,kemunculannya yang tiba-tiba di ruang makan tempat Tania dan Edward berada, membuat kedua suami istri tersebut menghentikan percakapan mereka, keduanya saling pandang, lalu Edward bertanya.“Nindia mau kemana nak, pagi-pagi seperti ini?”“Nindia mau ijin berkunjung ke rumah Bunda Mona pah?” Balas Nindia.“mmmm,,, siapa Bunda Mona?” Tanya Edward, karena setahu laki-laki tersebut Nindia tidak memiliki saudara di

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!     CHAPTER 22 Cinta Yang Tak Terbalas 

    Setelah kedua couple tersebut beranjak keluar, Miranda menarik nafas panjang kemudian mengeluarkannya perlahan, dia berharap bisa menyembunyikan rasa kecewanya dari Daniel. Miranda yang menyedihkan karena mencintai orang yang sama sekali tak pernah menganggapnya ada, seberapa besar dia berusaha membuat Kevin jatuh cinta kepadanya tetap saja tak pernah ada dirinya dalam hati laki-laki itu. “Kamu kenapa Mir?" tanya Daniel sambil melirik perempuan tersebut yang masih terpaku dalam lamunannya. “Apa kau pernah jatuh cinta kepada seseorang, namun orang tersebut tak pernah menganggapmu ada?” tanya Miranda dengan sedih.“hahaha… tentu saja tidak pernah, untuk apa membuang waktu dengan orang yang demikian” Jawaban Daniel seolah menampar Miranda, perempuan tersebut langsung terisak seketika. Daniel langsung meraih tangan Miranda lantas, lantas memegangnya erat.“Are you ok?” Saat ditanya demikian , isak tangis Miranda semakin menjadi. Daniel langsung mengambil posisi di samping Miranda da

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 21 Laki-Laki Penakut

    Hari yang cerah untuk dua couple pergi ke bioskop saat itu, Jeremy sengaja memilih tempat yang dekat dengan dengan kediaman mereka karena tidak ingin terlalu lama dalam perjalanan.Sudah pasti best couple saat itu jatuh kepada Jeremy dan Sakura, sejak turun dari parkiran, tangan tangan gadis tersebut tidak lepas dari lengan Jeremy sejenak pun. Sementara Nindia dengan tak bersemangat mengikuti mereka dari belakang, di belakang Kevin yang seolah menjadi bodyguard Nindia mengikuti gadis itu dari belakang kemanapun dia melangkahkan kaki.‘jika seperti ini mendingan aku tidak ikut saja, daripada harus menyaksikan kedua orang bucin ini’ batin Nindia kesal sambil mengayunkan langkahnya dengan lesu. Kevin yang bisa merasakan jika gadis tersebut sedikit tidak nyaman, lantaran sepasang kekasih di depan mereka seolah memiliki dunia sendiri, sedang yang lain hanya menumpang.Namun Kevin tak punya banyak pilihan, dia hanya mengamati Nindia dari dengan segala perasaannya. “Maaf permisi!”Seorang

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 20 Anugerah Pagi Untuk Kevin

    Sejak semalaman Kevin belum berjumpa dengan Nindia, laki-laki itu begitu penasaran dengan apa yang dilakukan Nindia saat ini. Karena rasa penasaran yang membuncah laki-laki tersebut turun menuju lantai dua rumahnya, lantai dimana lokasi kamar Nindia berada. Pintu kamar Nindia masih terlihat tertutup rapat, ’jam segini gadis itu pasti sudah bangun’ pikirnya. Kevin hanya berdiri di depan pintu Nindia. Dia bimbang apakah sikapnya ini wajar atau tidak untuk menyambangi gadis yang selama ini dihina oleh nya.“kenapa aku harus mengendap-ngendap seperti ini” gumamnya jengkel kepada dirinya sendiri.Rasa bimbangnya semakin membuncah, perasaannya sudah membawanya sampai sejauh ini, bahkan sudah sampai di depan pintu, jika tidak mendapatkan informasi atau bertemu dengan gadis tersebut adalah suatu kerugian, akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu Nindia dan masuk kedalam kamar gadis tersebut, namun tak ada suara sama sekali.Akhirnya Kevin memutuskan untuk masuk kedalam kamar, saat laki

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!    CHAPTER 19 Pertemuan Yang Direncana

    “Kakek, kenapa menjemputku sendiri kesni?”Tanya Nindia saat melihat Kakek Widjaya berjalan kaki ke arah lobby, saat itu Nindia dan Judy sedang asik bercakap. Keduanya memang sengaja menunggu di spot tersebut, sembari mengerjakan tugas yang belum terselesaikan di perkuliahan. “Kenapa Kakek tidak boleh menjemput cucunya sendiri kah?” Balas Kakek Widjaya sembari tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.Judy dan Nindia lantas saling pandang kemudian tersenyum bersamaan, Nindia memang mengagumi sosok kakek Widjaya karena beliau begitu berwibawa. “Ayo” Ajak kakek Widjaya pada gadis manis tersebut. “Kakek ingin mengajakmu ke suatu tempat, Abah juga menunggu disana” Lanjut sang kakek.“oh abah masih di Jakarta Kek?” tanya Nindia bersemangat. Kakek menganggukkan kepalanya untuk menjawan pertanyaan gadis tersebut. Kemudian memberi isyarat kepada Henry, agar lekas membukakan pintu mobil kepada Nindia. Tak lama mobil yang mereka tumpangi melaju membelah kota Jakarta. Mobil kakek akhirnya berh

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 18 Kamu Menguasai Pikiranku 

    Matahari malu-malu menampakkan diri dengan perlahan namun pasti mentari tersebut menyapu permukaan bumi, menunjukkan kasih sayangnya pada daun, rerumputan,sungai dan lautan.Pagi itu Kevin melakukan rutinitas hariannya mengantar Nindia, tak ada protes lagi kali ini. Bahkan dia tak akan melewatkan satu kalipun jadwalnya digantikan oleh orang lain. Jika awalnya dia begitu bersikeras menolak tugas tersebut, lantaran hal tersebut membebaninya, sekarang sebaliknya dia begitu antusias bahkan semangat untuk mengantarkan Nindia. Sedang gadis yang diantaranya pun seolah lupa dengan apa yang dipertanyakan semalam. Kenapa Kevin mengetahui semua aktivitasnya dengan Daniel. Saat melihat Kevin pagi itu pikirannya lantas membawanya teringat saat Kevin memeluk erat tubuhnya agar tidak jatuh. Seketika wajahnya berubah menjadi merah lantaran malu.Hingga detik ini Nindia bahkan masih dapat merasakan getaran tersebut, terlebih mereka dalam satu mobil sekarang. Keduanya sama-sama diam,menyembunyikan a

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!    CHAPTER 17 Mengeja Getaran Samar

    “Huh!!! dasar wanita murahan baru kencan pertama sudah mau dipegang-pegang tangannya”Geretu Kevin dengan dengan geram saat melihat video Nindia dan Daniel. Video tersebut memperlihatkan suasana dan kegiatan yang mereka lakukan selama kencan berlangsung. Atas dasar apa Kevin melakukannya, dia sendiri tidak mengerti, yang jelas dia ingin mengetahui apapun yang Nindia lakukan dengan sahabatnya tersebut.drezzttt.. dreezzttt…drezztt..Kevin kembali melihat di layar ponsel, tertera nama Miranda yang memanggil. Orang yang sama sekali tak diharapkan untuk menghubunginya malam ini, panggilan pertama tak direspon oleh Kevin. Kedua kalinya Miranda memanggil ulang, dengan malas Kevin mengangkatnya. “Iya Miranda ada apa?” Sahut Kevin kala panggilan tersebut tersambung. “Kamu ini gimana sih, aku sudah booking tempat untuk kia dinner malam ini, tanpa sebab apapun tiba-tiba membatalkannya, kamu dimana sekarang?” Cecar Miranda yang kesal karena janji ketemu mereka gagal malam ini. “Aku sedang s

  • Miliarder Tampan Itu Jodohku!   CHAPTER 16  Akhirnya Kita Berkencan

    Keinginan Daniel untuk berkencan dengan Nindia akhirnya terwujud. Laki-laki itu sudah merancang semuanya dengan baik, mulai dari tempat makan hingga kado yang akan diberikan kepada sang gadis.Ini adalah kencan resminya dengan Nindia setelah meminta izin kepada Kevin dan juga keluarga nya, selaku wali Nindia di Jakarta. Laki-laki itu dengan berani menerjang ombak meminta persetujuan Mama Tania untuk mengajak anak asuhnya tersebut.Yang paling mengejutkan adalah mama Tania menyambut gembira ajakan Daniel. Meskipun dalam bisnis, keluarga Daniel adalah kompetitor mereka, namun dalam hubungan pribadi selama ini keduanya selalu baik-baik saja. Bahkan sejak kuliah di New Zealand keduanya saling bersahabat. Ini adalah kencan yang paling mendebarkan untuk Daniel, dirinya sudah mengganti baju lebih dari tiga kali, baginya masih saja kurang pas, entah warna kurang ok, ataupun model kemejanya yang kurang pas. Untuk kali ini dia benar-benar merasa dibuat gila oleh gadis tersebut, hingga adiknya

DMCA.com Protection Status