Pagi ini Edward sedikit gusar lantaran obrolan dengan ayahnya semalam, seusai makan bersama. Beliau mengingatkan kepada Edward untuk mengatur Kevin agar lebih bisa menghargai perempuan terutama Nindia. Widjaya beranggapan Kevin terlalu dimanja oleh orang tuanya, sehingga dia tidak mampu berempati kepada penderitaan orang lain, terutama orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan.Selama ini Kevin memang tercukupi dari segi materi, bahkan untuk membiayai gaya hidupnya yang cenderung hedon. Atau mengadakan pertemuan dengan teman-temannya yang hampir dilakukannya setiap pekan. Ketika mendapat perkataan dari Kakek Kevin tersebut, Edward merasa begitu gagal sebagai seorang ayah yang seharusnya mendidik Kevin tidak hanya kognitif saja, namun tentu dia berharap bisa mendidik Kevin dari sisi emosional. Saat Tania memasangkan dasi Edward, laki-laki itu berkata kepada istrinya. “Sayang, menurutmu jika Kevin selalu bersinggungan dengan Nindia, apakah dia bisa memberikan pengaruh positi
Tok.. tok…tok…!“Gadis bodoh keluar kamu! aku sudah terlambat”. Teriak Kevin dari luar kamar Nindia.Tak ada suara sama sekali dari dalam, Nindia kelihatannya memang belum bangun. “Hey gadis tuli, bangun kamu, kau dengar aku tidak?!”Teriaknya sekali lagi. Diguncang- goncangnya gagang pintu Nindia, hingga membuatnya terbuka tanpa sengaja. Kevin langsung saja masuk dalam kamar Nindia, tanpa permisi, tanpa instruksi dari sang pemilik kamar. Di atas kasur terlihat Nindia yang masih tertidur, gadis tersebut baru saja tidur setelah subuh.Akhir-akhir ini Nindai memang memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, dia sering menutup mata setelah fajar menjemput. Hanya saja kali ini dia sama sekali tidak mendengar alarm berbunyi. Bahkan saat Kevin datang membangunkannya. “Nindia…”Kevin memanggil nama gadis tersebut, namun Nindia tak juga lekas membuka mata. Seperti mendapat kesempatan emas pria itu duduk di samping Nindia, dengan sangat hati-hati. Senyum Kevin mengembang sembari dibela
Kring.. Kring.. Kring..“Halo”“Abah Riantiarno ada?”Suara berat seorang laki-laki terdengar di seberang sana, kala itu Puspa sedang bertugas membantu Abah mengoreksi pekerjaan siswa di ruang kerja, tangannya terhenti saat mendengar telepon yang mencari pimpinan yayasan mereka.“Abah masih mengajar di sekolah, apakah ada keperluan mendesak? Nanti saya sampaikan” balas Puspa. Saat ditanya demikian orang di seberang sana terdiam, solah berpikir apa yang hendak ia sampaikan, sementara hal yang ingin dia gali adalah informasi rahasia yang memang harus ditanyakan secara langsung. “Jam berapa Abah biasa pulang? ““Biasanya ba’da ashar sudah sampai di rumah” Sahut Puspa. “Kalau begitu saya akan datang sore ini” Jawab Laki-laki di seberang, segera ingin mengakhiri percakapan. Buru-buru Puspa mendesaknya dengan pertanyaan perihal nama, namun laki-laki tersebut kembali terdiam, tak lekas memberi jawaban. Jeda suara yang dirasa tak wajar oleh Puspa membuatnya berpikir macam-macam. Sement
Abah masuk ke sebuah ruangan dibimbing oleh seseorang yang mencarinya di Yayasan kemarin–Henry. Langkah Abah agak melambat saat dia melihat seseorang yang tengah duduk menunggu kedatangannya. Meskipun belum pernah bertemu dengan orang tersebut, namun dia tahu, beliau adalah Kakek Widjaya. Abah pernah melihat Kakek Widjaya di foto keluarga Pak Edward. Rambut kakek itu boleh jadi berubah menjadi putih, namun terlihat jelas bahwa dulunya dia merupakan laki-laki yang gagah dan tampan. Ketika henry dan abah, Kakeh Widjaya langsung berdiri dan menyodorkan tangannya kepada laki-laki yang baru saja dikenalnya tersebut. , “Saya Widjaya, ayah dari Edward, bagaimana perjalananmu hari ini? apakah semua akomodasi sudah membuat nyaman? JIka tidak saya bisa minta Henry untuk menggantinya”Tak tanggung-tanggung memang karena Kakek Widjaya menerbangkan Abah dari Klaten dengan penerbangan VVIP. Lantas mengistirahatkannya di hotel mewah bintang lima di pusat kota. Pertanyaan berikutnya apakah A
“Abah???” Nindia berteriak bahagian lantaran orang yang disayangi ada di depannya, gadis tersebut tak mampu menahan kakinya untuk tetap diam di tempat. Hatinya begitu penuh, tanpa sadar air matanya menetes, saat menyalami tangan abah, kemudian memeluknya solah bertahun-tahun tak bertemu dengan pimpinan Panti Asuhan tersebut. “Sejak kapan Abah disini? kenapa tidak bilang dulu ke Nindi kalau mau datang” lanjut Nindia protes karena gadis itu berharap bisa izin di perkuliahannya.“Abah akan disini beberapa hari Nindia tinggal di Jakarta Nindia, katanya ada urusan yang harus diselesaikan”Kakek Wijaya tiba-tiba muncul di balik tubuh Abah, kemudian berjalan melewati abah dan Nindia yang sedang melepas rindu.Saat mendengar suara Kakek Widjaya, gadis itu terkejut mendengar dan mengamati beliau berjalan ke arah ruang keluarga, sejurus kemudian Nindia mengalihkan pandangannya kepada Abah dengan ekspresi tanda tanya di wajahnya. Sebenarnya tak hanya Nindia, Edward dan Tania menyimpan rasa
“Jangan-Jangan lu jatuh cinta kepadanya Jer!!!”Ejek teman-teman jeremy, laki-laki tersebut memang sedang merutuki nasib lantara tidak bisa berpisah dengan Sakura gadis jepang yang seumur hidupnya selalu ingin berada disisinya dengan alasan yang entah dia sendiri tidak paham.“Sialan lu semua!” balas Jeremy dengan kesal.“Tapi memang kenyataannya, lu gak bisa kan sedetikpun pisah dari dia, kalo menurut gua. gadis itu lumayan manis kok, lumayanlah buat dijadikan gebetan, daripada lu jomblo mulu”“lebih baik gue jomblo ketimbang sama dia, kecil, flat tak berisi, tidak menarik sama sekali” Balas Jeremy dengan malasnya.“Gampang kalo mau buat dia terlihat sexy mah, suruh aja dia pakai lingerie sexy, suntik botox” Usul Rudy dengan gampangnya, semua ejekan tersebut membuat Jeremy bertambah tertekan. “Arrrrgghhhh…..! udah pokoknya setelah magang ini selesai gue harus lepas dari bayang-bayang Sakura. Dan gue akan liburan, dengan menggandeng gadis cantik, setidaknya sekelas Miranda lah” Kata
Malam mencekam telah berlalu, Sakura akhirnya dikembalikan ke bangsal dari ruang ICU setelah saturasi oksigennya membaik. Wajahnya masih pucat pasi, tak ada senyum di wajahnya sama sekali. Keluarganya yang berada di Jepang juga telah dikabari kemudian meluncur ke Indonesia dengan penerbangan tercepat malam itu. Semntara keluarga Pak Edward yang selama ini satu-satunya keluarga yang menjaga Sakura, begitu merasa bersalah atas kejadian tersebut. Semua sudah pasrah barangkali Sakura akan diboyong keluarganya kembali ke Tokyo. Selama ini gadis tersebut lebih memilih Indonesia lantaran ingin dekat dengan Jeremy, sejak kecil mereka selalu bersama. Bahkan setelah ayahnya kembali di tempatkan di negara asalnya, gadis tersebut enggan meninggalkan keluarga Jeremy. Pagi tersebut, setelah memastikan keadaan Sakura sudah membaik, semua anggota keluarga pak Edward kembali ke rumah, hanya tersisa Jeremy yang masih menunggui Sakura. Laki-laki tersebut ingin menebus semua kesalahan yang telah laku
Setelah Sakura kembali ke rumah entah bagaimana ceritanya, perempuan Jepang itu langsung menjadikan Nindia sebagai sahabatnya. Dia selalu meminta Nindia untuk mengantar ke toilet, menyuapinya, menggantikan baju bahkan bercanda. Sementara Jeremy yang setiap hari membuntuti Sakura tak pernah dianggap olehnya, berkali-kali Jeremy mencoba menawarkan diri namun selalu ditolak mentah oleh Sakura, alhasil dia hanya membuntuti dan diam saja.Sakura memang sengaja bertahan mendiamkan Jeremy agar laki-laki itu mendapatkan pelajaran. Ketika teman-teman Jeremy menjenguk gadis tersebut, Jeremy dengan fasih mengeluarkan beribu sanjungan dan pujian terhadap Sakura, namun bagi Sakura Jeremy hanya bersikap konyol. Jika terpaksa harus berbicara dengan Jeremy, dia tak mau melihat Jeremy sedikitpun. Hal tersebut membuat teman-teman Jeremy berbondong bondong menyatakan keprihatinannya, terlebih Edy yang memang sering mengejek Jeremy. Dipegangnya punak Jeremy lantas berkata,“sabar ya sob, gue tahu i
Mona sudah menyiapkan teh dan kue untuk menemani obrolan mereka bersama, sementara Nindia selesai membersihkan diri di kamar yang telah disediakan oleh Mona, saat keluar dari kamar mandi, dia menemukan sosok perempuan yang mirip sekali dengan bundanya. Perempuan tersebut mengenakan long dress, dengan rambut terurai lurus sebahu. Nindia mengamati foto tersebut dengan seksama, dia menemukan perempuan tersebut mengenakan cincin persis seperti yang ia miliki. Nindia kemudian menyamakan dengan cincin yang menggantung di lehernya, persis tak ada bedanya. Dalam hati dia bertanya-tanya apa hubungan orang ini dengan bunda yang baru saja dia kenalnya tersebut dan juga bagaimana wanita ini memiliki cincin yang sama persis seperti yang dia miliki. ‘barangkali saya harus bertanya kepada bunda’ pikir NIndia, dia lantas bergegas menuju ruang tengah tempat mereka berkumpul.Di ruang tengah Haris berkali-kali meminta Kevin untuk melanjutkan duel bermain catur yang sudah jelas-jelas tak ada harapan
“Pa, akhir-akhir ini aku lihat Kevin mulai berubah”kata Tania kepada suaminya.“Berubah gimana maksud mama?” bals Edward.“Sekarang sikapnya menjadi lebih lembut kepada orang-orang” Jelas Tania.Edward lantas melipat korannya, menatap lurus kepada istrinya kemudian tersenyum. Kali ini strategi membuat Kevin menjadi pribadi yang lebih bisa berempati dengan orang sekitar telah berhasil. Akhirnya dia berkata kepada Tania.“Ini sepertinya berkat Nindia bukan?’ tanya Edward. “Sepertinya begitu” Sementara gadis yang dibicarakan-Nindia yang telah rapi siap untuk pergi ke rumah Mona,kemunculannya yang tiba-tiba di ruang makan tempat Tania dan Edward berada, membuat kedua suami istri tersebut menghentikan percakapan mereka, keduanya saling pandang, lalu Edward bertanya.“Nindia mau kemana nak, pagi-pagi seperti ini?”“Nindia mau ijin berkunjung ke rumah Bunda Mona pah?” Balas Nindia.“mmmm,,, siapa Bunda Mona?” Tanya Edward, karena setahu laki-laki tersebut Nindia tidak memiliki saudara di
Setelah kedua couple tersebut beranjak keluar, Miranda menarik nafas panjang kemudian mengeluarkannya perlahan, dia berharap bisa menyembunyikan rasa kecewanya dari Daniel. Miranda yang menyedihkan karena mencintai orang yang sama sekali tak pernah menganggapnya ada, seberapa besar dia berusaha membuat Kevin jatuh cinta kepadanya tetap saja tak pernah ada dirinya dalam hati laki-laki itu. “Kamu kenapa Mir?" tanya Daniel sambil melirik perempuan tersebut yang masih terpaku dalam lamunannya. “Apa kau pernah jatuh cinta kepada seseorang, namun orang tersebut tak pernah menganggapmu ada?” tanya Miranda dengan sedih.“hahaha… tentu saja tidak pernah, untuk apa membuang waktu dengan orang yang demikian” Jawaban Daniel seolah menampar Miranda, perempuan tersebut langsung terisak seketika. Daniel langsung meraih tangan Miranda lantas, lantas memegangnya erat.“Are you ok?” Saat ditanya demikian , isak tangis Miranda semakin menjadi. Daniel langsung mengambil posisi di samping Miranda da
Hari yang cerah untuk dua couple pergi ke bioskop saat itu, Jeremy sengaja memilih tempat yang dekat dengan dengan kediaman mereka karena tidak ingin terlalu lama dalam perjalanan.Sudah pasti best couple saat itu jatuh kepada Jeremy dan Sakura, sejak turun dari parkiran, tangan tangan gadis tersebut tidak lepas dari lengan Jeremy sejenak pun. Sementara Nindia dengan tak bersemangat mengikuti mereka dari belakang, di belakang Kevin yang seolah menjadi bodyguard Nindia mengikuti gadis itu dari belakang kemanapun dia melangkahkan kaki.‘jika seperti ini mendingan aku tidak ikut saja, daripada harus menyaksikan kedua orang bucin ini’ batin Nindia kesal sambil mengayunkan langkahnya dengan lesu. Kevin yang bisa merasakan jika gadis tersebut sedikit tidak nyaman, lantaran sepasang kekasih di depan mereka seolah memiliki dunia sendiri, sedang yang lain hanya menumpang.Namun Kevin tak punya banyak pilihan, dia hanya mengamati Nindia dari dengan segala perasaannya. “Maaf permisi!”Seorang
Sejak semalaman Kevin belum berjumpa dengan Nindia, laki-laki itu begitu penasaran dengan apa yang dilakukan Nindia saat ini. Karena rasa penasaran yang membuncah laki-laki tersebut turun menuju lantai dua rumahnya, lantai dimana lokasi kamar Nindia berada. Pintu kamar Nindia masih terlihat tertutup rapat, ’jam segini gadis itu pasti sudah bangun’ pikirnya. Kevin hanya berdiri di depan pintu Nindia. Dia bimbang apakah sikapnya ini wajar atau tidak untuk menyambangi gadis yang selama ini dihina oleh nya.“kenapa aku harus mengendap-ngendap seperti ini” gumamnya jengkel kepada dirinya sendiri.Rasa bimbangnya semakin membuncah, perasaannya sudah membawanya sampai sejauh ini, bahkan sudah sampai di depan pintu, jika tidak mendapatkan informasi atau bertemu dengan gadis tersebut adalah suatu kerugian, akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu Nindia dan masuk kedalam kamar gadis tersebut, namun tak ada suara sama sekali.Akhirnya Kevin memutuskan untuk masuk kedalam kamar, saat laki
“Kakek, kenapa menjemputku sendiri kesni?”Tanya Nindia saat melihat Kakek Widjaya berjalan kaki ke arah lobby, saat itu Nindia dan Judy sedang asik bercakap. Keduanya memang sengaja menunggu di spot tersebut, sembari mengerjakan tugas yang belum terselesaikan di perkuliahan. “Kenapa Kakek tidak boleh menjemput cucunya sendiri kah?” Balas Kakek Widjaya sembari tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.Judy dan Nindia lantas saling pandang kemudian tersenyum bersamaan, Nindia memang mengagumi sosok kakek Widjaya karena beliau begitu berwibawa. “Ayo” Ajak kakek Widjaya pada gadis manis tersebut. “Kakek ingin mengajakmu ke suatu tempat, Abah juga menunggu disana” Lanjut sang kakek.“oh abah masih di Jakarta Kek?” tanya Nindia bersemangat. Kakek menganggukkan kepalanya untuk menjawan pertanyaan gadis tersebut. Kemudian memberi isyarat kepada Henry, agar lekas membukakan pintu mobil kepada Nindia. Tak lama mobil yang mereka tumpangi melaju membelah kota Jakarta. Mobil kakek akhirnya berh
Matahari malu-malu menampakkan diri dengan perlahan namun pasti mentari tersebut menyapu permukaan bumi, menunjukkan kasih sayangnya pada daun, rerumputan,sungai dan lautan.Pagi itu Kevin melakukan rutinitas hariannya mengantar Nindia, tak ada protes lagi kali ini. Bahkan dia tak akan melewatkan satu kalipun jadwalnya digantikan oleh orang lain. Jika awalnya dia begitu bersikeras menolak tugas tersebut, lantaran hal tersebut membebaninya, sekarang sebaliknya dia begitu antusias bahkan semangat untuk mengantarkan Nindia. Sedang gadis yang diantaranya pun seolah lupa dengan apa yang dipertanyakan semalam. Kenapa Kevin mengetahui semua aktivitasnya dengan Daniel. Saat melihat Kevin pagi itu pikirannya lantas membawanya teringat saat Kevin memeluk erat tubuhnya agar tidak jatuh. Seketika wajahnya berubah menjadi merah lantaran malu.Hingga detik ini Nindia bahkan masih dapat merasakan getaran tersebut, terlebih mereka dalam satu mobil sekarang. Keduanya sama-sama diam,menyembunyikan a
“Huh!!! dasar wanita murahan baru kencan pertama sudah mau dipegang-pegang tangannya”Geretu Kevin dengan dengan geram saat melihat video Nindia dan Daniel. Video tersebut memperlihatkan suasana dan kegiatan yang mereka lakukan selama kencan berlangsung. Atas dasar apa Kevin melakukannya, dia sendiri tidak mengerti, yang jelas dia ingin mengetahui apapun yang Nindia lakukan dengan sahabatnya tersebut.drezzttt.. dreezzttt…drezztt..Kevin kembali melihat di layar ponsel, tertera nama Miranda yang memanggil. Orang yang sama sekali tak diharapkan untuk menghubunginya malam ini, panggilan pertama tak direspon oleh Kevin. Kedua kalinya Miranda memanggil ulang, dengan malas Kevin mengangkatnya. “Iya Miranda ada apa?” Sahut Kevin kala panggilan tersebut tersambung. “Kamu ini gimana sih, aku sudah booking tempat untuk kia dinner malam ini, tanpa sebab apapun tiba-tiba membatalkannya, kamu dimana sekarang?” Cecar Miranda yang kesal karena janji ketemu mereka gagal malam ini. “Aku sedang s
Keinginan Daniel untuk berkencan dengan Nindia akhirnya terwujud. Laki-laki itu sudah merancang semuanya dengan baik, mulai dari tempat makan hingga kado yang akan diberikan kepada sang gadis.Ini adalah kencan resminya dengan Nindia setelah meminta izin kepada Kevin dan juga keluarga nya, selaku wali Nindia di Jakarta. Laki-laki itu dengan berani menerjang ombak meminta persetujuan Mama Tania untuk mengajak anak asuhnya tersebut.Yang paling mengejutkan adalah mama Tania menyambut gembira ajakan Daniel. Meskipun dalam bisnis, keluarga Daniel adalah kompetitor mereka, namun dalam hubungan pribadi selama ini keduanya selalu baik-baik saja. Bahkan sejak kuliah di New Zealand keduanya saling bersahabat. Ini adalah kencan yang paling mendebarkan untuk Daniel, dirinya sudah mengganti baju lebih dari tiga kali, baginya masih saja kurang pas, entah warna kurang ok, ataupun model kemejanya yang kurang pas. Untuk kali ini dia benar-benar merasa dibuat gila oleh gadis tersebut, hingga adiknya