Jeremy, mendadak mengerem langkahnya, ketika melewati kamar yang terbuka di sebelah kamarnya.
“Aha…Bidadari pagi!” celetuknya, yang membuatnya mangkal dengan satu siku menyandar diambang pintu.Tidak peduli isi perbincangan mereka berdua yang jelas baginya ini adalah anugrah di pagi hari. Seorang gadis dengan mata bulat sayu, hidung mancung tegas, bulu matanya dan alis yang masih orisinil, rambutnya lurus terurai hitam panjang dengan penjepit mungil mengikat sebagian rambutnya.Jeremy mengusap matanya. Meyakinkan bahwa ini bukan mimpi baginya. Selama dia berada di ambang pintu, selama itu pula ia mencuri pandang mengamati. Tawa manis gadis yang belum disapanya. Jeremy terpesona sembari berucap pelan, “Masih adakah gadis cantik seperti ini tanpa riasan menor tapi tapi sudah begitu cantik?” Jeremy tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.Di depan sana, bibir mungil polos tanpa polesan sama sekali, seperti memiliki magnet yang menghisapnya.Apalagi, saat gadis tersebut berbicara atau tertawa kecil dengan bu Ratri seolah menggodanya untuk segera mendekat.Peduli setan, meskipun tidak ada yang mempersilahkan dirinya memasuki kamar itu, bagi dia momen langka ini adalah anugerah yang susah untuk dia lewatkan.Sekonyong-konyong Jeremy duduk tepat di samping Nindia berada. Sementara, Bu Ratri duduk di kursi di depan Nindia. Tanpa basa basi Jeremy langsung menyodorkan tangannya dan mengajak berkenalan. “Hai cantik, aku Jeremy anak pemilik rumah ini. Siapa namamu? Boleh kenalan?” tanyanya bertubi-tubi.Nindia tak langsung menyambut tangan Jeremy. Dia memandang ke arah Bu Ratri yang senyum-senyum geli melihat tingkah majikan mudanya tersebut.Merasa belum mendapatkan respon dari Nindia, Jeremy mengerlingkan mata tepat di depan wajah Nindia.“Hei bidadari, aku boleh tau namamu kan?” tanyanya sekali lagi.Karena merasa begitu lucu Nindia pun tersenyum lalu membalas uluran tangan Jeremy dengan canggung,“Aku Nindia."Jeremy sangat bahagia karena Nindia menyambut perkenalannya dengan baik dan tutur kata ramah. Dia spontan menarik tangan Nindia dan mengecupnya pelan.“Welcome to my home, Princess. Kamu adalah gadis tercantik yang pernah aku lihat," ucapnya penuh rayuan.Bu Ratri yang mendengar ucapan anak majikannya itu pun tertawa dan meledek Jeremy di depan Nindia. “Halah non, begitu itu kelakuan Mas Jeremy. Ndak usah percaya, itu sudah dikatakan pada seribu anak gadis orang?” sergahnya sambil tertawa kecil.“Yaelah, Bu Ratri kagak ngerti mana ekspresi cowok yang sungguhan dan mana yang bercanda. Dah ini Bu Ratri matiin pasaran gua ajalah” bantah Jeremy tidak terima. Alhasil diantara mereka malah tertawa termasuk Nindia.Jeremy segera pamit setelah mendapatkan apa yang diinginkannya. Yaitu, berkenalan dengan Nindia, gadis lugu yang ternyata akan tinggal di rumah kediaman orang tuanya.“Well.. bu Ratri, aku mau ngerjain tugas dengan teman-teman kampus, tolong sampaikan pak Minto siapkan mobilku ya, dan tolong juga jaga bidadari ini untukku” sembari melirik Nindia.“Yakin Mas Jeremy udah mau berangkat sekarang? Gak nyesel sudah tidak lihat bidadari pagi?” goda Bu ratri sambil senyum-senyum menutup mulutnya dengan satu tangan.“Sebenarnya masih pengen berlama-lama di rumah. Cuma, udah janjian, kagak enak kalo lama telat," jawab Jeremy. Tania dan Edward sudah siap di meja makan menyantap sarapannya, sedangkan Kevin sudah tampil necis rapi mengenakan jas duduk di depan mamanya. Ketika Jeremy turun dari tangga, mamanya memanggil.“Pagi sayang, tidak sarapan dulu Jer?”Jeremy segera menghampiri sang mama dan duduk disamping perempuan yang telah melahirkannya itu.Jeremy mulai bertanya-tanya tentang keberadaan Nindia dalam rumah mereka. Dia ingin tahu banyak tentang gadis itu."Mah, gadis yang ada disebelah kamar Jeremy itu siapa? Apa benar dia akan tinggal di rumah kita mulai sekarang?" Tanyanya penasaran.Kevin yang mendengar pertanyaan jeremy--adiknya mulai merasa risih dan terganggu. Entah mengapa, dia merasa kesal karena adiknya itu menanyakan tentang Nindia."Sejak kapan lu kepo dengan kehidupan di rumah ini? Biasanya, lu paling anti dengan urusan apa pun," kata Kevin menatap Jeremy.Jeremy yang kesal dengan pernyataan kakaknya, menggaruk rambutnya yang tidak gatal lalu menjawab,“Ah, kak Kevin nggak bakal ngerti deh. Ini masalah hati pokoknya!” sergah Jeremy. Tak mau kalah Kevin lantas menjawab lebih tinggi lagi,"Apa yang lu tahu tentang masalah hati? Gak usah sok bijak lah. Mending kuliah yang bener terus bantu gue di kantor," lanjut Kevin lagi.Edward dan Tania tertawa mendengar percekcokan diantara kedua putra mereka. Mereka saling pandang. Edward pun menceritakan tentang Nindia pada kedua putranya."Namanya Nindia. Dia gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan di mana papa menjadi donatur tetap di sana. Dia gadis pintar. Itu sebab papa dan mama memutuskan memberikan dia beasiswa dan memintanya pindah ke Jakarta untuk kuliah," ungkap sang papa menjelaskan.Jeremy yang mengetahui jika Nindia akan berkuliah di kampus yang sama dengannya pun menyambut dengan suka cita. “Oh yeah ... artinya, Nindia bakal satu kampus dengan Jeremy. Wah, bakal jadi primadona dia nanti di kampus. Udah cantik, lembut dan masih orisinil lagi. Fix!! akan gue pamerin ke temen-temen gua. asiiiik dong!!”Kevin nampak tidak bisa menerima ucapan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh Jeremy akan berita bahwa gadis itu kuliah di tempat yang sama dengannya."Bisa diem gak sih lu? Kita ini lagi makan. Lagian, buat apa sih lu kenalin gadis kampung itu ke temen-temen lu?" Ucap Kevin kesal.Tentu saja, perubahan wajah dan kemarahan Kevin menjadi tanda tanya pada diri Jeremy. Tidak biasanya sang kakak seperti ini.“Kok kakak jadi aneh. Sejak kapan sih kakak peduli sama seorang gadis? Bukan juga pacar kakak juga kan," tandas Jeremy kesal. Kevin akhirnya mengalihkan pandanganya dengan canggung dari Jeremy dan kembali menekuni sarapannya.Kevin seolah seperti pencuri yang tertangkap basah. Bahkan, dalam hatinya, dia juga merasa aneh. Kenapa juga harus peduli dengan gadis kampung yang sama sekali tidak menarik untuknya.Tania yang menangkap kejanggalan tersebut buru-buru mengalihkan topik pembicaraan supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “Jeremy mau disiapkan roti untuk sarapan?”"Tidak usah, Mah. Selera makan Jeremy tiba-tiba hilang. aku berangkat dulu, Mah, Pah. Bye semua," ucapnya melirik sinis ke arah Kevin."Jangan pulang terlalu malam, Jeremy," ucap sang mama mengingatkan.“Oke mah. Jeremy bakal pulang cepat, soalnya kan ada bidadari di rumah,” teriak Jeremy menghilang dari pandangan. Edward yang mengetahui ketegangan kedua putranya di meja makan itu lalu mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan soal pekerjaan pada Kevin.“Hari ini kita ada meeting dengan klien di Thamrin. Sudah kamu siapkan proposalnya?" Tanya Edward pada putranya. “sudah, Pah,” jawab Kevin. “Pastikan kita mendapat tander tersebut. Profitnya akan besar sekali. Apa kalkulasi kalian tentang materialnya sudah jadi?” tanya Edward.“Hampir, Pah. Ada satu klien kita di Kalimantan yang masih belum bisa di kontak,” jelas Kevin.“Kalo begitu ganti saja vendor lain,” sambung Edward.“Baik, Pah. Kevin konfirmasi dulu mana vendor yang siap support kita,” balas Kevin.Tania kemudian bertanya ketika pembicaraan ayah dan anak tersebut berakhir.“Oh iya sayang kemarin mama ketemu dengan mamanya Miranda. Mama penasaran, sudah sejauh mana hubungan kalian? Sepertinya sudah waktunya meresmikan hubungan jika kalian sudah siap," ucap sang mama pada Kevin.Kevin tidak menanggapi pertanyaan mamanya tentang perempuan bernama Miranda. Dengan berbasa-basi, ia memilih mengalihkan pembicaraan."Malam ini Kevin ada pertemuan dengan teman-teman. Mungkin akan sampai larut malam. Jadi, malam ini Kevin tidur di apartemen saja," ucapnya segera menyelesaikan sarapannya."Baiklah kalau begitu. Tapi, jangan lupa, kabari mama mengenai perkembangan hubunganmu dengan Miranda," ucap sang mama. "Kami tidak punya hubungan spesial, Mah. Hanya teman biasa," ucap Kevin berlalu dari hadapan kedua orang tuanya.Dibalik kemudi, Kevin terngiang perkataan mamanya. Tapi, dia memilih tidak ambil pusing perkara tersebut.Baginya, Miranda adalah wanita kesenangan yang siap digauli kapan saja tanpa harus memikirkan status atau komitmen. Sama seperti perempuan lain yang dekat dengannya selama ini.Kevin memang sengaja mencari perempuan-perempuan yang memiliki pemikiran sama dengannya.Tentu saja tidak sulit bagi dia menemukan satu atau dua perempuan dalam waktu yang bersamaan tanpa harus terpikir untuk menikah kemudian punya anak.Menikah adalah hal berat menurutnya. Kenapa harus memiliki ikatan, ketika kedua belah pihak sudah cukup bahagia dan saling menguntungkan pikirnya.Baginya, satu-satunya tujuan berhubungan dengan perempuan hanya persoalan biologis, tidak lebih.Lagipula, belum tentu dalam perjalanan pernikahan dia atau sang perempuan, perasaan saling mencintai itu akan awet. Bisa jadi, diantara mereka akan tertarik dengan yang lain. Hal justru akan melukai perasaan pasangannya. Sebenarnya,
Tania tengah sibuk di ruang tengah memilah baju yang dipesan dari butik langganannya untuk Nindia. Ibu tiga anak tersebut bak memiliki anak perempuan lagi, Nindia seolah seperti manekin yang siap di dandani mengikuti perkataan Tania. Nindia tak banyak protes dia mengikuti semua arahan dari Tania. “Ini sepertinya oke di kamu sayang” menempelkan satu stel baju berwarna biru muda di tubuh Nindia. “Tapi tant… maaf..ma, apakah ini tidak terlalu sempit untuk Nindia?” Jawab Nindia malu karena tidak terbiasa menggunakan celana ketat.“Ini bagus sayang,tidak terlalu ketat, pas ukurannya di kamu, iya kan bi Ratri?” Tanya Tania minta dukungan. “Iya non cocok banget, wis pokok e nyonya Tania gak bakal salah pilih” Jawab Ratri menyakinkan.Kevin yang memperhatikan mereka saat menuruni anak tangga, seolah terusik dengan kegiatan yang mereka lakukan. “Mama sedang apa sih?” Tanya kevin, protes seolah tak rela mamanya melakukan semua itu. “mama sedang pilihkan baju untuk Nindia, agar besok
POV Kakek WidjayaSejak malam itu aku tak pernah sekalipun melupakan mata itu, mata sayu yang selalu membayangi malam-malamku, meskipun aku telah bersama orang lain namun dia tetaplah cawan canduku. “Lisa,,tak sedetikpun ku lupa akan dirimu” “Akankah gadis itu cucu Lisa, yang mana merupakan cucu kandungku? Aku telah menggagahinya berkali-kali ketika suaminya tengah berada di luar kota. Apakah mungkin? “Aku dipisahkan dari kekasihku Lisa ketika kami telah menjalin hubungan lebih dari tujuh tahun. Saat itu, keluarga kami tidak memiliki apa-apa yang untuk meminang Lisa. Semantara keluarga Lisa menginginkan seorang menantu yang mampu mencukupi kebutuhan Lisa,, sekaligus kebutuhan keluarga.Datanglah seorang laki-laki bernama Timo, meskipun saat itu Timo telah memiliki dua istri, namun tetap tak menyurutkan keinginan keluarga Lisa untuk menyerahkan anak gadisnya kepada Timo, laki-laki yang kurang ajar menurutku. Pada kenyataannya Lisa tak pernah mendapatkan perlakuan manis, malahan di
Pagi ini Edward sedikit gusar lantaran obrolan dengan ayahnya semalam, seusai makan bersama. Beliau mengingatkan kepada Edward untuk mengatur Kevin agar lebih bisa menghargai perempuan terutama Nindia. Widjaya beranggapan Kevin terlalu dimanja oleh orang tuanya, sehingga dia tidak mampu berempati kepada penderitaan orang lain, terutama orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan.Selama ini Kevin memang tercukupi dari segi materi, bahkan untuk membiayai gaya hidupnya yang cenderung hedon. Atau mengadakan pertemuan dengan teman-temannya yang hampir dilakukannya setiap pekan. Ketika mendapat perkataan dari Kakek Kevin tersebut, Edward merasa begitu gagal sebagai seorang ayah yang seharusnya mendidik Kevin tidak hanya kognitif saja, namun tentu dia berharap bisa mendidik Kevin dari sisi emosional. Saat Tania memasangkan dasi Edward, laki-laki itu berkata kepada istrinya. “Sayang, menurutmu jika Kevin selalu bersinggungan dengan Nindia, apakah dia bisa memberikan pengaruh positi
Tok.. tok…tok…!“Gadis bodoh keluar kamu! aku sudah terlambat”. Teriak Kevin dari luar kamar Nindia.Tak ada suara sama sekali dari dalam, Nindia kelihatannya memang belum bangun. “Hey gadis tuli, bangun kamu, kau dengar aku tidak?!”Teriaknya sekali lagi. Diguncang- goncangnya gagang pintu Nindia, hingga membuatnya terbuka tanpa sengaja. Kevin langsung saja masuk dalam kamar Nindia, tanpa permisi, tanpa instruksi dari sang pemilik kamar. Di atas kasur terlihat Nindia yang masih tertidur, gadis tersebut baru saja tidur setelah subuh.Akhir-akhir ini Nindai memang memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, dia sering menutup mata setelah fajar menjemput. Hanya saja kali ini dia sama sekali tidak mendengar alarm berbunyi. Bahkan saat Kevin datang membangunkannya. “Nindia…”Kevin memanggil nama gadis tersebut, namun Nindia tak juga lekas membuka mata. Seperti mendapat kesempatan emas pria itu duduk di samping Nindia, dengan sangat hati-hati. Senyum Kevin mengembang sembari dibela
Kring.. Kring.. Kring..“Halo”“Abah Riantiarno ada?”Suara berat seorang laki-laki terdengar di seberang sana, kala itu Puspa sedang bertugas membantu Abah mengoreksi pekerjaan siswa di ruang kerja, tangannya terhenti saat mendengar telepon yang mencari pimpinan yayasan mereka.“Abah masih mengajar di sekolah, apakah ada keperluan mendesak? Nanti saya sampaikan” balas Puspa. Saat ditanya demikian orang di seberang sana terdiam, solah berpikir apa yang hendak ia sampaikan, sementara hal yang ingin dia gali adalah informasi rahasia yang memang harus ditanyakan secara langsung. “Jam berapa Abah biasa pulang? ““Biasanya ba’da ashar sudah sampai di rumah” Sahut Puspa. “Kalau begitu saya akan datang sore ini” Jawab Laki-laki di seberang, segera ingin mengakhiri percakapan. Buru-buru Puspa mendesaknya dengan pertanyaan perihal nama, namun laki-laki tersebut kembali terdiam, tak lekas memberi jawaban. Jeda suara yang dirasa tak wajar oleh Puspa membuatnya berpikir macam-macam. Sement
Abah masuk ke sebuah ruangan dibimbing oleh seseorang yang mencarinya di Yayasan kemarin–Henry. Langkah Abah agak melambat saat dia melihat seseorang yang tengah duduk menunggu kedatangannya. Meskipun belum pernah bertemu dengan orang tersebut, namun dia tahu, beliau adalah Kakek Widjaya. Abah pernah melihat Kakek Widjaya di foto keluarga Pak Edward. Rambut kakek itu boleh jadi berubah menjadi putih, namun terlihat jelas bahwa dulunya dia merupakan laki-laki yang gagah dan tampan. Ketika henry dan abah, Kakeh Widjaya langsung berdiri dan menyodorkan tangannya kepada laki-laki yang baru saja dikenalnya tersebut. , “Saya Widjaya, ayah dari Edward, bagaimana perjalananmu hari ini? apakah semua akomodasi sudah membuat nyaman? JIka tidak saya bisa minta Henry untuk menggantinya”Tak tanggung-tanggung memang karena Kakek Widjaya menerbangkan Abah dari Klaten dengan penerbangan VVIP. Lantas mengistirahatkannya di hotel mewah bintang lima di pusat kota. Pertanyaan berikutnya apakah A
“Abah???” Nindia berteriak bahagian lantaran orang yang disayangi ada di depannya, gadis tersebut tak mampu menahan kakinya untuk tetap diam di tempat. Hatinya begitu penuh, tanpa sadar air matanya menetes, saat menyalami tangan abah, kemudian memeluknya solah bertahun-tahun tak bertemu dengan pimpinan Panti Asuhan tersebut. “Sejak kapan Abah disini? kenapa tidak bilang dulu ke Nindi kalau mau datang” lanjut Nindia protes karena gadis itu berharap bisa izin di perkuliahannya.“Abah akan disini beberapa hari Nindia tinggal di Jakarta Nindia, katanya ada urusan yang harus diselesaikan”Kakek Wijaya tiba-tiba muncul di balik tubuh Abah, kemudian berjalan melewati abah dan Nindia yang sedang melepas rindu.Saat mendengar suara Kakek Widjaya, gadis itu terkejut mendengar dan mengamati beliau berjalan ke arah ruang keluarga, sejurus kemudian Nindia mengalihkan pandangannya kepada Abah dengan ekspresi tanda tanya di wajahnya. Sebenarnya tak hanya Nindia, Edward dan Tania menyimpan rasa
Mona sudah menyiapkan teh dan kue untuk menemani obrolan mereka bersama, sementara Nindia selesai membersihkan diri di kamar yang telah disediakan oleh Mona, saat keluar dari kamar mandi, dia menemukan sosok perempuan yang mirip sekali dengan bundanya. Perempuan tersebut mengenakan long dress, dengan rambut terurai lurus sebahu. Nindia mengamati foto tersebut dengan seksama, dia menemukan perempuan tersebut mengenakan cincin persis seperti yang ia miliki. Nindia kemudian menyamakan dengan cincin yang menggantung di lehernya, persis tak ada bedanya. Dalam hati dia bertanya-tanya apa hubungan orang ini dengan bunda yang baru saja dia kenalnya tersebut dan juga bagaimana wanita ini memiliki cincin yang sama persis seperti yang dia miliki. ‘barangkali saya harus bertanya kepada bunda’ pikir NIndia, dia lantas bergegas menuju ruang tengah tempat mereka berkumpul.Di ruang tengah Haris berkali-kali meminta Kevin untuk melanjutkan duel bermain catur yang sudah jelas-jelas tak ada harapan
“Pa, akhir-akhir ini aku lihat Kevin mulai berubah”kata Tania kepada suaminya.“Berubah gimana maksud mama?” bals Edward.“Sekarang sikapnya menjadi lebih lembut kepada orang-orang” Jelas Tania.Edward lantas melipat korannya, menatap lurus kepada istrinya kemudian tersenyum. Kali ini strategi membuat Kevin menjadi pribadi yang lebih bisa berempati dengan orang sekitar telah berhasil. Akhirnya dia berkata kepada Tania.“Ini sepertinya berkat Nindia bukan?’ tanya Edward. “Sepertinya begitu” Sementara gadis yang dibicarakan-Nindia yang telah rapi siap untuk pergi ke rumah Mona,kemunculannya yang tiba-tiba di ruang makan tempat Tania dan Edward berada, membuat kedua suami istri tersebut menghentikan percakapan mereka, keduanya saling pandang, lalu Edward bertanya.“Nindia mau kemana nak, pagi-pagi seperti ini?”“Nindia mau ijin berkunjung ke rumah Bunda Mona pah?” Balas Nindia.“mmmm,,, siapa Bunda Mona?” Tanya Edward, karena setahu laki-laki tersebut Nindia tidak memiliki saudara di
Setelah kedua couple tersebut beranjak keluar, Miranda menarik nafas panjang kemudian mengeluarkannya perlahan, dia berharap bisa menyembunyikan rasa kecewanya dari Daniel. Miranda yang menyedihkan karena mencintai orang yang sama sekali tak pernah menganggapnya ada, seberapa besar dia berusaha membuat Kevin jatuh cinta kepadanya tetap saja tak pernah ada dirinya dalam hati laki-laki itu. “Kamu kenapa Mir?" tanya Daniel sambil melirik perempuan tersebut yang masih terpaku dalam lamunannya. “Apa kau pernah jatuh cinta kepada seseorang, namun orang tersebut tak pernah menganggapmu ada?” tanya Miranda dengan sedih.“hahaha… tentu saja tidak pernah, untuk apa membuang waktu dengan orang yang demikian” Jawaban Daniel seolah menampar Miranda, perempuan tersebut langsung terisak seketika. Daniel langsung meraih tangan Miranda lantas, lantas memegangnya erat.“Are you ok?” Saat ditanya demikian , isak tangis Miranda semakin menjadi. Daniel langsung mengambil posisi di samping Miranda da
Hari yang cerah untuk dua couple pergi ke bioskop saat itu, Jeremy sengaja memilih tempat yang dekat dengan dengan kediaman mereka karena tidak ingin terlalu lama dalam perjalanan.Sudah pasti best couple saat itu jatuh kepada Jeremy dan Sakura, sejak turun dari parkiran, tangan tangan gadis tersebut tidak lepas dari lengan Jeremy sejenak pun. Sementara Nindia dengan tak bersemangat mengikuti mereka dari belakang, di belakang Kevin yang seolah menjadi bodyguard Nindia mengikuti gadis itu dari belakang kemanapun dia melangkahkan kaki.‘jika seperti ini mendingan aku tidak ikut saja, daripada harus menyaksikan kedua orang bucin ini’ batin Nindia kesal sambil mengayunkan langkahnya dengan lesu. Kevin yang bisa merasakan jika gadis tersebut sedikit tidak nyaman, lantaran sepasang kekasih di depan mereka seolah memiliki dunia sendiri, sedang yang lain hanya menumpang.Namun Kevin tak punya banyak pilihan, dia hanya mengamati Nindia dari dengan segala perasaannya. “Maaf permisi!”Seorang
Sejak semalaman Kevin belum berjumpa dengan Nindia, laki-laki itu begitu penasaran dengan apa yang dilakukan Nindia saat ini. Karena rasa penasaran yang membuncah laki-laki tersebut turun menuju lantai dua rumahnya, lantai dimana lokasi kamar Nindia berada. Pintu kamar Nindia masih terlihat tertutup rapat, ’jam segini gadis itu pasti sudah bangun’ pikirnya. Kevin hanya berdiri di depan pintu Nindia. Dia bimbang apakah sikapnya ini wajar atau tidak untuk menyambangi gadis yang selama ini dihina oleh nya.“kenapa aku harus mengendap-ngendap seperti ini” gumamnya jengkel kepada dirinya sendiri.Rasa bimbangnya semakin membuncah, perasaannya sudah membawanya sampai sejauh ini, bahkan sudah sampai di depan pintu, jika tidak mendapatkan informasi atau bertemu dengan gadis tersebut adalah suatu kerugian, akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu Nindia dan masuk kedalam kamar gadis tersebut, namun tak ada suara sama sekali.Akhirnya Kevin memutuskan untuk masuk kedalam kamar, saat laki
“Kakek, kenapa menjemputku sendiri kesni?”Tanya Nindia saat melihat Kakek Widjaya berjalan kaki ke arah lobby, saat itu Nindia dan Judy sedang asik bercakap. Keduanya memang sengaja menunggu di spot tersebut, sembari mengerjakan tugas yang belum terselesaikan di perkuliahan. “Kenapa Kakek tidak boleh menjemput cucunya sendiri kah?” Balas Kakek Widjaya sembari tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.Judy dan Nindia lantas saling pandang kemudian tersenyum bersamaan, Nindia memang mengagumi sosok kakek Widjaya karena beliau begitu berwibawa. “Ayo” Ajak kakek Widjaya pada gadis manis tersebut. “Kakek ingin mengajakmu ke suatu tempat, Abah juga menunggu disana” Lanjut sang kakek.“oh abah masih di Jakarta Kek?” tanya Nindia bersemangat. Kakek menganggukkan kepalanya untuk menjawan pertanyaan gadis tersebut. Kemudian memberi isyarat kepada Henry, agar lekas membukakan pintu mobil kepada Nindia. Tak lama mobil yang mereka tumpangi melaju membelah kota Jakarta. Mobil kakek akhirnya berh
Matahari malu-malu menampakkan diri dengan perlahan namun pasti mentari tersebut menyapu permukaan bumi, menunjukkan kasih sayangnya pada daun, rerumputan,sungai dan lautan.Pagi itu Kevin melakukan rutinitas hariannya mengantar Nindia, tak ada protes lagi kali ini. Bahkan dia tak akan melewatkan satu kalipun jadwalnya digantikan oleh orang lain. Jika awalnya dia begitu bersikeras menolak tugas tersebut, lantaran hal tersebut membebaninya, sekarang sebaliknya dia begitu antusias bahkan semangat untuk mengantarkan Nindia. Sedang gadis yang diantaranya pun seolah lupa dengan apa yang dipertanyakan semalam. Kenapa Kevin mengetahui semua aktivitasnya dengan Daniel. Saat melihat Kevin pagi itu pikirannya lantas membawanya teringat saat Kevin memeluk erat tubuhnya agar tidak jatuh. Seketika wajahnya berubah menjadi merah lantaran malu.Hingga detik ini Nindia bahkan masih dapat merasakan getaran tersebut, terlebih mereka dalam satu mobil sekarang. Keduanya sama-sama diam,menyembunyikan a
“Huh!!! dasar wanita murahan baru kencan pertama sudah mau dipegang-pegang tangannya”Geretu Kevin dengan dengan geram saat melihat video Nindia dan Daniel. Video tersebut memperlihatkan suasana dan kegiatan yang mereka lakukan selama kencan berlangsung. Atas dasar apa Kevin melakukannya, dia sendiri tidak mengerti, yang jelas dia ingin mengetahui apapun yang Nindia lakukan dengan sahabatnya tersebut.drezzttt.. dreezzttt…drezztt..Kevin kembali melihat di layar ponsel, tertera nama Miranda yang memanggil. Orang yang sama sekali tak diharapkan untuk menghubunginya malam ini, panggilan pertama tak direspon oleh Kevin. Kedua kalinya Miranda memanggil ulang, dengan malas Kevin mengangkatnya. “Iya Miranda ada apa?” Sahut Kevin kala panggilan tersebut tersambung. “Kamu ini gimana sih, aku sudah booking tempat untuk kia dinner malam ini, tanpa sebab apapun tiba-tiba membatalkannya, kamu dimana sekarang?” Cecar Miranda yang kesal karena janji ketemu mereka gagal malam ini. “Aku sedang s
Keinginan Daniel untuk berkencan dengan Nindia akhirnya terwujud. Laki-laki itu sudah merancang semuanya dengan baik, mulai dari tempat makan hingga kado yang akan diberikan kepada sang gadis.Ini adalah kencan resminya dengan Nindia setelah meminta izin kepada Kevin dan juga keluarga nya, selaku wali Nindia di Jakarta. Laki-laki itu dengan berani menerjang ombak meminta persetujuan Mama Tania untuk mengajak anak asuhnya tersebut.Yang paling mengejutkan adalah mama Tania menyambut gembira ajakan Daniel. Meskipun dalam bisnis, keluarga Daniel adalah kompetitor mereka, namun dalam hubungan pribadi selama ini keduanya selalu baik-baik saja. Bahkan sejak kuliah di New Zealand keduanya saling bersahabat. Ini adalah kencan yang paling mendebarkan untuk Daniel, dirinya sudah mengganti baju lebih dari tiga kali, baginya masih saja kurang pas, entah warna kurang ok, ataupun model kemejanya yang kurang pas. Untuk kali ini dia benar-benar merasa dibuat gila oleh gadis tersebut, hingga adiknya