Home / Rumah Tangga / Mertuaku Adalah Maut / Bab 16 - Mertua dan Pelakor Protes

Share

Bab 16 - Mertua dan Pelakor Protes

Author: Siez
last update Last Updated: 2025-01-28 09:00:16

"Ya Bu. Dimas harus bagaimana?" Dimas pun terlihat sudah tak berani untuk melawan Hesti. Apalagi membela Nani maupun Laila di depan Hesti.

"Kamu gak perhatikan istri kamu ini? HAH! Kasihan dong Laila. Sudah kaki luka, eh malah kalian tinggal begitu saja."

Dimas diam. Kepalanya juga sudah sakit mendengar ocehan dari Nani.

"Bu ... bisa kita bicara baik-baik dulu bertiga?" pinta Dimas sambil memijit kepalanya yang pening.

"Apa?" 

"Hmm ... di kamar Laila saja ya."

Tiga orang itu pun berjalan pelan ke dalam kamar Laila.

"Apa yang mau kamu bicarakan Dimas?"

"Uhm ... Hesti mengatakan uhmm ..." Dimas ragu. Tapi Hesti juga sudah memaksa tadi pagi. Suka atau pun tidak, Dimas pun tak bisa melawan Hesti.

"Apa? Jangan buat aku penasaran!" tegas Nani.

"Mulai bu-bulan depan. Uhm ... Hesti tidak akan mengirimkan uang untuk ibu seperti biasanya."

"HAH! Kenapa begitu? Lalu, bagaimana ibu harus hidup, Dim?" Nani panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 17 -

    "Ya sudah, kalau ibu kamu tetap pada pendiriannya Aku pun begitu." tegas Hesti."Hes ... jangan begitu dong. Ibu aku kan juga ibu kamu. Masa kamu tega begitu.""Gak mas ... aku bukannya tega. Tapi aku juga sudah terlalu lama tega kepada diriku sendiri. Aku ingin senang-senang. Menikmati uang yang aku hasilkan. Selama ini, aku tak menikmati hasil dari apa yang aku kerjakan. Boleh dong kalau aku egois?""Hes ... jangan begitu.""Kalau Mas mau memberikan uang untuk keluarganya mas, maka cari kerjaan tambahan. Uang suami adalah uang istri! Uang istri adalah uang istri! Kenapa juga sekarang ini uang istri jadi uang suami?" bentak Hesti lebih sengit lagi kepada Dimas.Dimas tertegun mendengar bentakan Hesti."Mas, selama ini aku sudah banyak mengalah. Aku sudah tak bisa lagi. Bagaimana pun, aku harus mengurusi masa depan aku, masa depan kita! Kalau kamu ingin mencari uang tambahan agar bisa membiayai keluargamu, maka carilah pekerjaan itu."

    Last Updated : 2025-01-28
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 18 - Pergi Dari Rumah

    Nani yang mendengar keributan antara Dimas dan Hesti segera keluar dari kamar."Ada apa ini?" tanya Nani saat bertemu Hesti yang membawa sebuah koper besar dan keluar dari kamar.Hesti menarik nafas dalam-dalam dan menatap lekat ke arah Nani."Bu ... terima kasih selama ini sudah menjadi mertua aku. Terima kasih sudah telah memasukkan pelakor yang bernama Laila ini ke dalam rumah tangga aku. Semoga ibu bahagia karena mulai hari ini, aku sudah bukan istri dari Dimas!" tegas Hesti memberikan ucapan sarkas kepada Nani."A-apa maksudnya, Hes?""Ibu tak perlu pura-pura. Aku tahu segalanya. Laila bukan sepupu dari Dimas." Hesti mencoba mengatur emosinya agar tidak berteriak kepada Nani yang menurutnya sudah keterlaluan. "Jadi, tak perlu seolah-olah kaget. Ini juga kan yang kalian mau? Aku keluar dari rumah ini. Jadi ... cita-cita kalian sudah tercapai. Silahkan menikmati rumah ini walaupun hanya sementara.""Sementara?""Ya ...

    Last Updated : 2025-01-29
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 19 - Ternyata Arga

    "Gak usah curiga. Biasa saja. Anggap saja ini balasan untuk Dimas dan si sepupu atas apa yang mereka lakukan kepada kamu." tukas Arga dengan santainya."Terserahlah. Aku gak peduli juga.""Oh ya, sampai kapan kamu mau tinggal di hotel?""Uhm ... nanti aku mau cari kost.""Bagaimana kalau di apartemen aku saja.""Apartemen yang mana nih?""Itu yang di Gatot Subroto. Kan kosong tuh.""Buset ... IPL nya aja udah mahal banget, Ar. Males.""Haha ... udah tenang aja. IPL aku yang tanggung. Kamu tinggal bayar lisrik sama air.""Uang sewanya berapa?""Gratis lah.""Koq bisa gratis? Kamu gak niat macam-macam kan?""Woi ... jangan pikiran negatif sama aku. Aku ini bestie kamu sekalian bos kamu. Kita ini udah berteman selama sepuluh tahun loh. Anggap saja fasilitas kantor.""Haha ... kalau fasilitas kantor, kenapa gak dikasih dari dulu aja? Jadinya aku gak usah kontrak rumah atau beli rumah." kekeh Hesti

    Last Updated : 2025-01-29
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 20 - Semua Karena Ibu

    "Kamu aneh-aneh saja." kekeh Hesti sambil memukul pelan bahu Arga."Dih ... siapa yang tahu lagi." Arga mencoba berkelit."Gak lah. Aku butuh menenangkan diri. Menyelesaikan perceraian aku dan ... having fun a little bit." jawab Hesti tanpa ragu. Hatinya masih sakit. Baginya, mencari pria baru bukanlah menyelesaikan masalah. Tapi malah menambah masalahnya saat ini.Wanita itu butuh menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri."Hmm ... terus kalau misalkan nih ... Dimas mau kembali lagi sama kamu, apakah kamu mau kembali sama dia?""Tentu saja tidak, Ferguso! Sudah sangat cukup untuk Dimas dan keluarganya. Ternyata yah ... selama ini mereka begitu tidak tahu terima kasih kepadaku. Padahal aku sudah sangat berusaha membuat mereka semua bahagia.""Dan ... kamu mengorbankan kebahagiaan kamu sendiri." tambah Arga."Dulu sih gak merasa begitu ya. Tapi sekarang, ya aku merasa begitu. Aku menyesal karena terlalu cinta sama Dimas. Bahkan memberikan segalanya untuk Dimas dan keluarganya sampai

    Last Updated : 2025-01-30
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 21- Fitnah Mertua

    "Kamu ini bicara apa sih? Kenapa ibu datang terus kamu main tuduh saja?" Nani sewot terhadap bentakan dari Dimas.Dimas yang kesal pun segera keluar dari rumah. Ia bingung sekarang harus berbuat apa. Tak ada uang, harus menunggu awal bulan.Nani yang masih bingung dengan ocehan dari Dimas pun segera menaruh barang belanjaannya di dapur. Lalu ia berjalan kearah kamar Laila yang terlihat tertutup."La!" panggil Nani ke pintu kamar dari Laila.Tak ada jawaban."Buka, La."Kemudian, pintu kamar pun terbuka. Terlihat wajah Laila yang sendu dan penuh tangisan."Kenapa kamu, La?""Mas Dimas jahat bu ....""Kenapa? Kenapa pas ibu datang, Dimas terlihat sangat emosi?""Aku memintanya untuk mencari pekerjaan tambahan. Kami kekurangan uang dan tentu saja harus ada uang tambahan, Bu.""Lantas?""Mas Dimas malah membandingkan aku dengan Mbak Hesti. Aku tak terima. Aku tak suka dibandingkan begitu dengan Mbak Hesti, Bu!" adu Laila penuh emosi.Nani mengangguk-angguk pelan."Aku bosan terus dibandin

    Last Updated : 2025-02-01
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 22 - Dimas Tak Tahu Malu

    Hesti langsung berdiri dan menatap ke arah Dimas."Apa sih yang kamu bicarakan? Gak ngaca?" balas Hesti menghina Dimas. "Apa kamu sedang hilang ingatan, HAH!""Dia ..." tunjuk Dimas ke arah Arga."Dia ARGA! Bos aku! Bukankah kamu sudah tahu?""Bos kamu ... selama ini jadinya kamu itu sering keluar kota sama bos kamu karena kamu selingkuh sama dia kan? Kamu tidur sama dia kan? Makanya kamu dengan mudah untuk cerai sama aku," tuduh Dimas yang sudah seperti kehilangan akal saja.PLAK!Hesti langsung menampar keras pipi dari Dimas."Jaga bicaramu! Hubungan aku dengan ARGA bukan seperti hubungan perselingkuhan kamu dengan Laila! Mengaku sebagai sepupu, dibawa ke rumah dan ternyata istri kedua kamu. Aku bukan tukang main belakang seperti kamu!" balas Hesti menyerang Dimas."Pria itu wajar untuk poligami!" Dimas membela diri. "Sudah ... jangan bertengkar di sini! Ini tempat umum. Jangan membuka aib di sini! Malu ... banyak orang yang melihat kita," tukas Arga yang mencoba melerai pertengkar

    Last Updated : 2025-02-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 23 - Dipecat

    "Apa salah saya, Pak? Kenapa saya dipecat begitu? Sa-saya sudah bekerja lama loh, Pak di perusahaan ini." Dimas benar-benar tak mengerti. Semua yang didengar hanya seperti mimpi buruk untuk Dimas saja."Maaf, Pak Dimas. Mungkin anda sudah mendengar adanya pengurangan karyawan yang kurang performance untuk perusahaan ... jadi dengan berat hati, salah satu yang dirumahkan adalah anda.""Pak Beno, tolong saya. Saya masih harus membayar cicilan rumah dan yang lain-lainnya. Kalau saya tidak bekerja di sini. Lalu saya harus bayar dengan apa semua itu?" "Maaf, Pak Dimas. Saya juga tak bisa berbuat banyak untuk membantu anda."Kepala Dimas sungguh sakit saat ini. Kenapa setelah memberikan talak kepada Hesti, kesialannya terus bertambah?"Pak, bisa tolong minta ke atasan untuk mempertimbangkan saya sekali lagi? Atau .. mungkin bisa melihat performa saya di bulan ini. Saya mohon, Pak. Perusahaan ini adalah satu-satunya tempat saya untuk mencari nafkah." pinta Dimas sampai menangis tersedu-sed

    Last Updated : 2025-02-05
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 24 - Niat Jual Rumah

    "Entah ... ayo kita jalan saja ke rumah." Dimas mengedikkan bahunya.Laila pun segera membantu Dimas dengan segala barang belanjaannya."Ngapain kamu di sini, Hes? Terus bawa pria yang berumur lagi." ejek Dimas.Hesti mengerenyitkan dahinya saat mendengar suara dari Dimas."Ini Pak Andre. Dia calon pembeli rumah ini." tukas Hesti dengan santainya.Pak Andre pun menganggukkan kepalanya."Bagaimana Pak Andre?" tanya Hesti."Dari depan sih lumayan suka. Belum cek dari dalam.""Ah ya, baik ... ayo masuk dulu untuk melihat." ajak Hesti tanpa peduli terhadap Dimas dan Laila."Hei ... jangan sembarangan kamu ya! Aku yang membeli rumah ini. Kamu gak berhak menjualnya."Dimas menaruh semua barangnya di balkon rumahnya dan terdengar menantang Hesti. Ia menghalangi jalannya Hesti dan Pak Andre untuk masuk ke dalam rumahnya."Haha ... sembarangan gimana sih? Jelas-jelas DP rumah ini ada andil aku juga. Bahk

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 44 - Dimas curiga

    Kring!Ponsel Dimas sudah berbunyi dan panggilan itu berasal dari Ratna."Kenapa, Rat?""Mas, kapan datang ke sini?""Duh ... mas susah nih. Mas baru keterima kerja. Susah juga kalau mas harus pulang kampung. Bisa-bisa mas dipecat, Rat.""Terus ... gimana dengan Mbak Laila?" suara Ratna mulai meninggi."Hmm ... Laila juga baru mulai usaha warung nasi uduknya. Mana bisa ditinggal. Kami kan sewa tempat. Rugi dong, Rat kalau mesti tutup." Dimas memberikan alasan.Ratna pun mulai jengkel dengan kakaknya."Mas ... yang benar saja. Masa aku sendirian untuk merawat ibu? Aku gak bisa, Mas. Sekolah aku gimana?""Mas juga gak bisa bantu banyak, dek."Terdengar Ratna menarik nafas dalam-dalam."Sudah tiga hari aku gak sekolah, Mas. Bisa-bisa aku dikeluarkan dari sekolah." balas Ratna. "Duh ... gimana ya, Rat? Mas juga bingung.""Andaikan mas masih sama Mbak Hesti. Pasti gak akan begini jadinya. Mbak Hesti lebih baik. Kalian sangat egois dan tak sayang kepada ibu.""Dek ... mas sudah dalam prose

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 43 - Ambigu

    "Maksudnya gimana, Ar?" Marni cukup kaget dengan ucapan dari Arga yang sangat tiba-tiba itu. Apalagi Hesti yang membulatkan kedua matanya setelah mendengar ucapan dari Arga."Aku nikah sama Hesti saja, Ma. Gak usah cari wanita lain." balas Arga dengan sangat santai dan tersenyum ke arah Hesti serta Marni."Arga ... gila kamu ya." tukas Hesti kesal kepada sahabatnya itu."Benar tuh apa yang dikatakan sama Hesti. Dia kan sudah ada suami. Kamu mau jadi pebinor apa?" tanya Marni yang menurutnya, Arga sangat tak masuk akal."Hesti dalam proses cerai, Ma. Jadi ... kalau aku sama Hesti. Kan bisa saja. Gak melanggar hukum koq. Nanti kita berdua nikahnya pas dia udah dalam status cerai."Marni langsung mengarahkan pandangan kepada Hesti. "Hes ... kamu dalam proses cerai? Kenapa kamu cerai, Hes? Bukannya kamu cinta banget sama Dimas?"Marni sungguh terkejut."Hmm ... iya, Tante. Aku sedang dalam proses cerai. Uhmm ... Dimas selingku

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 42 - Calon Istri Untuk Arga

    "Hes ... menurut kamu, apa ini udah cukup untuk ulang tahun mama?" tanya Arga."Uhm ... kayaknya udah cukup deh. Kan ini brand yang disukai sama mama kamu. Lumayan banyak lah.""Heheh ... takutnya kurang sih.""Kalau kurang, kasih mentahannya aja sama mama kamu, Ar.""Haha ... kamu bisa saja sih. Ya sudah, ayo ke rumah mama dulu. Sebentar lagi ulang tahun mama mau dimulai.""Eh, tapi apa gak salah ya? Harusnya tuh kamu bawa pasangan loh. Masa kamu bawanya aku sih?" Hesti bingung."Gak salah koq. Kamu kan kenal sama mama. Terus masalahnya dimana?" tanya Arga heran. Padahal biasanya juga Hesti bersama dengan Arga untuk menghadiri ulang tahun mamanya Arga."Iya juga sih. Cuma ... mama kamu kan mintanya untuk ketemu dengan calon menantu. Masa kamu bawa teman lagi, teman lagi.""Hadeh ... calon menantunya kan kamu. Ya jadinya kamu yang dibawa lah sama aku.""Sembarangan banget sih kalau ngomong, Ar.""Terserah deh mau percaya apa gak. Yuks brangkat. Nanti telat ke resto."Hesti pun mengang

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 41 - Ke Mall

    Sungguh, Dimas sama sekali tak menyangka kalau Laila akan berkata seperti itu kepadanya. Padahal dulu, Laila begitu menurut kepada dirinya.Laila pun segera pergi dari hadapan Dimas. Bahkan makanan yang hendak ia sediakan untuk Dimas saja tak ia pedulikan. Wanita itu segera keluar dari unit apartemen dan membawa serta tote bag-nya."Andaikan aku masih sama Hesti, pasti dia gak akan begini. Pasti dia akan sangat peduli dengan kesehatan ibu. Hadeh ... apa aku salah pilih istri? Kenapa terasa sangat sial sih?" gerutu Dimas setelah Laila pergi meninggalkannya sendirian di dalam unit apartemen.*Laila yang sudah sampai lobi apartemen langsung menghubungi Ari. Dia sangat kesal dengan Dimas dan rasanya ingin pergi begitu saja untuk mencari angin segar."Halo, Mas Ari.""Hei ... cantik. Ada apa ini?""Laila lagi bete banget. Mas Ari ada dimana?""Di mini market dong. Ini kan shift nya mas.""Hmm ... Laila butuh temen nih. Mas A

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 40 - Nani Kecelakaan

    "Hes ..." panggil Dimas tiba-tiba saat melihat Heni yang sedang meminum kopi di sebuah cafe saat sore hari. Sendirian.Hesti langsung melihat ke arah orang yang memanggil dirinya."Ada apa?" tanya Hesti dengan dahi mengerut."Uhm ... apakah kamu sendirian?"Hesti mengangguk pelan."Boleh aku duduk di sini?"Hesti mengangguk pelan saja. Dimas langsung duduk di depan Hesti dan tersenyum. Sudah beberapa hari sejak persidangan, ia tak bertemu dengan Hesti. Anehnya adalah Hesti semakin cantik saja. Hatinya pun bergetar karena melihat Hesti yang cantik.Hesti seolah tak peduli dengan Dimas. Dia menyeruput kopinya sambil bermain ponsel, tanpa peduli dengan Dimas."Kamu ... apa kabar?" "Baik." jawab Hesti singkat tanpa mau bertanya kebalikannya kepada Dimas."Hmm ... Hes. Aku sudah dapat pekerjaan baru."Hesti mengangguk, tapi tetap tak peduli. Ia tetap memperhatikan ponselnya."Hmm ... gajinya sih gak sebesar yang kantor lama. Tapi, lumayanlah untuk hidup.""Ya. Syukuri saja apa yang kamu

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 39 - Cheating

    Bab 39Hari ini, Dimas sudah berada di sebuah perusahaan swasta untuk interview kerja dan negosiasi gaji.“Pak, apa tidak bisa gajinya dinaikkan? Uhm … saya sudah berpengalaman selama sepuluh tahun dan juga di dalamnya saya juga pernah menjadi supervisor loh, Pak.”“Maaf, Pak Dimas. Hanya segini yang bisa kami tawarkan. Kami sangat menghargai pengalaman Pak Dimas, tapi memang begitu lah. Kami belum bisa untuk membayar gaji yang sangat tinggi seperti Pak Dimas mau.”Dimas agak bingung juga. Ini sudah terlalu banyak perusahaan yang ia datangi untuk interview kerja dan negosiasi gaji. Semua gajinya hanya di UMR Jakarta saja, sekitar lima juta. Hanya perusahaan ini yang berani memberikannya sekitar enam juta rupiah. Satu juta yang berbeda juga lumayan, bukan?“Kan sekarang banyak pengangguran juga, Pak Dimas. Jadi … ““Pak, kalau saya pindah ke bagian lain? Gak usah bagian back office, bagaimana?”“Maksudnya, Pak?”“Kalau menjadi sales motor bagaimana, Pak? Di sini kan jualan motor.”“Ah

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 38 - Tawaran Menikah Dari Arga

    "Aku sedang menawari kamu. Bagaimana kalau kita berdua menikah saja?" tanya Arga dengan wajah yang sangat meyakinkan kepada Hesti. Ia sangat ingin mengetahui jawaban dari Hesti dan sangat mengharapkan kalau Hesti akan sangat setuju dengan permintaannya itu."Astaga, Ar ... apa kamu gak punya opsi lain selain aku? Yang masih gadis gitu?" Hesti bingung. "Aku tuh udah janda loh. Malah masih masa perceraian. Gak cocok banget buat dampingin kamu." "Hmm ... aku rasa kamu sngat cocok dengan aku. Kayaknya di antara semua, kamu yang paling mengerti aku. Terus kalau masalah janda tuh ... bagi aku gak ada masalah. Semua orang punya masa lalu koq."Arga mencoba tenang untuk bicara dengan Hesti. Padahal di dalam hatinya sudah seperti genderang ditabuh dengan kencang. "Gila ah. Aku gak ikut-ikutan sama frustasinya kamu. Kamu lebih baik cari wanita lain untuk kamu nikahi. Kita tetap jadi teman saja, Ar." tegas Hesti."Koq gitu? Memangnya aku jelek banget sampai kamu gak mau sama aku?" Protes Arga.

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 37 - Kapan Nikah?

    "Sebenarnya bukan mencintainya, karena aku sudah ada perasaan dengan wanita lain." jelas Arga. "Serius? Siapa wanita itu? Aku jadi penasara. Apakah aku kenal?" "Kenapa memberondong banyak pertanyaan kepadaku? Mana yang harus aku jawab duluan?" Hesti langsung terkekeh. Anggap saja dirinya terlalu kepo untuk urusan pribadi dari Arga. "Aku hanya penasaran sih. Apakah aku mengenalnya?" "Kenal." "Hmm ... apakah dia ada di kantor ini?" tanya Hesti lagi yang semakin penasaran saja. "Kepo!" "Haha ... kenapa aku bisa gak sadar ya kalau kamu suka sama wanita." "Sialan! Apa maksudmu, Hes?" "Aku pikir setelah kamu berpisah dengan Erika, kamu gak berhubungan dengan wanita mana pun." "Hmm ... memang tidak secara langsung sih. Anggap saja aku mencintai dalam diam." "Duh ... kasihan sekali sih kamu. Padahal kamu sangat sukses loh. Pasti banyak wanita yang bertekuk lutut kalau kamu mau memberikan hatimu kepada mereka." "Sayangnya, wanita yang aku suka malah suka sama pria lain. Bahkan men

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 36 - Cari Alasan

    Setelah pulang ke unit apartemen, Laila langsung merapikan semua barang. Ia sangat lelah dan langsung membersihkan tubuhnya yang penuh dengan keringat. "Hmm ... apa aku terima saja Mas Ari ya? Tapi ... bagaimana kalau ketahuan sama Mas Dimas?" tanya Laila kepada dirinya sendiri. Sebenarnya, Laila agak takut kalau berselingkuh dari Dimas. Namun, adrenalin saat ia bersama Dimas berselingkuh di belakang Hesti seperti menggodanya saja. "Apa coba bilang sama Ari untuk backstreet saja karena Mas Dimas galak? Toh mereka semua mengira kalau Mas Dimas itu adalah kakak aku."Krek! "Laila!" panggil Dimas yang baru saja pulang ke unit apartemen. "Ya, mas. Aku lagi mandi!" balas Laila sambil sedikit teriak. "Ok"Tak ada tanggapan lain dari Dimas. Tak lama kemudian, Laila pun keluar dari kamar mandi. "Gimana jualan hari ini, La?""Habis sih.""Dengan strategi sepuluh ribu?" Dimas tersenyum bahagia. "Gak dong! Aku sudah naikkan jadi dua puluh ribu dan ... memang ludes semua. Mereka suka sama

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status