Home / Rumah Tangga / Mertuaku Adalah Maut / Bab 15 - Dimas Pusing

Share

Bab 15 - Dimas Pusing

Author: Siez
last update Last Updated: 2025-01-27 15:22:12

Dimas benar-benar bingung saat ini. Ia tak bisa memilih. Ia butuh uang dari Hesti tapi juga ia masih suka bersama dengan Laila sebagai istri keduanya, namanya juga baru bulan pertama pernikahan, masih hangat-hangatnya mereguk madu.

"Biar aku pikir dulu." tukas Dimas yang sudah tak bisa berpikir lagi atas permintaan dari Hesti.

Hesti mengedikkan bahunya.

"Terserah. Yang pasti, tidak akan ada uang yang keluar dari dompet aku untuk memberikannya kepada keluargamu atau pun Laila."

Dimas tak bisa membantah. Bagaimana pun, itu uangnya Hesti juga.

"Ya sudah, kita kembali ke hotel saja." putus Hesti.

Dimas menganggukkan kepalanya. Mereka pun segera kembali ke hotel.

*

"La ..." panggil Nani kepada menantu keduanya itu.

"Iya, bu." Laila masih terus berada di kamar. Kakinya masih sangat sakit kalau digunakan untuk berjalan.

"Bagaimana selama ini sikap Hesti sama kamu? Apa kamu sudah bilang sama Hesti kalau kamu istri keduanya Dimas?" Nani penasaran.

"Masih baik sih, Bu. Aku dan Mas Dimas belum b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 16 - Mertua dan Pelakor Protes

    "Ya Bu. Dimas harus bagaimana?" Dimas pun terlihat sudah tak berani untuk melawan Hesti. Apalagi membela Nani maupun Laila di depan Hesti."Kamu gak perhatikan istri kamu ini? HAH! Kasihan dong Laila. Sudah kaki luka, eh malah kalian tinggal begitu saja."Dimas diam. Kepalanya juga sudah sakit mendengar ocehan dari Nani."Bu ... bisa kita bicara baik-baik dulu bertiga?" pinta Dimas sambil memijit kepalanya yang pening."Apa?""Hmm ... di kamar Laila saja ya."Tiga orang itu pun berjalan pelan ke dalam kamar Laila."Apa yang mau kamu bicarakan Dimas?""Uhm ... Hesti mengatakan uhmm ..." Dimas ragu. Tapi Hesti juga sudah memaksa tadi pagi. Suka atau pun tidak, Dimas pun tak bisa melawan Hesti."Apa? Jangan buat aku penasaran!" tegas Nani."Mulai bu-bulan depan. Uhm ... Hesti tidak akan mengirimkan uang untuk ibu seperti biasanya.""HAH! Kenapa begitu? Lalu, bagaimana ibu harus hidup, Dim?" Nani panik.

    Last Updated : 2025-01-28
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 17 -

    "Ya sudah, kalau ibu kamu tetap pada pendiriannya Aku pun begitu." tegas Hesti."Hes ... jangan begitu dong. Ibu aku kan juga ibu kamu. Masa kamu tega begitu.""Gak mas ... aku bukannya tega. Tapi aku juga sudah terlalu lama tega kepada diriku sendiri. Aku ingin senang-senang. Menikmati uang yang aku hasilkan. Selama ini, aku tak menikmati hasil dari apa yang aku kerjakan. Boleh dong kalau aku egois?""Hes ... jangan begitu.""Kalau Mas mau memberikan uang untuk keluarganya mas, maka cari kerjaan tambahan. Uang suami adalah uang istri! Uang istri adalah uang istri! Kenapa juga sekarang ini uang istri jadi uang suami?" bentak Hesti lebih sengit lagi kepada Dimas.Dimas tertegun mendengar bentakan Hesti."Mas, selama ini aku sudah banyak mengalah. Aku sudah tak bisa lagi. Bagaimana pun, aku harus mengurusi masa depan aku, masa depan kita! Kalau kamu ingin mencari uang tambahan agar bisa membiayai keluargamu, maka carilah pekerjaan itu."

    Last Updated : 2025-01-28
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 18 - Pergi Dari Rumah

    Nani yang mendengar keributan antara Dimas dan Hesti segera keluar dari kamar."Ada apa ini?" tanya Nani saat bertemu Hesti yang membawa sebuah koper besar dan keluar dari kamar.Hesti menarik nafas dalam-dalam dan menatap lekat ke arah Nani."Bu ... terima kasih selama ini sudah menjadi mertua aku. Terima kasih sudah telah memasukkan pelakor yang bernama Laila ini ke dalam rumah tangga aku. Semoga ibu bahagia karena mulai hari ini, aku sudah bukan istri dari Dimas!" tegas Hesti memberikan ucapan sarkas kepada Nani."A-apa maksudnya, Hes?""Ibu tak perlu pura-pura. Aku tahu segalanya. Laila bukan sepupu dari Dimas." Hesti mencoba mengatur emosinya agar tidak berteriak kepada Nani yang menurutnya sudah keterlaluan. "Jadi, tak perlu seolah-olah kaget. Ini juga kan yang kalian mau? Aku keluar dari rumah ini. Jadi ... cita-cita kalian sudah tercapai. Silahkan menikmati rumah ini walaupun hanya sementara.""Sementara?""Ya ...

    Last Updated : 2025-01-29
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 19 - Ternyata Arga

    "Gak usah curiga. Biasa saja. Anggap saja ini balasan untuk Dimas dan si sepupu atas apa yang mereka lakukan kepada kamu." tukas Arga dengan santainya."Terserahlah. Aku gak peduli juga.""Oh ya, sampai kapan kamu mau tinggal di hotel?""Uhm ... nanti aku mau cari kost.""Bagaimana kalau di apartemen aku saja.""Apartemen yang mana nih?""Itu yang di Gatot Subroto. Kan kosong tuh.""Buset ... IPL nya aja udah mahal banget, Ar. Males.""Haha ... udah tenang aja. IPL aku yang tanggung. Kamu tinggal bayar lisrik sama air.""Uang sewanya berapa?""Gratis lah.""Koq bisa gratis? Kamu gak niat macam-macam kan?""Woi ... jangan pikiran negatif sama aku. Aku ini bestie kamu sekalian bos kamu. Kita ini udah berteman selama sepuluh tahun loh. Anggap saja fasilitas kantor.""Haha ... kalau fasilitas kantor, kenapa gak dikasih dari dulu aja? Jadinya aku gak usah kontrak rumah atau beli rumah." kekeh Hesti

    Last Updated : 2025-01-29
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 20 - Semua Karena Ibu

    "Kamu aneh-aneh saja." kekeh Hesti sambil memukul pelan bahu Arga."Dih ... siapa yang tahu lagi." Arga mencoba berkelit."Gak lah. Aku butuh menenangkan diri. Menyelesaikan perceraian aku dan ... having fun a little bit." jawab Hesti tanpa ragu. Hatinya masih sakit. Baginya, mencari pria baru bukanlah menyelesaikan masalah. Tapi malah menambah masalahnya saat ini.Wanita itu butuh menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri."Hmm ... terus kalau misalkan nih ... Dimas mau kembali lagi sama kamu, apakah kamu mau kembali sama dia?""Tentu saja tidak, Ferguso! Sudah sangat cukup untuk Dimas dan keluarganya. Ternyata yah ... selama ini mereka begitu tidak tahu terima kasih kepadaku. Padahal aku sudah sangat berusaha membuat mereka semua bahagia.""Dan ... kamu mengorbankan kebahagiaan kamu sendiri." tambah Arga."Dulu sih gak merasa begitu ya. Tapi sekarang, ya aku merasa begitu. Aku menyesal karena terlalu cinta sama Dimas. Bahkan memberikan segalanya untuk Dimas dan keluarganya sampai

    Last Updated : 2025-01-30
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 21- Fitnah Mertua

    "Kamu ini bicara apa sih? Kenapa ibu datang terus kamu main tuduh saja?" Nani sewot terhadap bentakan dari Dimas.Dimas yang kesal pun segera keluar dari rumah. Ia bingung sekarang harus berbuat apa. Tak ada uang, harus menunggu awal bulan.Nani yang masih bingung dengan ocehan dari Dimas pun segera menaruh barang belanjaannya di dapur. Lalu ia berjalan kearah kamar Laila yang terlihat tertutup."La!" panggil Nani ke pintu kamar dari Laila.Tak ada jawaban."Buka, La."Kemudian, pintu kamar pun terbuka. Terlihat wajah Laila yang sendu dan penuh tangisan."Kenapa kamu, La?""Mas Dimas jahat bu ....""Kenapa? Kenapa pas ibu datang, Dimas terlihat sangat emosi?""Aku memintanya untuk mencari pekerjaan tambahan. Kami kekurangan uang dan tentu saja harus ada uang tambahan, Bu.""Lantas?""Mas Dimas malah membandingkan aku dengan Mbak Hesti. Aku tak terima. Aku tak suka dibandingkan begitu dengan Mbak Hesti, Bu!" adu Laila penuh emosi.Nani mengangguk-angguk pelan."Aku bosan terus dibandin

    Last Updated : 2025-02-01
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 22 - Dimas Tak Tahu Malu

    Hesti langsung berdiri dan menatap ke arah Dimas."Apa sih yang kamu bicarakan? Gak ngaca?" balas Hesti menghina Dimas. "Apa kamu sedang hilang ingatan, HAH!""Dia ..." tunjuk Dimas ke arah Arga."Dia ARGA! Bos aku! Bukankah kamu sudah tahu?""Bos kamu ... selama ini jadinya kamu itu sering keluar kota sama bos kamu karena kamu selingkuh sama dia kan? Kamu tidur sama dia kan? Makanya kamu dengan mudah untuk cerai sama aku," tuduh Dimas yang sudah seperti kehilangan akal saja.PLAK!Hesti langsung menampar keras pipi dari Dimas."Jaga bicaramu! Hubungan aku dengan ARGA bukan seperti hubungan perselingkuhan kamu dengan Laila! Mengaku sebagai sepupu, dibawa ke rumah dan ternyata istri kedua kamu. Aku bukan tukang main belakang seperti kamu!" balas Hesti menyerang Dimas."Pria itu wajar untuk poligami!" Dimas membela diri. "Sudah ... jangan bertengkar di sini! Ini tempat umum. Jangan membuka aib di sini! Malu ... banyak orang yang melihat kita," tukas Arga yang mencoba melerai pertengkar

    Last Updated : 2025-02-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 23 - Dipecat

    "Apa salah saya, Pak? Kenapa saya dipecat begitu? Sa-saya sudah bekerja lama loh, Pak di perusahaan ini." Dimas benar-benar tak mengerti. Semua yang didengar hanya seperti mimpi buruk untuk Dimas saja."Maaf, Pak Dimas. Mungkin anda sudah mendengar adanya pengurangan karyawan yang kurang performance untuk perusahaan ... jadi dengan berat hati, salah satu yang dirumahkan adalah anda.""Pak Beno, tolong saya. Saya masih harus membayar cicilan rumah dan yang lain-lainnya. Kalau saya tidak bekerja di sini. Lalu saya harus bayar dengan apa semua itu?" "Maaf, Pak Dimas. Saya juga tak bisa berbuat banyak untuk membantu anda."Kepala Dimas sungguh sakit saat ini. Kenapa setelah memberikan talak kepada Hesti, kesialannya terus bertambah?"Pak, bisa tolong minta ke atasan untuk mempertimbangkan saya sekali lagi? Atau .. mungkin bisa melihat performa saya di bulan ini. Saya mohon, Pak. Perusahaan ini adalah satu-satunya tempat saya untuk mencari nafkah." pinta Dimas sampai menangis tersedu-sed

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 40 - Nani Kecelakaan

    "Hes ..." panggil Dimas tiba-tiba saat melihat Heni yang sedang meminum kopi di sebuah cafe saat sore hari. Sendirian.Hesti langsung melihat ke arah orang yang memanggil dirinya."Ada apa?" tanya Hesti dengan dahi mengerut."Uhm ... apakah kamu sendirian?"Hesti mengangguk pelan."Boleh aku duduk di sini?"Hesti mengangguk pelan saja. Dimas langsung duduk di depan Hesti dan tersenyum. Sudah beberapa hari sejak persidangan, ia tak bertemu dengan Hesti. Anehnya adalah Hesti semakin cantik saja. Hatinya pun bergetar karena melihat Hesti yang cantik.Hesti seolah tak peduli dengan Dimas. Dia menyeruput kopinya sambil bermain ponsel, tanpa peduli dengan Dimas."Kamu ... apa kabar?" "Baik." jawab Hesti singkat tanpa mau bertanya kebalikannya kepada Dimas."Hmm ... Hes. Aku sudah dapat pekerjaan baru."Hesti mengangguk, tapi tetap tak peduli. Ia tetap memperhatikan ponselnya."Hmm ... gajinya sih gak sebesar yang kantor lama. Tapi, lumayanlah untuk hidup.""Ya. Syukuri saja apa yang kamu

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 39 - Cheating

    Bab 39Hari ini, Dimas sudah berada di sebuah perusahaan swasta untuk interview kerja dan negosiasi gaji.“Pak, apa tidak bisa gajinya dinaikkan? Uhm … saya sudah berpengalaman selama sepuluh tahun dan juga di dalamnya saya juga pernah menjadi supervisor loh, Pak.”“Maaf, Pak Dimas. Hanya segini yang bisa kami tawarkan. Kami sangat menghargai pengalaman Pak Dimas, tapi memang begitu lah. Kami belum bisa untuk membayar gaji yang sangat tinggi seperti Pak Dimas mau.”Dimas agak bingung juga. Ini sudah terlalu banyak perusahaan yang ia datangi untuk interview kerja dan negosiasi gaji. Semua gajinya hanya di UMR Jakarta saja, sekitar lima juta. Hanya perusahaan ini yang berani memberikannya sekitar enam juta rupiah. Satu juta yang berbeda juga lumayan, bukan?“Kan sekarang banyak pengangguran juga, Pak Dimas. Jadi … ““Pak, kalau saya pindah ke bagian lain? Gak usah bagian back office, bagaimana?”“Maksudnya, Pak?”“Kalau menjadi sales motor bagaimana, Pak? Di sini kan jualan motor.”“Ah

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 38 - Tawaran Menikah Dari Arga

    "Aku sedang menawari kamu. Bagaimana kalau kita berdua menikah saja?" tanya Arga dengan wajah yang sangat meyakinkan kepada Hesti. Ia sangat ingin mengetahui jawaban dari Hesti dan sangat mengharapkan kalau Hesti akan sangat setuju dengan permintaannya itu."Astaga, Ar ... apa kamu gak punya opsi lain selain aku? Yang masih gadis gitu?" Hesti bingung. "Aku tuh udah janda loh. Malah masih masa perceraian. Gak cocok banget buat dampingin kamu." "Hmm ... aku rasa kamu sngat cocok dengan aku. Kayaknya di antara semua, kamu yang paling mengerti aku. Terus kalau masalah janda tuh ... bagi aku gak ada masalah. Semua orang punya masa lalu koq."Arga mencoba tenang untuk bicara dengan Hesti. Padahal di dalam hatinya sudah seperti genderang ditabuh dengan kencang. "Gila ah. Aku gak ikut-ikutan sama frustasinya kamu. Kamu lebih baik cari wanita lain untuk kamu nikahi. Kita tetap jadi teman saja, Ar." tegas Hesti."Koq gitu? Memangnya aku jelek banget sampai kamu gak mau sama aku?" Protes Arga.

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 37 - Kapan Nikah?

    "Sebenarnya bukan mencintainya, karena aku sudah ada perasaan dengan wanita lain." jelas Arga. "Serius? Siapa wanita itu? Aku jadi penasara. Apakah aku kenal?" "Kenapa memberondong banyak pertanyaan kepadaku? Mana yang harus aku jawab duluan?" Hesti langsung terkekeh. Anggap saja dirinya terlalu kepo untuk urusan pribadi dari Arga. "Aku hanya penasaran sih. Apakah aku mengenalnya?" "Kenal." "Hmm ... apakah dia ada di kantor ini?" tanya Hesti lagi yang semakin penasaran saja. "Kepo!" "Haha ... kenapa aku bisa gak sadar ya kalau kamu suka sama wanita." "Sialan! Apa maksudmu, Hes?" "Aku pikir setelah kamu berpisah dengan Erika, kamu gak berhubungan dengan wanita mana pun." "Hmm ... memang tidak secara langsung sih. Anggap saja aku mencintai dalam diam." "Duh ... kasihan sekali sih kamu. Padahal kamu sangat sukses loh. Pasti banyak wanita yang bertekuk lutut kalau kamu mau memberikan hatimu kepada mereka." "Sayangnya, wanita yang aku suka malah suka sama pria lain. Bahkan men

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 36 - Cari Alasan

    Setelah pulang ke unit apartemen, Laila langsung merapikan semua barang. Ia sangat lelah dan langsung membersihkan tubuhnya yang penuh dengan keringat. "Hmm ... apa aku terima saja Mas Ari ya? Tapi ... bagaimana kalau ketahuan sama Mas Dimas?" tanya Laila kepada dirinya sendiri. Sebenarnya, Laila agak takut kalau berselingkuh dari Dimas. Namun, adrenalin saat ia bersama Dimas berselingkuh di belakang Hesti seperti menggodanya saja. "Apa coba bilang sama Ari untuk backstreet saja karena Mas Dimas galak? Toh mereka semua mengira kalau Mas Dimas itu adalah kakak aku."Krek! "Laila!" panggil Dimas yang baru saja pulang ke unit apartemen. "Ya, mas. Aku lagi mandi!" balas Laila sambil sedikit teriak. "Ok"Tak ada tanggapan lain dari Dimas. Tak lama kemudian, Laila pun keluar dari kamar mandi. "Gimana jualan hari ini, La?""Habis sih.""Dengan strategi sepuluh ribu?" Dimas tersenyum bahagia. "Gak dong! Aku sudah naikkan jadi dua puluh ribu dan ... memang ludes semua. Mereka suka sama

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 35 - Mau Jadi Pacar Aku?

    “Ya coba kamu pikirkan saja, La.” “Iya, terima kasih mas atas usulnya.” “Sama-sama. Kan aku mau kamu maju usahanya. Jangan bawa kakak kamu lagi ya. Kasihan banget dari kemarin dagangan sepi karena bawa kakak kamu yang terlihat tak bersahabat itu.” “Iya, Mas. Aku gak akan bawa lagi Mas Dimas ke sini.” “Bagus. Aku masuk dulu ya.” “Iya, Mas.” Setelah mendengarkan semua teknik marketing dari Ari, Laila pun mulai memberanikan diri. Ia melepaskan dua kancing dari kemeja yang ia gunakan. “Udah cukup seksi belum sih ya? Duh … semoga dagangan ini cepat habis.” Tukas Laila. Dan memang hasilnya adalah banyak pria yang saat mampir ke mini market langsung membeli makanan Laila. Bukan sepuluh ribu, Laila sudah menaikkannya menjadi dua puluh ribu dan para lelaki itu pun tanpa penawaran langsung membeli saja semua yang ditawarkan oleh Laila. Laila pun tersenyum. Semua barang dagangannya habis tanpa tersisa. Tak lama kemudian, Ari pun keluar dari mini market. “Wah … kamu seksi bang

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 34 - Rayuan Ari

    "Gak ada hubungannya, Sayang! Aku tetap harus menyelesaikan masalah persidangan dengan Hesti. Kamu tenang saja, aku gak akan balik lagi koq sama Hesti." Dimas berusaha menenangkan istri keduanya itu."Janji ya, Mas!""Iya."Laila langsung memeluk erat tubuh Dimas.*Keesokan harinya."Sayang, aku pergi dulu ya.""Iya, hati-hati, Mas."Dimas pun segera keluar dari unit apartemennya dan pergi menuju ke lobi utama. Ia sudah memesan mobil untuk pergi ke pengadilan.Sementara itu, Laila berbenah untuk segera jualan lagi di depan mini market. *PengadilanDimas melihat Hesti. Wanita yang pernah mengisi hidupnya itu terlihat sangat cantik dan mempesona. Bahkan setelah berpisah dari Dimas, Hesti malah semakin terlihat terawat. Tak terlihat kesedihan atau penderitaan karena diceraikan oleh Dimas.“He-hesti …” sapa Dimas saat duduk di samping Hesti di dalam ruang pengadilan.“Ya.” Jawab Hesti singkat.“Apa kabarmu?”“Sangat baik.”Bahkan Hesti sangat tak berniat untuk bertanya kepada Dimas, pr

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 33 - Iri

    "Kenapa, Sayang? Wajahmu seperti sedang kesal." tanya Dimas saat melihat raut wajah dari Laila. "Itu ... mas lihat saja mantan istri mas itu." tunjuk Laila ke arah Hesti yang sedang mengantri di warung nasi uduk di seberang warung Laila."Hesti ....""Ya, dia itu turun dari mobil bagus banget. Mas lihat kan yang mobil merah itu." tambah Laila.Dimas mengangguk pelan."Ish ... kenapa sih nasib dia baik banget. Lepas dari mas malah ketemu pria yang kaya banget. Mobilnya aja bagus banget."Dimas memperhatikan dengan sungguh-sungguh mobil mewah yang ditumpangi oleh Hesti."Itu sih harusnya mobil bosnya Hesti. Memang orangnya kaya banget." balas Dimas."Pacar barunya kali, bukan bosnya. Two in one, Mas." ejek Laila.Wajah Dimas mengeras. Terbersit curiga sekaligus cemburu terhadap keadaan Hesti saat ini. Hanya saja, Dimas tak berani berkomentar macam-macam karena ada Laila di dekatnya."Duh .. ini yang beli kemana sih, Mas? Kita nih udah dari pagi loh, tapi gak ada yang beli terus."Dimas

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 32 - Tolakan Dimas

    "Mas rasa tidak perlu untuk hal seperti itu, La. Kita jalani secara normal saja. Terus juga uang segitu banyak. Sayang banget kalau harus diberikan kepada Mbah Dikin." tolak Dimas halus."Tapi, Mas ... kalau mau usaha lancar ya harus dengan cara begini.""Mas tak mau, La. Uang dua ratus lima puluh juta itu satu-satunya milik kita loh. Jika diberikan kepada Mbah Dikin dan ternyata tetap tak laku, lalu kita bagaimana caranya bertahan hidup?" Dimas mencoba rasional."Mas ... percaya deh sama aku. Kita pasti bisa kaya raya kalau dengan bantuan dari Mbah Dikin.”“Maaf, La. Mas … sulit untuk percaya klenik seperti itu. Apa juga jaminannya kalau dengan memberikan uang sebanyak itu, maka kita bisa kaya.”“Tapi Mas, di kampung tuh banyak yang kaya loh dengan bantuan dari Mbah Dikin.” Tegas Laila yang terus mencoba meyakinkan Dimas.“Siapa?”“Itu … Bu RT.”“La, kalau Mbah Dikin itu bisa membuat kaya orang lain, kenapa dia tak bisa membuat dirinya sendiri kaya? Sepertinya Mbah Dikin ini hidup se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status