Share

Aku Nggak Gila!

Author: Mustacis
last update Last Updated: 2022-06-07 08:30:56

Pagi berganti dengan pagi lagi. Hari ini dapur sepi. Tak ada lagi yang memasak nasi goreng udang dan juga tidak ada yang mengamuk karena marah.

Lisa merasa lega untuk sesaat. Setidaknya pagi ini dia tidak perlu stress memikirkan masalah sepanjang hari di kantor. Ia bisa berangkat kerja dengan tenang. Nayna juga tidak terlihat sejak tadi.

Mungkin takut Lisa akan memberinya pelajaran lagi. Rama juga tidak marah lagi padanya. Semalam lelaki itu masuk kamar dan menatapnya cemas. Rama pasti khawatir dengan dirinya.

Lisa tersenyum tipis, memegang pegangan pintu garasi untuk mengambil mobil. Namun, tahu-tahu ruangan itu terkunci. Lisa berusaha mendorongnya, tapi tetap tidak bisa.

“Bik!! BIBIK!!” Ia kembali ke dalam rumah sambil mendecak dengan kening berkerut. Lisa melangkah cepat dengan kekesalan yang kian memuncak ketika Bik Sumi tidak juga mendengar panggilannya.

“BIIIIIKK! MANA SIH! PUNYA TELINGA GAK?!”

Alih-alih Bibik yang datang, malah Rama yang muncul dengan penampilan kasualnya. “Ad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Merebut Suami Pelakor   Karma Bakal Datang

    “Ibu mengalami gangguan kecemasan yang cukup tinggi, itu mempengaruhi tingkat kepekaan dan kegiatan Ibu sehari-hari. Pastikan istirahat yang cukup dan tolong Bapak dukung istrinya semaksimal mungkin ya.” Rama mengangguk ramah pada sang psikiater wanita berumur akhir 30-an itu. “Saya berikan resepnya, silakan ditebus ya.” Lisa tidak mengatakan apa-apa. Ekspresinya datar dan tubuhnya kaku. Setelah basa-basi pamitan singkat itu berakhir, Rama membawa Lisa keluar. Berusaha untuk memeluk pinggang wanita itu dan menyalurkan kekuatan.“Semua orang merasakan kecemasan, jangan khawatir ya.” Senyum dan nada suara yang seringkali dia tujukan kepada Lisa masih sama, hanya saja reaksi Lisa-lah yang berbeda. Ia tak acuh dan sepenuhnya diam.Lalu ia mendecak, seolah sejak tadi ia sudah menahan semua kata yang sudah mendesak di lidah. “Tapi nggak semua orang yang cemas bakal datang ke psikiater, mereka biasa aja. Nggak semua orang cemas karena ada perempuan lain di rumahnya dan bertingkah sepert

    Last Updated : 2022-06-07
  • Merebut Suami Pelakor   Trauma di UGD

    Nayna mengintip Rama yang sedang memeriksa tabung gas, sesekali dia akan menyalakan kompor setelah memperbaiki posisi regulator.Namun, kompor tak kunjung menyala. Kening Rama berkerut memikirkan apa yang salah. “Gasnya belum habis ‘kan?” Ia menoleh sejenak pada Nayna.“Belum. Kata Bibik baru seminggu lalu diganti.”“Regulator dan selangnya juga masih bagus. Mungkin kompornya yang bermasalah. Saya akan panggil tukang servis."Nayna mengangguk sementara Rama meninggalkan kompor menuju wastafel untuk mencuci tangan. Samar-samar Nayna mendengar bunyi desisan dari kompor seolah ada api yang ingin memantik keluar, spontan ia bergerak untuk menyalakan kompor.Kompor itu akhirnya menyala. Nayna tersenyum antusias sambil menoleh pada Rama. “Kompornya sudah menyala.” Tangannya menunjuk api kompor.Rama berbalik. “Oh? Sudah nyala?” Namun, tiba-tiba kompor bermata dua itu mengeluarkan desisan keras dan lima detik kemudian sebelum Rama sempat berlari menuju tempat Nayna, kompor memuntahkan api k

    Last Updated : 2022-06-08
  • Merebut Suami Pelakor   Jatuh Cinta Pada Nayna

    Rama kembali memberinya usapan di kepala, betul-betul sama seperti usapan tangan Bapak. Hangat dan menenangkan. Lelaki itu tidak mengatakan apa-apa. Belaian tangannya yang terasa kasar membuat Nayna memejamkan mata dengan tenang. Itu lebih baik ketimbang kata-kata penghiburan yang akan membuat Nayna tersenyum miris, sebab perempuan yang sejak tadi ia bicarakan adalah istri yang sangat Rama cintai.“Kita ke klinik aja kalau begitu.” Bisikan itu membuai telinga Nayna, sarat akan kekhawatiran dan kepedulian yang tulus.Nayna mengangguk, keningnya berkerut ketika ia merasa belum ingin menjauh dari dada Rama. Rasanya begitu nyaman, kendati ia tahu bahwa ini tidaklah benar.Rama juga tidak menyuruhnya mengangkat kepala. Momen itu berlangsung cukup lama sampai Nayna akhirnya menarik napas dan menjauhkan kepalanya dari dada Rama.“Ayo kita pergi.” Ditatapnya Rama sendu, lalu dia temukan kilat yang berbeda dari mata pria itu, kilat yang sama saat Rama menatap Lisa.Lelaki itu kembali memeluk

    Last Updated : 2022-06-11
  • Merebut Suami Pelakor   Saya Suapin, ya?

    Nayna menelusup masuk ke kamar Rama dan Lisa selagi mereka belum pulang. Ia tak perlu mencari obat-obat itu, karena sudah terletak begitu saja di atas nakas.Ia tak membuang waktu untuk sekedar mengulum senyum puas. Segera Nayna ganti obat-obat Lisa yang masih belum termakan satu butir pun dengan obat yang sudah dia siapkan.Nayna merapikan bungkusan obat itu kembali lalu keluar dari kamar. Memastikan Bibik tidak akan melihatnya dan sang pemilik kamar belum pulang. Bagus. Ia tinggal menunggu efek dari obat itu.***Lisa pulang lebih dulu daripada Rama. Ia langsung masuk kamar, tak ingin memperburuk mood-nya jika sampai dia berpapasan dengan Nayna.Tasnya ia lemparkan ke ranjang. Hari ini ia ditemani oleh Bagus sampai malam, cukup untuk membuat bahunya ringan kembali. Secara tak sengaja matanya menyapu kantong obat yang tadi dibeli Rama.Lisa menghela napas panjang. Ia ambil kantong itu dan ia buang ke tempat sampah di samping pintu kamar mandi. Dia tak perlu minum obat. Tak ada yang

    Last Updated : 2022-06-14
  • Merebut Suami Pelakor   Perhatian yang Berlebihan

    Nayna berhenti mengunyah. Rama sudah menyendok nasi goreng yang baru datang itu lalu mengulurkannya ke depan mulut Nayna. Ia terdiam ragu, bolak-balik memandangi sendok dan juga Rama.Banyak alasan yang bisa Nayna gunakan untuk menolak, salah satunya ia ingin memakan nasi goreng itu setelah bakso dan mie ayamnya habis, atau dia sudah kenyang dan nasi goreng sosis yang masih mengepul itu biar Rama saja yang makan.Namun, ia malah membuka mulut dan membiarkan Rama menyuapinya. Kendati kelezatan nasi goreng itu meleleh di mulutnya, ia tidak bisa memungkiri kalau perhatian Rama adalah yang terpenting saat ini.Tidak. Misinya bukan itu. Ia melakukan semua ini untuk membalas dendam, bukan yang lain. Tujuannya tidak boleh melenceng. Ini hanya sekadar godaan. “Mau lagi?” Nayna mengangguk pilon, mendadak ia tidak bisa mengontrol pergerakan tubuhnya. Suapan kedua itu meluncur diikuti dengan pandangan intens Rama yang bisa Nayna sadari.“Kamu lapar banget ya?” Lelaki itu tertawa ringan, terlih

    Last Updated : 2022-06-14
  • Merebut Suami Pelakor   Efek Obat

    Rama membuka pintu kamar. Lampu utama sudah dimatikan dan pencahayaan menjadi remang-remang. Ia menemukan Lisa sudah tertidur di atas ranjang. Ia melirik kantung martabaknya, adahal ia ingin memberikannya kepada Lisa.Karena mengingatkan Ayna untuk meminum obat, Rama juga mengingat obat yang sudah dia belikan untuk Lisa. Apa Lisa sudah meminumnya?Namun, obat yang dia letakkan di atas nakas tidak ada. Rama membuka satu per satu laci nakas untuk mencari obat itu, tapi tidak ada. Di mana Lisa menyimpannya?Ia juga mencari di lemari pakaian, lalu matanya tertuju pada tempat sampah. Kantung putih itu teronggok di sana. Dengan cepat Rama mengambilnya. Memeriksa isinya dan mengerutkan kening ketika semua jenis obat itu masih utuh. Tak ada satu pun yang berkurang, bungkusnya pun belum dibuka.Kenapa Lisa sampai membuang obat-obatnya?Rama naik ke kasur, menyentuh bahu Lisa dengan lembut dan membangunkan wanita itu. “Lisa? Bangun, Sayang.” Rama terus menepuk-nepuk pundak wanita itu sampai akh

    Last Updated : 2022-06-15
  • Merebut Suami Pelakor   Kekacauan di Dapur

    Saat Bik Sumi masuk ke dapur untuk membuat sarapan, ia terkejut hebat ketika mendapati kondisi dapur yang berantakan seolah habis diserang orang utan.Isi kulkas terhambur dan rusak begitu pun dengan badan kulkas yang penyok di beberapa bagian. Bik Sumi tak mampu menutup mulut saking kagetnya. Jangan-jangan ada maling semalam?Dengan cepat ia keluar dapur lalu mengetuk pintu kamar sang majikan. Untunglah Rama yang membukakan pintu jadi dia tidak perlu disemprot oleh Lisa.“Iya, Bik. Kenapa?” Seperti biasa, nada suara Rama selalu sopan dan lembut saat berbicara dengannya.“Anu … itu di dapur.” Mata Bibik berlarian ragu.“Di dapur kenapa?”“Kayaknya semalam ada maling, Pak. Dapur berantakan banget. Isi kulkas berceceran semua.”Alis Rama bertautan. “Maling?”“Iya, coba Bapak lihat. Dapur seperti kena badai.”Rama mengikuti Bik Sumi untuk melihat kondisi dapur dan benar saja. Situasi ruangan itu sama seperti yang Biik gambarkan.“Sejak kapan begini?”“Bibik baru lihat barusan pas masuk b

    Last Updated : 2022-06-15
  • Merebut Suami Pelakor   Siapa yang Kamu Lihat Semalam?

    “Lisa, bisa bicara sebentar?” Lisa baru saja melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi ketika Rama datang dengan wajah seriusnya. Ia mengerutkan kening seraya menghentikan gerakannya mengeringkan rambut dengan handuk. Lelaki itu mendekat dan mengangkat seuntai gelang yang selalu dia pakai setiap saat. “Ini punya kamu, 'kan?” Lisa segera mengambil gelang itu dari tangan Rama. “Loh, kok bisa sama kamu?” Rama juga merasa heran, mengapa gelang ini bisa ada di bawah kulkas? “Semalam kamu ke dapur? Kamu nggak melihat hal yang aneh-aneh? Ada maling yang masuk?” Kening Lisa berkerut bingung mencerna semua pertanyaan Rama. “Aku ke dapur buat ngambil minum. Memangnya kenapa, sih?” “Jam berapa?” Lisa mengangkat bahu tidak peduli. “Mana aku tahu, aku cuma bangun dan ngambil minum.” “Kamu nggak menemukan sesuatu yang aneh?” “Aneh apa, sih?” “Dapur berantakan pagi ini, seperti habis diamuk. Aku pikir rumah kita kemasukan maling.” Lisa mendongak untuk mengingat-ingat apa saja yang dia lak

    Last Updated : 2022-06-16

Latest chapter

  • Merebut Suami Pelakor   EXTRA PART - Terima Kasih, Sayang

    EXTRA PARTTerima Kasih, Sayang. “Mereka seenaknya narik rambut dan meludahi wajah aku kalau kesel. Memangnya aku ini apa?” Bibir Lisa bergetar-getar, menahan diri untuk tak berteriak dan tetap berbisik. Sedang Bagus di sampingnya mengusap wajah frustrasi. “Aku sering ditampar di sel. Disebut tukang selingkuh dan mau ngebunuh istri. Mereka begitu karena ada beberapa yang ditangkap karena mencuri untuk ngasih makan istri dan anak.” Ini adalah ketiga kalinya mereka bertemu dalam pembinaan para napi. Napi pria dan wanita digabung dalam satu aula untuk mendengarkan bimbingan yang diadakan setiap tahun. Sudah tiga tahun berlalu dan kehidupan di dalam penjara tidak pernah baik-baik saja untuk mereka. Ada saja napi lain yang kurang ajar dan sok berkuasa. Rasanya seperti di neraka. Jika Lisa tahu kehidupan di penjara akan sesulit ini, maka ia akan menahan diri untuk tak selingkuh dengan Bagus dan memilih setia. Setidaknya biarpun sibuk, kehidupan pernikahannya bersama Rama selalu baik-bai

  • Merebut Suami Pelakor   Lamaran (END)

    Satu tahun kemudian. Nayna mengerutkan kening saat Vina masuk membawa beberapa kantong besar yang entah isinya apa. Raut wajahnya terlihat antusias. Sudut bibirnya terus terangkat ketika ia mengeluarkan isi dari semua kantong yang dibawanya. Ada aneka macam kue dan makanan. Hidangan yang sangat banyak. Vina bahkan bersenandung sambil sesekali tertawa sendirian. “Abis mimpi bagus, ya, Vin?” Nayna mendekat, mengintip isi dari mangkuk-mangkuk plastik yang dikemas rapi itu. Selama dua bulan terakhir, Vina seringkali mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan mimpinya, seperti mimpi menang lotere, mimpi gendong keponakan, atau mimpi masuk surga. “Yah … bisa dibilang begitu.” Vina cengengesan. “Kali ini mau ngundang siapa lagi?” Setiap kali ia merayakan mimpinya, Vina pasti mengundang orang lain untuk berbagi. Entah itu anak yatim, para tukang ojek, tetangga, ataupun teman-teman seprofesinya dulu. “Teman lama.” Senyum Vina kian lebar dengan mata menerawang. Nayna menggulung

  • Merebut Suami Pelakor   Jawaban untuk Rama

    Pengacara Alif Trisakti yang mendampingi Nayna mengucapkan selamat kepada mereka berdua karena telah memenangkan persidangan dan kedua terdakwa sudah dihukum seberat-beratnya. Ruangan sidang itu senyap. Helaan napas yang tegang dan lega bersahut-sahutan. Nayna menatap kosong dua punggung yang melemas di depan sana setelah menerima berita hukuman mereka. Mungkin Nayna merasakan kelegaan seperti yang dirasakan Vina yang duduk di sampingnya, tapi lebih daripada itu, ada perasaan nanar yang menghinggapi. Hanya karena nafsu sesaat, kedua orang itu benar-benar hancur, orang-orang yang ada di sisi mereka, yang mencintai mereka dengan tulus juga ikut mereka hancurkan. Hanya gara-gara nafsu sesaat itu, Nayna harus hadir di tempat ini, berjalan sejauh ini, dan bertindak sebesar ini. Di sisi deretan meja yang lain, ia mendengar sesenggukan dan teriakan protes dari Mirna. Ujung jarinya menunjuk-bunjuk hakim dan berusaha menggapai Bagus. Sesekali memelototi Nayna dengan mata memerah.“Anak say

  • Merebut Suami Pelakor   Langkah Balas Dendam Terakhir

    “Kamu bisa menemui pengacara bersama saya?” Rama bertanya keesokan harinya. Alih-alih menelepon, ia malah datang sendiri dengan baju rapi seolah sudah siap mengantar Nayna ke suatu tempat. Kemarin pagi setelah sarapan, Rama pulang dan tidak kembali lagi. Dia hanya meminta izin kepada Pak RT untuk menginap sampai Nayna sedikit membaik. “Hanya sekali. Setelah itu saya akan urus sisanya.” Sepertinya Rama mengerti ekspresi keberatan di wajah Nayna. “Pengacara untuk membela saya dan membuat Lisa dihukum?” Nayna mengernyit. Bukankah itu terlalu ikut campur? “Bahkan tanpa pengacara pun, Lisa dan Bagus sudah bisa dihukum.” Mata Nayna seolah bertanya, ‘lalu kenapa kamu sendiri yang menyodorkan pengacara pada saya?’ Dan Rama mengerti arti tatapan itu. “Anggaplah sebagai pembalasan dendam terakhir. Lisa akan sangat marah jika melihat saya ada di pihak kamu.” “Kamu yakin?” “Saya juga ingin sedikit memberikan pelajaran. Dia sudah mengkhianati kepercayaan saya.” Jika alasan rasional itu m

  • Merebut Suami Pelakor   Pendekatan

    Jantung Nayna berdebar cepat. Ia terpaku di hadapan Rama tanpa mampu menjawab ajakan pria itu. Mata Rama masih memandangnya dengan tatapan sayu.“Oh, mau salat bareng? Gue ikut, ya?” sahut Vina yang baru saja keluar dari kamar mandi.Rama memberikan tiga anggukan lalu bangkit dari sofa, melewati Nayna begitu saja tanpa menunggu jawaban wanita itu. Ia berjalan menuju kamar mandi sambil menggulung lengan kemejanya. Sekarang Nayna tahu seperti apa aroma parfum pria itu. Wanginya seperti kayu manis, sepat, dan menusuk hidung, tapi berkesan dalam indra penciuman Nayna. Nayna menghela napas, duduk di sofa yang ditiduri Rama. Masih hangat dengan jejak Rama yang tertinggal. Nayna belum mengucapkan terima kasih. Setidaknya dia harus jadi orang yang tahu diri karena Rama sudah repot-repot merawatnya. Nayna masih sibuk dengan pikirannya ketika pintu kamar mandi terbuka. Rama keluar dengan wajah dan rambut yang basah. “Bisa wudhu?” Nayna tidak mengerti mengapa dia sampai menahan napas. "Bisa

  • Merebut Suami Pelakor   Mau Salat Bareng?

    Sekujur tubuh Nayna terasa remuk redam. Kelopak matanya berat untuk terbuka. Tenggorokan yang terbakar dan kepala yang pening, tapi ia tetap berusaha membuka mata.Langit-langit yang temaram menyambutnya beserta suara dengkuran halus di samping. Ia menemukan Vina yang meringkuk menghadap ke arahnya. Ah, sepertinya dia jatuh sakit dan merepotkan Vina. Padahal Vina-lah yang mesti dirawat. Samar-samar Nayna mencium aroma parfum yang tertinggal, yang akhir-akhir ini sering kali dia cium. Terendus seperti wangi Rama. Apa hanya perasaannya?Nayna memaksakan diri untuk bangun. Sepertinya dia sudah lama berbaring sebab punggungnya terasa kebas. Ia hanya ingat Vina yang menyuapinya bubur beberapa kali. Mendongak, Nayna melihat jarum pendek pada jam dinding mengarah pada angka empat. Berarti sudah Subuh. Berapa lama ia terbaring sakit?Napasnya masih sedikit berat, tak sengaja ketika ia mengembuskan napas, Nayna menemukan kakinya yang dibalut dengan perban baru dan lebih tebal. “Nay? Kamu ba

  • Merebut Suami Pelakor   Tak Ada yang Bisa Dipertahankan Lagi

    Semalaman penuh Rama hampir-hampir tidak tidur karena sibuk mengompres Nayna, memastikan handuk yang melekat di dahinya tetap terasa hangat. Nayna sangat gelisah. Ia sering merintih dan berdeham sambil memegang lehernya. Sepertinya tenggorokan wanita itu terasa sakit. Karena itu, Rama terus menyuapkan air secara berkala, sedangkan Vina dia suruh istirahat. Tidak lucu jika Nayna sembuh nanti, malah giliran Vina yang sakit. Nayna akan cemas dan merasa bersalah lagi. Rama masih berjaga di kamar Nayna, mengamati bagaimana mata yang terpejam itu sering kali mengerjap sayu. Wajah Nayna masih pucat dan bibirnya bergetar kedinginan padahal ia sudah memakai dua lapis selimut. Rama terdorong untuk menggenggam tangan wanita itu dan meniupnya. Mungkin tidak sopan, tapi rasa-rasanya ia ingin berbaring di samping Nayna dan mendekap wanita itu, menyalurkan rasa hangat dan berbagi kesakitan yang sama. Entah sejak kapan ia begitu ingin melindungi perempuan mungil yang selalu terlihat sok kuat ini.

  • Merebut Suami Pelakor   Anda Kami Kepung

    ASeolah semua tenaga Lisa berangsur-angsur kembali. Rasa lapar dan kelelahan yang menyerangnya tergantikan dengan amarah membabi buta. “Kamu nggak lebih baik daripada aku, Mas.”Serangan telak itu menembus hati Rama. Kepalanya mendadak blank. Niatnya untuk membiarkan Lisa masuk dan berganti pakaian lenyap sudah. Rasa-rasanya ia tak sanggup melihat Lisa masuk dan mengingatkan lelaki itu pada kegagalan dan ketidakbecusannya menjadi seorang suami. “Jangan bergerak! Anda kami kepung.” Suara berat dengan nada yang tegas itu memecah suasana sunyi yang menyesakkan di antara mereka. Lisa membelalak saat melihat dua orang polisi tengah mengacungkan pistol ke arah dirinya dan Rama. Ia mundur ketakutan dan bersembunyi di balik punggung Rama.“Kamu menelepon polisi? Sialan. Harusnya aku nggak ke sini,” bisik Lisa. Sedang Rama mengernyit. Dia tidak pernah menelepon polisi.“Maaf, Pak. Saya tidak pernah melapor.” “Katanya di sini ada pencurian. Kami datang atas laporan dari penghuni rumah.” P

  • Merebut Suami Pelakor   Kesialan Lisa

    Waktu tiga hari ini adalah waktu yang sangat panjang dan melelahkan bagi Lisa, benar-benar seperti neraka. Setiap detik ia merasa hendak mati. Tak ada harapan dan bantuan yang datang, yang ada hanya ketakutan. Tak ada makanan, tempat tinggal, dan air. Ia mesti berjuang mati-matian untuk mendapatkan semua itu, meski dengan cara mencuri sekalipun. Di malam pertama, ia berbaring kelelahan di batang pohon pinggir jalan. Namun, tiba-tiba ia dibangunkan paksa oleh orang gila yang hendak melecehkannya. Tertawa menjijikkan sambil mengejarnya dengan penampilan kotor. “Heh, mau apa kamu! Jangan sentuh saya!” Orang gila berambut gimbal dengan gigi ompong dan wajah yang kotor itu terkekeh aneh sambil mencoba menyentuh lengan Lisa. “Pergi kamu, Gembel Sialan!”Sial! Orang gila ini tidak mau pergi. Lisa terpaksa melarikan diri, tapi orang itu tetap mengejar dengan baju compang-camping yang warnanya tidak jelas lagi. “Siapa pun tolong singkirkan orang sinting itu!” Lisa menjerit, tapi tidak ad

DMCA.com Protection Status