Wilona yang pingsan di jalanan kini sudah berada di ruangan rumah sakit. Terlihat, ada dokter yang sibuk memeriksa keadaannya. Setelah mengetahui keadaan Wilona, dokter tersebut pun keluar dari ruangan dan menghampiri seorang pemuda yang telah membawa Wilona ke rumah sakit. Belum apa-apa pemuda itu sudah lebih dulu menanyakan keadaan Wilona.
“Dok, bagaimana keadaannya?” tanya pemuda tersebut dengan hati gelisah. Ia tidak ingin terjadi apa-apa terhadap Wilona.“Maaf sebelumnya, nama anda siapa? apakah anda suami korban?” tanya dokter tersebut.“Saya Reyhan dan saya suaminya” ujar Reyhan dengan berbohong. Ia hanya bingung harus menjawab apa? Sementara ia malu mengakui bahwa dirinya adalah pelaku yang telah membuat Wilona jatuh pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit.Dokter tersebut mengangguk pelan lalu beliau mengatakan bahwa kondisi pasien baik-baik saja dan cukup hanya membutuhkan waktu untuk beristirahat. Mendengar perkataan dokter, Reyhan yang tadinya khawatir kini wajahnya mulai terlihat sedikit agak tenang. Meskipun begitu, Reyhan tetap merasa harus bertanggungjawab atas kesalahannya.“Boleh saya masuk kedalam dok?” tanya Reyhan kepada dokter.“Boleh” ujar dokter.Reyhan langsung masuk ke ruangan dan melihat wanita cantik tengah terbaring lemah tak sadarkan diri. Terlihat dua perawat yang masih berada di ruangan itu tersenyum kearah Reyhan sebelum mereka keluar dari sana. Kini, hanya ada Reyhan dan Wilona yang berada di ruang rawat tersebut. Reyhan memperhatikan Wilona lalu ia pun bergumam, “Nampaknya dia sedang tidak baik-baik saja” gumam Reyhan saat mengingat kejadian tadi.Tidak lama kemudian, Wilona mulai sadarkan diri dan berusaha untuk bangun. Namun, Wilona merasa pusing dan Reyhan pun menyentuh bahunya dengan berniat menolong Wilona. Namun, Wilona salah paham terhadap kebaikan Reyhan dan ia pun berteriak kencang hingga membuat perawat tadi sampai berlari memasuki ruangan. Reyhan yang kebingungan itu tidak sengaja memegangi tangan Wilona dengan erat.“Kamu siapa? Lepaskan!!!” teriak Wilona.Reyhan mulai melepaskan genggamannya dan ia tersenyum lalu berkata “Untung kamu sudah sadar. Oh, iya... perkenalkan nama aku Reyhan dan aku adalah orang yang tadi hampir menabrak kamu” ujar Reyhan sembari mengulurkan tangannya.Dua perawat tadi menyaksikan mereka dengan tatapan kebingungan lalu Reyhan seakan memberikan kode pada mereka dan mereka pun keluar dari sana. Sementara Wilona, dia merasa canggung dan malu karena telah berteriak-teriak kepada Reyhan. Dengan rasa canggung, Wilona membalas jabatan tangan Reyhan dan berkata, “Aku Wilona” ujarnya.Menyadari bukan berada di dalam kamar tidurnya, Wilona pun terhentak sejenak sembari matanya menelusuri seluruh atap langit hingga melihat pergelangan tangannya telah terpasang selang infus.“Aku... Aku ada dimana? Lalu, mengapa tanganku terpasang infus?” tanya Wilona was-was, matanya begitu serius melihat tangannya sendiri..“Kamu ada di rumah sakit” ujar Reyhan hangat.Mendengar perkataan Reyhan, Wilona menjadi panik lantaran dirinya tidak membawa uang sepeserpun. Dengan jujur, Wilona pun mengatakan bahwa ia harus pulang karena tidak memiliki uang. Wilona juga hendak mencabut infus yang telah terpasang di salah satu pergelangan tangannya. Reyhan yang melihat aksi Wilona dengan refleks berkata, “Jangan di cabut infusnya”Wilona terdiam sesaat karena ia bingung harus ngapain? Dengan pikirannya yang sedang kacau, Wilona pun menoleh ke arah Reyhan dan tiba-tiba saja ia merasakan ada sesuatu getaran aneh pada detak jantungnya yang tidak seperti biasanya. Wilona baru menyadari bahwa saat ini ia sedang berhadapan dengan seorang pemuda yang sangat tampan dan imut. Seakan dirinya telah terhipnotis oleh ketampanan Reyhan, Wilona pun langsung memalingkan wajahnya yang telah merah merona.“Mengapa kamu mencegahku buat lepasin infus ini? Padahal, aku hanya ingin menyelamatkan diri dari hutang” ujar Wilona dengan arah mata lain-lain.Reyhan menghela nafas sesaat lalu menghembuskan nafasnya pelan-pelan melalui mulut. Kemudian, Reyhan pun mengatakan bahwa ia akan menanggung semua biaya rumah sakit. Karena sejak awal Reyhan sudah merasa bersalah. Reyhan juga mengatakan akan memberikan kebutuhan pokok seperti air dan makanan selama Wilona masih dalam tahap penyembuhan.Wilona menolak secara halus dengan berkata, “Tidak, tidak perlu. Aku sudah sembuh dan aku tidak perlu di khawatirkan” ujarnya. Kemudian Reyhan pun membalas, “Kamu jangan menolak tawaran ini, karena aku membenci melihat orang yang menyia-nyiakan tawaran dan kebaikan orang lain” ujar Reyhan yang kali ini terlihat tegas.Melihat Reyhan yang ngotot ingin bertanggung jawab, ditambah lagi memang kenyataannya Wilona juga tidak memiliki uang maka satu-satunya hal yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah berpasrah dan mau menerima bantuan dari Reyhan yang baru saja ia kenal.“Terimakasih telah baik sama aku” ujar Wilona.DREET~Baru saja Reyhan ingin berbicara tiba-tiba saja teleponnya berbunyi. Reyhan langsung mengangkat teleponnya tersebut dihadapan Wilona.“Hai, ada apa kak Syahnaz?” tanya Reyhan pada seseorang dibalik telepon. Seketika saja Wilona menjadi teringat dengan seseorang yang telah membuat hidupnya hancur. Tanpa Wilona sadari, air matanya kini tidak dapat dibendung lagi. Reyhan yang sudah selesai menelepon kini melihat Wilona yang tiba-tiba saja menangis.Ia bingung dan berusaha menanyakan mengapa Wilona menangis? Namun, Wilona tidak menggubrisnya. Bagi dirinya, semua masalah dikehidupannya adalah privasi dan tidak ada yang boleh mengetahuinya. Reyhan yang tidak digubris pun memakluminya, lalu Reyhan berpamitan kepada Wilona karena saat ini ia sedang ada janji.“Wilona, aku janji setelah urusanku selesai... Aku akan kembali!” Reyhan pun telah berlalu.Kini, Wilona sendirian. Suasana hatinya masih bercampur aduk. Dalam kesendiriannya, Wilona kembali memikirkan Aris yang telah tega menyakiti hatinya hingga remuk dan hancur.“Aku tidak mau kamu pergi ninggalin aku hiks”***Syahnaz dan Aris masih asyik berduaan di dalam ruang kantor Aris. Mereka sudah kepala tanggung ketahuan berhubungan intim di depan mata kepalanya Wilona, kini sudah terbiasa saja bermesraan meskipun masih berada di area kantor yang banyak karyawannya. Mereka telah sering melakukan hubungan intim entah pada saat jam istirahat, jam sibuk hingga bisa menyempatkan waktunya menyewa hotel mewah berbintang lima hanya untuk bersenang-senang.“Aku sudah menduga bahwa kamu akan memilihku” ujar Syahnaz yang sudah selesai bercinta bersama Aris. Aris tetap memeluk tubuh Syahnaz dengan mesranya. Tidak lupa juga Aris meremas bagian kenyal berurutan besar itu di tubuh Syahnaz. Dengan suara parau, Aris pun mengatakan bahwa dirinya jelas akan memilih Syahnaz karena hanya Syahnaz yang mampu membangkitkan gairahnya.“Kamu sangat pintar bermain, Sayang... Semakin tergoda aku sama kamu” puji Aris pada Syahnaz dengan mata setengah di picingkan.“Oh, iya? Memangnya kalau sama si Wilona yang norak itu bagaimana, Mas?” tanya Syahnaz dengan penasaran sekaligus memancing Aris untuk menjelekkan Wilona.“Ah, membosankan sekali kalau sama dia! Wilona tidak pandai bermain di ranjang sedangkan aku tidak suka dengan wanita lemah dan cengeng seperti dia. Aku juga menyesal telah menikahinya. Jadi, aku hanya membuang-buang uangku saja untuk membiayai pesta pernikahan sama dia” ujar Aris.Syahnaz sangat senang mendengar Aris yang kini tengah menjelek-jelekkan istrinya. Baginya, Wilona memang pantas di buang oleh Aris. Karena telah berani melawannya disaat mereka sedang bercinta. “Aku turut prihatin, Mas. Aku janji, aku akan membahagiakan kamu dan tidak akan mengecewakan kamu” ujar Syahnaz.Syahnaz lalu melirik jam di iPhone dan ia teringat akan janjinya barusan untuk bertemu si adik bungsu. Dengan suara menggoda, Syahnaz pun mengatakan bahwa ia harus pergi sekarang juga.“Aku pergi sekarang ya...”“Boleh, tapi ingat... Setelah itu kamu harus kembali lagi buat menemaniku aku yang kini telah kesepian” ujar Aris. Terlihat dari raut wajahnya, ia masih menginginkan untuk merasakan kepuasan itu bersama Syahnaz.Syahnaz tersenyum genit lalu mendekati wajah Aris dan melumat habis bibir Aris dengan panas. Setelah itu, Syahnaz mengatakan bahwa ia akan kembali ke kantor Aris jika urusannya sudah selesai. Syahnaz pun keluar dari pintu ruangan dan menuju ke parkiran. Sampai di sana, beberapa orang yang masih karyawan kantor pada berkumpul di sekitar area parkiran dengan lirikan mata mereka yang terlihat aneh seakan sedang menatap Syahnaz dengan tatapan tajam.Syahnaz yang tidak suka ditatap seperti itu dengan cepat langsung menghampiri mereka. “Kalian lagi ngomongin saya ya?” tanya Syahnaz dengan mata melotot.Mereka yang berjumlah berempat tidak membalas pertanyaan Syahnaz. Sehingga Syahnaz semakin geram lalu ia mengancam jika mereka ingin tetap bekerja di kantor pak Aris, maka mereka harus tunduk kepadanya. Kalau tidak mereka akan dipecat secara tidak terhormat.Mereka pun ketakutan saat diancam oleh Syahnaz lalu mereka mengangguk dan meminta maaf. Syahnaz tersenyum senang karena ia merasa telah berkuasa. “Baik, kali ini akan saya maafkan. Namun, jika kalian mengulanginya lagi maka jangan harap mendapatkan kata maaf dari saya!” ancam Syahnaz. Syahnaz membalikkan tubuhnya dan kembali berjalan menuju ke arah mobil mewah yang ia miliki. Setelah Syahnaz telah pergi, mereka pun kembali bergosip dan salah satunya mengatakan bahwa ia sangat sedih atas apa yang tengah menimpa rumah tangga Wilona dengan Aris. Melihat waktu dulu Wilonalah yang menerima sebagian besar orang-orang yang dulu ingin melamar di kantor Aris dengan dibekali sebuah surat lamaran kerja yang pas-pasan. Ada yang tamatan SMA namun baru memiliki satu pengalaman kerja dan ada lagi yang belum memiliki pengalaman sama sekali. Namun, dengan kebaikan hati Wilona, dia tetap memberikan kesempatan bagi mereka dan ingin melihat kinerja nyata yang akan mereka kontribusikan di kantor perusahaan besar milik Aris. Mereka juga mengingat saat Wilona tidak pernah pilih kasih dan Wilona selalu memanusiakan manusia. Kini, posisi Wilona telah dilengserkan dan digantikan oleh Syahnaz yang licik dan suka bersandiwara. Belum apa-apa aura Syahnaz sudah terlihat menyeramkan dan buruk sehingga mereka menjadi merasa tidak nyaman saat berada di lingkungan kantor.“Aduh... Si nenek sihir itu yang akan menjadi bos kita ya? Aku kok jadi was-was” ujar salah satu karyawan tadi dengan memegangi kepalanya.Wilona yang masih berada di rumah sakit memutuskan untuk tidur. Karena kedua bola matannya sudah benar-benar sangat lelah. Benar saja, baru hitungan beberapa menit Wilona bisa tertidur dengan pulas. Sementara itu, tiba-tiba saja ponselnya bergetar sehingga mengganggu jam tidur Wilona. Dengan mata yang sangat mengantuk, Wilona berusaha untuk bangun.Pertama-tama dia mengucek kedua bola matanya. Setelah itu, Wilona mengecek siapa yang saat ini menghubunginya. Ternyata, yang menghubungi dirinya adalah Siska yang merupakan adik kandung dari ibunya sendiri.Wilona mencoba menghapus sisa-sisa air matanya lalu mulai menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Hal itu dia lakukan agar suaranya tidak serak akibat efek menangis dan berteriak-teriak. Wilona juga takut tantenya mengetahui apa yang tengah dialami Wilona. Setelah dirasa sudah membaik, Wilona pun mengangkat telepon tersebut."Wilona, kamu ada dimana sekarang? Kok Tante hubungi lama sekali diangkat?" tanya Siska. W
Wilona berada di kamar tidur dan merebahkan tubuhnya. Rasanya ia benar-benar ingin tertidur. “Ah... Aku capek sekali” gumam Wilona dari dalam hati. Beberapa menit kemudian, akhirnya Wilona berhasil tertidur. Sementara itu, Siska tengah sibuk memasak nasi goreng di dapur. Ia sangat tahu bahwa Wilona belum sarapan dan ingin memasakan nasi goreng untuknya. Hal itu ia ketahui saat perut Wilona tidak henti-hentinya mengamuk.Setelah selesai memasak, Siska pun berniat untuk memberitahukannya pada Wilona. Namun, saat melihat Wilona yang tengah tertidur pulas, Siska menjadi tidak tega membangunkannya dengan bergumam, “Kasihan sekali Wilona”Siska memutuskan untuk membiarkan saja Wilona beristirahat dan dirinya sendiri juga sudah merasa lelah. Sambil sesekali menguap, Siska pun menuju ke kamar tidurnya dan mulai tidur.Jam telah menunjukkan pukul 19:00 Malam namun Wilona belum juga terbangun hingga tantenya membangunkan Wilona dengan lembut. “Wilona, ayo bangun sayang” ujarnya. Wilona pun bang
Wilona mencoba memeriksa sisa uang yang berada di dompet. Untungnya, masih ada uang yang bisa Wilona pergunakan untuk naik ojek online agar bisa pulang tanpa harus berjalan kaki. Wilona menghubungi salah satu driver ojek online dan katanya aku harus menunggu. Wilona mengiyakan dan memutuskan menunggunya di Alfamart samping gang lima.Karena merasa haus, Wilona mampir sebentar ke dalam Alfamart itu dan membeli satu botol teh hijau dan membayarnya ke kasir. Sembari menunggu, Wilona pun keluar dari dalam Alfamart dan duduk ke kursi yang telah disediakan pihak Alfamart sebagai tempat buat nongkrong. Wilona membuka minuman teh tersebut dan menenggaknya beberapa kali. “Permisi, apa boleh ikut gabung?”Wilona melihat sekilas orang yang tengah berdiri dihadapannya itu. Wilona mengangguk dan pemuda itu pun mulai duduk disampingnya. Karena sudah berada di meja yang sama, pemuda itu pun berinisiatif untuk memperkenalkan dirinya.“Hai, perkenalkan namaku Brian” Sambil memperkenalkan diri, Brian j
“Mereka beranu-anu!!!” seru Frisya. Membuat Anik dan karyawan lain terkejut. Namun, Prilly meminta mereka agar menjaga rahasia itu. Mereka pun mengangguk dan kembali beraktivitas.Frisya yang masih syok memutuskan untuk duduk di kursi kerjanya. Prilly memberikannya air minum agar Frisya dapat lebih tenang. Frisya pun menerimanya dan langsung meminum hingga habis. “Terimakasih Prilly” ujar Frisya.“Iya, santai saja!” “Kalau kamu masih trauma sama yang barusa. itu biar aku saja membawa berkasnya tapi nanti biar mereka selesai bermain dulu ha ha” tawa Prilly.Prilly memang orangnya gampang tertawa dan mudah mencairkan suasana. Berbeda halnya dengan Frisya, dia sangat kalem namun tahu suaranya sopan santun terhadap orang lain. Karena saking kalemnya, membuat Anik dan Prilly suka mengajaknya bercanda. Barang kali, berkat mereka Frisya dapat ikut tertawa lepas.“Terimakasih” ujar Frisya pada Prilly.“Santai sis! Btw, aku kerja dulu ya!!!” seru Prilly.Jam istirahat pun telah berbunyi dan P
Wilona fokus merapihkan seluruh beda-beda di rumah lamanya. Rasanya hampir separuh tulang ditubuhnya mulai mengilu. Wilona mengistirahatkan diri di kursi yang terbuat dari bambu asli. Sesekali melakukan peregangan otot. Sambil melakukan peregangan otot, Wilona melirik ruangan di hadapannya yang kini sudah lebih membaik daripada sebelumnya.DRETTTWilona melirik ponselnya yang tengah berbunyi dan Wilona melihat nomor yang tidak Wilona simpan sedang meneleponnya. “Apa aku angkat saja teleponnya?” gumam Wilona dalam hati. “Hallo?” Wilona mencoba mendahului. “Hai, Wilona!” terdengar suara laki-laki lembut dibalik telepon. Wilona belum memastikan siapa pemuda itu? “Maaf, ini siapa?” tanya Wilona memastikan.“Apa kamu sudah lupa sama orang yang telah menabrakmu?” tanyanya.Wilona baru menyadari bahwa Reyhan yang kini menelepon dirinya. Namun, Wilona bingung mengapa Reyhan bisa menghubungi dirinya? Sedangkan Wilona tidak pernah merasa memberikan nomor pribadinya pada orang asing.“Wilona,
Wilona berjalan beriringan dengan Reyhan. Namun kali ini ada cerita lucu yang berkaitan dengan pemuda itu, bagaimana tidak? Reyhan memilih untuk naik mobil sewaan bersama Wilona, padahal sudah jelas-jelas ia memiliki mobil pribadi. Atau jangan-jangan... Reyhan sengaja menyembunyikan mobilnya karena belum melunasi hutang? itu yang dipikirkan oleh Wilona.Wilona hanya merasa curiga saat Reyhan begitu menutup diri depan umum, seperti siang-siang bolong memakai jaket tebal, hingga masker mulut dan topi. Wilona tidak mempermasalahkan Reyhan miskin atau kaya karena Wilona pun juga pernah merasakan hidup melarat. Karena penasaran, Wilona pun langsung mempertanyakan hal itu pada Reyhan.“Kamu pasti lagi sembunyi dari kejaran hutang?” Terlihat, Reyhan terkejut ketika mendengar pertanyaan Wilona yang menganggapnya bersembunyi. Namun, Reyhan tidak menggubrisnya dan malah menarik tangan Wilona hingga ke arah toko emas yang ada di seberang jalan! Pegangan tangannya yang erat, membuat Wilona merasa
Sebuah tamparan keras kini tengah dirasakan Reyhan. Tuan Harizon benar-benar keras terhadap putranya itu namun Nyonya Fitrya merasa tidak tega. Dia meminta agar suaminya tidak memarahi putranya lagi. Reyhan sendiri hanya bisa diam, seakan tidak merasakan sakit. Nyonya Fitrya menghampiri putranya dengan khawatir.“Apa pipi kamu terasa sakit?” tanya Nyonya Fitrya.“Tidak, Bu” ujar Reyhan.Tuan Harizon kembali memperingati putranya bahwa Reyhan tidak boleh asal mendekati seorang wanita. Apalagi, wanita itu tidak sederajat dengan dirinya. Nyonya Fitrya sendiri meminta Reyhan agar masuk ke dalam kamar tidurnya. “Baik, Reyhan pergi” setelah Reyhan keluar dari ruangan itu, tuan Harizon dan Nyonya Fitrya terlihat seperti tidak memiliki hubungan harmonis. Sama-sama menjaga harga diri dan tidak mau mengalah satu sama lain.Namun, untuk urusan Reyhan, tuan Harizon meminta istrinya agar lebih tegas lagi terhadap putranya mereka. Nyonya Fitrya mengangguk seakan setuju dengan perintah suaminya. Kar
Malam ini Reyhan terlihat begitu rapih karena ia baru saja selesai mandi di rumah Wilona. Di saat Reyhan tengah berganti pakaian di kamar tidurnya, Wilona berpikir ingin bertanya pada Reyhan dengan pertanyaan yang cukup sederhana yakni apakah sekarang dia akan pulang? Namun rasanya Wilona sedikit canggung setiap kali harus menatap kedua bola mata Reyhan yang terlihat menarik.Saat ini Wilona tengah menunggu Reyhan di ruang tamu dengan diselimuti kegelisahan dan kebimbangan. Reyhan pun keluar dari kamar tidur dengan bau khas shampo dan sabun cair milik Wilona yang dipakai sedikit oleh Rayhan.“Wilona, apakah ada sisir rambut?” seketika Reyhan bertanya kepada Wilona. Wilona langsung menyahut, “Ada. Tunggu sebentar!” Wilona meraih sisir miliknya di kamar tidur lalu dengan cepat memberikan sisir itu kepada Reyhan.Reyhan meraih sisir tersebut dan segera menyisir rambutnya sendiri. Saat Reyhan menyisir rambut beberapa kali tetesan air di rambut basahnya mengenai wajah Wilona, sontak Wilona
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i