Wilona berjalan menuju ke sebuah kantor perusahaan milik suaminya. Namun, beberapa karyawan menatapnya dengan tatapan kebingungan. Sekilas Wilona memang melihat reaksi mereka hanya saja ia tidak terlalu memikirkannya. Wilona lebih memilih menghampiri ruang administrasi yang saat itu dijaga oleh Wulan yang memang jabatannya sebagai sekretaris perusahaan.
“Wulan, dimana pak Aris berada sekarang?” tanya Wilona dengan santai sembari membawa sebuah rantang makanan di tangan kanannya.Wulan nampak ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan yang sebetulnya sangat sepele. Melihat Wulan yang terpaku, Wilona pun kembali angkat bicara."Wulan, kenapa kamu diam?" tanya Wilona heran."Anu... Pak Aris lagi ada acara meeting” ujar Wulan dengan gugup. Seakan ada hal yang saat ini ia sembunyikan dari Wilona.“Oh, iya. Kalau begitu sekarang juga aku mau masuk ke ruangan pak Aris" ujar Wilona sembari melewati Wulan.Saat Wilona hendak membuka pintu rupanya Wulan mengikutinya dari arah belakang dan berlari mendahului Wilona. Wulan seperti sedang mencegah Wilona untuk ke ruangan bosnya. Wilona kembali heran dengan Wulan yang mencegahnya tanpa alasan? Padahal, Wilona sendiri merupakan istri bos di perusahaan ini.“Kenapa lagi?” tanya Wilona kepadanya.“Saya baru ingat Bu, bahwa pak Aris memberikan saya pesan jika ada tamu yang ingin menemui pak Aris, maka tamu tersebut disuruh menunggu ke ruang tunggu dengan terlebih dahulu” ujar Wulan.Wilona tersenyum sesaat mendengar perkataan Wulan yang tidak melihat siapa dirinya yang berada di hadapannya itu. Meladeni sekretaris aneh akan membuat waktunya terbuang sia-sia. Wilona pun menyuruhnya untuk minggir dan meminta Wulan agar tidak menghalanginya lagi. Karena Wulan, Wilona menjadi mempunyai perasaan curiga terhadap suaminya tersebut.Wilona yang sudah diambang pintu tidak berbasa-basi lagi dengan cepat ia langsung membuka pintu ruangan pribadi suaminya."Mas Aris!" Wilona menyapa suaminya yang lagi fokus mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan Wulan memilih kabur setelah Wilona berhasil membuka pintu. Dia tidak ingin diketahui oleh bosnya dan takut dipecat secara tidak terhormat karena lalai dalam perintah."Wilona, Sayang" suaminya menghampiri Wilona dan memeluk tubuh Wilona dengan erat. Dari pelukan itu, membuat Wilona merasakan kenyaman pada suasana hatinya yang sempat dikacaukan oleh si sekertaris barusan.“Mas, coba tebak aku bawa masakan apa ya?” tanya Wilona dengan suara manja dan memperlihatkan rantang yang sedari tadi ia pegang di tangan kanannya kepada Aris.Suaminya mengernyitkan dahi lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Makanan apa itu sayang? Aku tidak tahu he he" kekeh Aris sambil tidak lupa mengecup manis kening Wilona.Wilona mulai membuka rantang makanan tersebut dan memperlihatkan nasi goreng spesial hasil dari masakannya sendiri yang ia buat khusus khusus untuk suami tercinta. Aris terlihat sangat senang dengan suprase yang diberikan oleh Wilona. Selain itu juga, Aris memang menyukai makanan nasi goreng dan bahkan menjadi salah satu makanan favoritnya sejak sedari kecil."Kamu bisa saja menyenangkan hati suami" Puji Aris pada Wilona.Wilona hanya tersenyum lalu menuntun suaminya untuk duduk di kursi meja dan menyuruh Aris agar segera memakan nasi goreng buatannya itu. Dilihat juga jam sudah menunjukkan pukul 11:58 Siang, yang artinya sebentar lagi bel jam istirahat akan segera berbunyi.Namun, saat Aris hendak menyicipi nasi goreng tiba-tiba saja terdengar suara benda yang berasal dari bawah meja. Wilona pun mendengarnya juga dan spontan dia ingin mengeceknya. Namun, belum sempat Wilona berjongkok dan melihat, suaminya langsung menarik paksa tangan Wilona hingga Wilona menjerit kesakitan.“Aduh, Mas... Kenapa menarik tanganku dengan kasar seperti ini sih?” tanya Wilona dengan kesal. Hal itu membuat Aris terlihat bersalah dan meminta maaf. Ia beralasan bahwa di kantornya memang banyak ada tikus sehingga ia tidak ingin Wilona terkejut melihat tikus di bawah meja.“Astaga, kok bisa sampai ada tikus di ruang kerja kamu? Yasudah... Selesai sarapan, aku akan beresin ruangan kamu ya. Aku sangat khawatir sama kesehatan kamu” ujar Wilona manja.“Kamu jangan khawatir begitu... Nanti aku suruh cleaning service datang untuk membersihkan ruangan ini” ujar Aris. Setelah beberapa menit, Aris telah selesai memakan nasi goreng hingga habis tak tersisa. Terlihat, Wilona begitu sangat senang karena masakan buatannya dihabiskan oleh Aris. Hal itu berarti, Wilona merasa dihormati sebagai seorang istri.Jam istirahat sudah hampir habis, Aris meminta Wilona untuk segera pulang dengan alasan ia ingin fokus bekerja. Wilona mengerti dengan maksud suaminya itu dan ia pun berpamitan untuk yang terakhir kalinya."Mas Aris, aku pulang duluan ya... Nanti, aku akan memasakkan nasi goreng lagi dengan rasa yang lain" ujar Wilona dengan lembut. Tampak matanya begitu sangat menyayangi Suaminya.“Terimakasih Istriku tercinta” Aris kembali memeluk tubuh Wilona yang super seksi. Sesekali tangannya bergeliat nakal dan menyentuh beberapa bagian sensitif di tubuh Wilona.“Ouhh... Mas! Sudah Ah, jangan nakal di kantor” ujar Wilona dengan wajah penuh merona.“He he... Habisnya kamu membuat aku terangsang” ujar Aris dengan nakal sambil melumat bibir Wilona dengan lembut.Aris pun berhenti memainkan Wilona karena Wilona ingin pulang. Wilona pun berjalan menjauh dan pergi dari ruangan kantor suaminya. Melihat keadaan sudah aman, terdengar suara rintihan dibawah meja. Aris dengan cepat mengeceknya dan melihat wanita cantik sedang menggaruk-garuk kedua tangannya secara bergantian. Aris mengajaknya untuk keluar dari bawah meja."Aduh... Gatal banget!" seru wanita itu.“Syahnaz, maafkan aku” ujar Aris pada wanita yang ia sebut sebagai Syahnaz.Wanita itu cemberut lalu memperlihatkan tangannya yang penuh dengan bintik-bintik merah. Aris memanggil sekretarisnya dengan suara besar. Wulan pun masuk kedalam ruangan dan matanya melotot melihat Syahnaz. Aris meminta Wulan untuk mengambilkan obat gatal dan dengan sekali perintah Wulan pun mengangguk."Sayang, kamu ngapain sih... Pakai acara mengundang istri segala!" seru Syahnaz. Baginya, ia merasa dirugikan. Pasalnya, sebelum Wilona datang membawa makanan, Syahnaz sudah terlebih dahulu datang menemui Aris dengan membawakan makanan yang ia beli di restoran ternama."Aku juga tidak tahu kalau Wilona bakalan ke kantor aku Sayang... Aku mohon kamu jangan marah-marah, nanti cantiknya malah luntur" celoteh Aris.“Gak mungkin! Aku ini sudah melakukan operasi wajah, permak sana-sini dengan dokter kecantikan yang berkualitas. Tentu tidak akan mungkin cantikku ini luntur begitu saja!!!” bentak Syahnaz pada Aris."Coba jawab! Cantikan aku atau Wilona?" tanya Syahnaz yang tidak ingin tersaingi.Bertepatan dengan pertanyaan Syahnaz, Wulan pun datang sambil membawa obat gatal. Aris mengambil obat itu dan Wulan pun disuruh untuk keluar dari kantor Aris. Kemudian, Aris mulai mengusapkan obat gatal itu di bagian kulit yang memerah.“Mas, ayo dong jawab pertanyaan aku!” bentak Syahnaz kembali. Ia sudah tidak sabar ingin mendengar pilihan Aris.Sebenarnya Aris ingin memilih Wilona namun karena tidak mau membuat selingkuhannya ngambek maka Aris pun memilihnya. Terlihat Syahnaz merasa bangga dengan jawaban Aris yang memilihnya ketimbang istri sahnya sendiri."Pokoknya, Mas... Aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi. Kalau bisa, Mas ceraikan saja Wilona!" seru Syahnaz dengan manja. Kedua tangannya bergelantungan di leher Aris."Sayang, kalau aku menceraikan Wilona, maka reputasiku akan terpengaruh. Jadi, bersabarlah dulu" ujar Aris.Syahnaz tersenyum lalu ia mulai berpikiran nakal. Dengan sengaja ia mengendus-endus kan nafasnya ke leher Aris agar Aris merasa bergairah. Dengan melihat Syahnaz yang sedang menggoda dirinya, membuat Aris merasa tidak dapat melawan gejolaknya hingga mereka sampai mulai beradegan panas dan apesnya lagi Aris lupa mengunci pintu ruangannya terlebih dahulu.Di sisi lain, Wilona yang hendak memasuki mobil tiba-tiba saja kelupaan sesuatu hal di ruangan aris. Ia lupa kunci mobil yang tadi ditaruhnya di atas meja kantor. Tanpa berpikir panjang, Wilona kembali menuju ke ruangan Aris. Sebelum sampai ke pintu ruangan suaminya. Wilona kembali melihat Wulan namun kali ini Wulan tidak mencegahnya dan membiarkan Wilona memasuki ruangan bosnya.Saat Wilona hendak membuka pintu, ia merdengar suara rintihan didalam sana. Wilona membatalkan niatnya untuk membuka pintu dan kini memilih untuk mendekatkan telinganya ke pintu sambil mendengar suara-suara desahan yang tidak tahu siapa dia. Tidak tahan mendengar desahan tersebut, Wilona pun membuka pintu.Betapa terkejutnya ia saat mendapati suaminya tengah berhubungan intim dengan wanita lain yang ternyata Wilona wanita itu juga ia kenal. Dengan syok Wilona pun sesekali menggelengkan kepalanya karena saking terkejutnya melihat pemandangan yang tak mengenakkan itu depan matanya sendiri.“Mas Aris!!!” teriak Wilona dengan keras hingga membuat mereka memberhentikan aksinya. Wilona melihat perempuan yang sudah tidak asing lagi di matanya. Dia ialah Syahnaz, teman lama sewaktu Wilona duduk di bangku sekolah menengah pertama yang kini menjadi penghancur rumah tangganya. Aris dengan cepat melepaskan tubuh Syahnaz dan dengan cepat memakai pakaiannya kembali dan begitupun juga dengan Syahnaz.Setelah memakai pakaiannya, Aris mulai menghampiri Wilona yang masih berdiri terpaku tak percaya dengan keadaan itu. Dengan membela diri, Aris pun mengatakan bahwa ini semua hanyalah salah paham.“Wilona, Sayang... Ini tidak seperti yang kamu lihat. Tadi kami merasa gerah karena AC di ruangan ini tiba-tiba mati. Jadi kami terpaksa membuka pakaian atasnya saja lalu karena semakin gerah kami membuka semua pakaian” ujar mas Aris.Wilona menggelengkan kepalanya sambil terisak tangis. Wilona benar-benar tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Aris. “Akku tidak percaya! Kamu jangan berbohong sama aku dan Kamu... Syahnaz?!” Wilona mencoba menghampiri Syahnaz yang dari tadi hanya berdiam diri saja.“Kenapa?” tanya Syahnaz saat Wilona yang kini sudah berada di dekatnya. Tanpa basa-basi Wilona langsung menampar pipi Syahnaz hingga beberapa kali dan berkat tamparan itu, pipi Syahnaz terlihat menjadi memar dan memerah. Syahnaz berteriak kesakitan dan Aris pun memisahkan Wilona maupun Syahnaz.Meskipun Aris berusaha untuk memisahkan mereka, Wilona tidak mau mengalah. Wilona kembali berusaha meraih rambut Syahnaz dan berhasil menjambaknya hingga beberapa sehelai rambut Syahnaz putus. Aris kembali mererai dan kini malah mendorong tubuh Wilona dengan kasar hingga membuat Wilona terjatuh tersungkur ke lantai.“Kamu jangan seperti setan, Wilona!” seru Aris kepada Wilona.Mata Wilona melotot tajam karena ia tidak terima dikatakan setan oleh suaminya sendiri. “Apa kamu bilang? Eh... Bukan aku yang setan, tapi dia!!!” teriak Wilona sambil menunjuk jarinya dengan tegas ke arah Syahnaz.Lalu, Syahnaz pun angkat bicara, “Mas Aris! Aku tidak akan memaafkan dia lagi. Sekarang juga kamu putuskan, pilih aku atau istri sahmu!!!” teriak Syahnaz yang tidak kalah keras. Aris terdiam sesaat, ia melihat kedua wanita yang ada dihadapannya kini saling memperebutkan dirinya. Syahnaz yang selalu berpakaian terbuka hingga dengan mudah membangkitkan gejolak lelakinya sedangkan Wilona lebih berpakaian sopan namun memiliki lengkuk tubuh yang ideal. Mereka sama-sama membuat Aris bergairah. Dengan menentukan pilihan yang sulit, Aris pun memutuskan pilihannya.“Tentu aku akan memilih kamu, Sayang...”Aris memeluk Syahnaz dengan lembut didepan mata Wilona.Syahnaz tersenyum lalu ia menatap Wilona dengan senyuman licik. Merasa dirinya telah berhasil merebut suami Wilona, Syahnaz pun berkata kepada Aris. “Kalau mas Aris memilih aku, hari ini juga kamu harus ceraikan wanita itu!!!” teriak Syahnaz sambil menunjuk Wilona yang sedang menangis sesenggukan.Wilona terkejut bukan main, Wilona menatap wajah suaminya dan dia yakin bahwa Aris tidak akan mau menuruti perintah dari wanita Pelakor tersebut. Namun, harapan hanyalah sebuah harapan. Aris dengan enteng mengatakan bahwa ia akan menceraikan Wilona detik ini dan benar saja, Aris telah melontarkan tak tiga pada istrinya. Wilona menangis sejadi-jadinya dan meraih tangan Aris sambil memelas dan memohon pada suaminya agar mencabut perkataannya itu.“Tolong Mas jangan ceraikan aku hiks” pinta Wilona pada Aris.Melihat Aris terlihat bimbang, Syahnaz pun murka dan langsung memanggil sekuriti. Tidak lama sekuriti itu datang dan Syahnaz langsung memerintahkannya untuk mengusir Wilona. Terlihat, sekuriti merasa takut karena bagaimanapun Wilona adalah istri bosnya.“Hei! Ngapain kamu diam saja!!!” teriak Syahnaz pada sekuriti tersebut.“Maaf, Bu. Tapi... Buk Wilona adalah istri Bos” ujar sekuriti sambil menunduk.“Eh... Dia telah di talak 3 kali sama Aris dan asal kamu tahu saya ini adalah calon istri Aris. Sekarang juga cepat kamu seret dia dan jangan biarkan wanita ini menginjakkan kakinya kembali ke kantor calon suami saya!” seru Syahnaz.Aris hanya diam tak bergeming mendengar perkataan Syahnaz. Sekuriti tersebut dengan terpaksa menyeret Wilona keluar dari ruangan Aris. Meskipun Wilona meronta-ronta akan tetapi tenaganya tetap kalah dengan tenaga laki-laki. Hingga kini Wilona sudah sampai di pintu pagar kantor Aris.“Maafkan saya Bu, Wilona. Saya tidak bermaksud menyakiti hati Bu Wilona. Hanya saja saya cuma melaksanakan tugas dan perintah dari atasan” ujar sekuriti tersebut dan langsung menutup pintu gerbang setelah Wilona berada diluar pintu gerbang itu.Perasaan Wilona kini telah hancur sehancur-hancurnya dan tidak tahu lagi harus berbuat apa? Wilona hanya bisa berjalan tanpa arah tujuan. Hingga ia berjalan di sisi jalan raya dengan pikiran kacau. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh ada juga yang mengira bahwa Wilona tengah bersedih.Di saat itu, dari arah berlawanan terlihat seorang pemuda tampan tengah fokus menelepon seseorang sambil menyetir mobil kesayangannya. “Sudah saya bilang, saya ingin liburan dulu. Bilang sama Mama dan Papa, kalau saya sedang liburan” ujar pemuda tersebut lalu mematikan teleponnya.Wilona yang sedang merasakan sakit hati langsung berbelok menuju ke tengah jalan. Pikirannya sudah acak-acakan dan tidak dapat mengontrol emosi. Membuatkannya tidak peka bahwa saat ini dirinya sudah berjalan ditengah-tengah jalan raya hingga saat itu juga pemuda tadi terkejut dan hampir menabrak Wilona. Untungnya, pemuda tersebut segera menekan rem mobil dan seketika itu juga mobilnya berhenti tepat pada waktunya. Pemuda tersebut turun dari mobil dan melihat keadaan diluar mobilnya. Dia melihat Wilona yang tengah berdiam diri di depan mobilnya. Sebenarnya dia berniat untuk menasehati Wilona namun niatan tersebut tidak jadi ia keluarkan karena beberapa detik kemudian Wilona langsung jatuh pingsan dan melihat Wilona yang tengah pingsan ditengah jalan, pemuda itupun langsung berlari kearahnya.“Mbak, bangun!” teriaknya sambil menepuk pipi Wilona dengan lembut.Wilona yang pingsan di jalanan kini sudah berada di ruangan rumah sakit. Terlihat, ada dokter yang sibuk memeriksa keadaannya. Setelah mengetahui keadaan Wilona, dokter tersebut pun keluar dari ruangan dan menghampiri seorang pemuda yang telah membawa Wilona ke rumah sakit. Belum apa-apa pemuda itu sudah lebih dulu menanyakan keadaan Wilona.“Dok, bagaimana keadaannya?” tanya pemuda tersebut dengan hati gelisah. Ia tidak ingin terjadi apa-apa terhadap Wilona. “Maaf sebelumnya, nama anda siapa? apakah anda suami korban?” tanya dokter tersebut.“Saya Reyhan dan saya suaminya” ujar Reyhan dengan berbohong. Ia hanya bingung harus menjawab apa? Sementara ia malu mengakui bahwa dirinya adalah pelaku yang telah membuat Wilona jatuh pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit.Dokter tersebut mengangguk pelan lalu beliau mengatakan bahwa kondisi pasien baik-baik saja dan cukup hanya membutuhkan waktu untuk beristirahat. Mendengar perkataan dokter, Reyhan yang tadinya khawatir kini wajahnya mul
Wilona yang masih berada di rumah sakit memutuskan untuk tidur. Karena kedua bola matannya sudah benar-benar sangat lelah. Benar saja, baru hitungan beberapa menit Wilona bisa tertidur dengan pulas. Sementara itu, tiba-tiba saja ponselnya bergetar sehingga mengganggu jam tidur Wilona. Dengan mata yang sangat mengantuk, Wilona berusaha untuk bangun.Pertama-tama dia mengucek kedua bola matanya. Setelah itu, Wilona mengecek siapa yang saat ini menghubunginya. Ternyata, yang menghubungi dirinya adalah Siska yang merupakan adik kandung dari ibunya sendiri.Wilona mencoba menghapus sisa-sisa air matanya lalu mulai menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Hal itu dia lakukan agar suaranya tidak serak akibat efek menangis dan berteriak-teriak. Wilona juga takut tantenya mengetahui apa yang tengah dialami Wilona. Setelah dirasa sudah membaik, Wilona pun mengangkat telepon tersebut."Wilona, kamu ada dimana sekarang? Kok Tante hubungi lama sekali diangkat?" tanya Siska. W
Wilona berada di kamar tidur dan merebahkan tubuhnya. Rasanya ia benar-benar ingin tertidur. “Ah... Aku capek sekali” gumam Wilona dari dalam hati. Beberapa menit kemudian, akhirnya Wilona berhasil tertidur. Sementara itu, Siska tengah sibuk memasak nasi goreng di dapur. Ia sangat tahu bahwa Wilona belum sarapan dan ingin memasakan nasi goreng untuknya. Hal itu ia ketahui saat perut Wilona tidak henti-hentinya mengamuk.Setelah selesai memasak, Siska pun berniat untuk memberitahukannya pada Wilona. Namun, saat melihat Wilona yang tengah tertidur pulas, Siska menjadi tidak tega membangunkannya dengan bergumam, “Kasihan sekali Wilona”Siska memutuskan untuk membiarkan saja Wilona beristirahat dan dirinya sendiri juga sudah merasa lelah. Sambil sesekali menguap, Siska pun menuju ke kamar tidurnya dan mulai tidur.Jam telah menunjukkan pukul 19:00 Malam namun Wilona belum juga terbangun hingga tantenya membangunkan Wilona dengan lembut. “Wilona, ayo bangun sayang” ujarnya. Wilona pun bang
Wilona mencoba memeriksa sisa uang yang berada di dompet. Untungnya, masih ada uang yang bisa Wilona pergunakan untuk naik ojek online agar bisa pulang tanpa harus berjalan kaki. Wilona menghubungi salah satu driver ojek online dan katanya aku harus menunggu. Wilona mengiyakan dan memutuskan menunggunya di Alfamart samping gang lima.Karena merasa haus, Wilona mampir sebentar ke dalam Alfamart itu dan membeli satu botol teh hijau dan membayarnya ke kasir. Sembari menunggu, Wilona pun keluar dari dalam Alfamart dan duduk ke kursi yang telah disediakan pihak Alfamart sebagai tempat buat nongkrong. Wilona membuka minuman teh tersebut dan menenggaknya beberapa kali. “Permisi, apa boleh ikut gabung?”Wilona melihat sekilas orang yang tengah berdiri dihadapannya itu. Wilona mengangguk dan pemuda itu pun mulai duduk disampingnya. Karena sudah berada di meja yang sama, pemuda itu pun berinisiatif untuk memperkenalkan dirinya.“Hai, perkenalkan namaku Brian” Sambil memperkenalkan diri, Brian j
“Mereka beranu-anu!!!” seru Frisya. Membuat Anik dan karyawan lain terkejut. Namun, Prilly meminta mereka agar menjaga rahasia itu. Mereka pun mengangguk dan kembali beraktivitas.Frisya yang masih syok memutuskan untuk duduk di kursi kerjanya. Prilly memberikannya air minum agar Frisya dapat lebih tenang. Frisya pun menerimanya dan langsung meminum hingga habis. “Terimakasih Prilly” ujar Frisya.“Iya, santai saja!” “Kalau kamu masih trauma sama yang barusa. itu biar aku saja membawa berkasnya tapi nanti biar mereka selesai bermain dulu ha ha” tawa Prilly.Prilly memang orangnya gampang tertawa dan mudah mencairkan suasana. Berbeda halnya dengan Frisya, dia sangat kalem namun tahu suaranya sopan santun terhadap orang lain. Karena saking kalemnya, membuat Anik dan Prilly suka mengajaknya bercanda. Barang kali, berkat mereka Frisya dapat ikut tertawa lepas.“Terimakasih” ujar Frisya pada Prilly.“Santai sis! Btw, aku kerja dulu ya!!!” seru Prilly.Jam istirahat pun telah berbunyi dan P
Wilona fokus merapihkan seluruh beda-beda di rumah lamanya. Rasanya hampir separuh tulang ditubuhnya mulai mengilu. Wilona mengistirahatkan diri di kursi yang terbuat dari bambu asli. Sesekali melakukan peregangan otot. Sambil melakukan peregangan otot, Wilona melirik ruangan di hadapannya yang kini sudah lebih membaik daripada sebelumnya.DRETTTWilona melirik ponselnya yang tengah berbunyi dan Wilona melihat nomor yang tidak Wilona simpan sedang meneleponnya. “Apa aku angkat saja teleponnya?” gumam Wilona dalam hati. “Hallo?” Wilona mencoba mendahului. “Hai, Wilona!” terdengar suara laki-laki lembut dibalik telepon. Wilona belum memastikan siapa pemuda itu? “Maaf, ini siapa?” tanya Wilona memastikan.“Apa kamu sudah lupa sama orang yang telah menabrakmu?” tanyanya.Wilona baru menyadari bahwa Reyhan yang kini menelepon dirinya. Namun, Wilona bingung mengapa Reyhan bisa menghubungi dirinya? Sedangkan Wilona tidak pernah merasa memberikan nomor pribadinya pada orang asing.“Wilona,
Wilona berjalan beriringan dengan Reyhan. Namun kali ini ada cerita lucu yang berkaitan dengan pemuda itu, bagaimana tidak? Reyhan memilih untuk naik mobil sewaan bersama Wilona, padahal sudah jelas-jelas ia memiliki mobil pribadi. Atau jangan-jangan... Reyhan sengaja menyembunyikan mobilnya karena belum melunasi hutang? itu yang dipikirkan oleh Wilona.Wilona hanya merasa curiga saat Reyhan begitu menutup diri depan umum, seperti siang-siang bolong memakai jaket tebal, hingga masker mulut dan topi. Wilona tidak mempermasalahkan Reyhan miskin atau kaya karena Wilona pun juga pernah merasakan hidup melarat. Karena penasaran, Wilona pun langsung mempertanyakan hal itu pada Reyhan.“Kamu pasti lagi sembunyi dari kejaran hutang?” Terlihat, Reyhan terkejut ketika mendengar pertanyaan Wilona yang menganggapnya bersembunyi. Namun, Reyhan tidak menggubrisnya dan malah menarik tangan Wilona hingga ke arah toko emas yang ada di seberang jalan! Pegangan tangannya yang erat, membuat Wilona merasa
Sebuah tamparan keras kini tengah dirasakan Reyhan. Tuan Harizon benar-benar keras terhadap putranya itu namun Nyonya Fitrya merasa tidak tega. Dia meminta agar suaminya tidak memarahi putranya lagi. Reyhan sendiri hanya bisa diam, seakan tidak merasakan sakit. Nyonya Fitrya menghampiri putranya dengan khawatir.“Apa pipi kamu terasa sakit?” tanya Nyonya Fitrya.“Tidak, Bu” ujar Reyhan.Tuan Harizon kembali memperingati putranya bahwa Reyhan tidak boleh asal mendekati seorang wanita. Apalagi, wanita itu tidak sederajat dengan dirinya. Nyonya Fitrya sendiri meminta Reyhan agar masuk ke dalam kamar tidurnya. “Baik, Reyhan pergi” setelah Reyhan keluar dari ruangan itu, tuan Harizon dan Nyonya Fitrya terlihat seperti tidak memiliki hubungan harmonis. Sama-sama menjaga harga diri dan tidak mau mengalah satu sama lain.Namun, untuk urusan Reyhan, tuan Harizon meminta istrinya agar lebih tegas lagi terhadap putranya mereka. Nyonya Fitrya mengangguk seakan setuju dengan perintah suaminya. Kar
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i