Wilona berada di kamar tidur dan merebahkan tubuhnya. Rasanya ia benar-benar ingin tertidur. “Ah... Aku capek sekali” gumam Wilona dari dalam hati.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Wilona berhasil tertidur. Sementara itu, Siska tengah sibuk memasak nasi goreng di dapur. Ia sangat tahu bahwa Wilona belum sarapan dan ingin memasakan nasi goreng untuknya. Hal itu ia ketahui saat perut Wilona tidak henti-hentinya mengamuk.Setelah selesai memasak, Siska pun berniat untuk memberitahukannya pada Wilona. Namun, saat melihat Wilona yang tengah tertidur pulas, Siska menjadi tidak tega membangunkannya dengan bergumam, “Kasihan sekali Wilona”Siska memutuskan untuk membiarkan saja Wilona beristirahat dan dirinya sendiri juga sudah merasa lelah. Sambil sesekali menguap, Siska pun menuju ke kamar tidurnya dan mulai tidur.Jam telah menunjukkan pukul 19:00 Malam namun Wilona belum juga terbangun hingga tantenya membangunkan Wilona dengan lembut. “Wilona, ayo bangun sayang” ujarnya. Wilona pun bangun dengan mengucek kedua bola matanya. Terlihat, Wilona begitu lama tertidur dan kini perasaannya mulai fresh. Siska tersenyum lalu mengajak Wilona untuk makan malam bersama. Namun, Wilona masih mengatakan belum lapar.“Jangan seperti itu Sayang... Tante sudah masak makan enak untuk kamu” bujuk tantenya.“Iya, Tante” ujar Wilona yang tidak tahu harus menolak dengan cara apa.Namun, saat hendak berjalan tiba-tiba saja Wilona merasa kesakitan dibagian kakinya. Siska langsung sigap merangkul Wilona dan mendudukkannya di kasur. Wajahnya serius seakan sedang ingin mengintrogasi Wilona.“Kenapa dengan kaki kamu Wilona?” tanya tantenya. Wilona kembali teringat saat dirinya didorong dengan kasar oleh suaminya saat berada didalam ruang kantor.“Tadi... Tadi aku sempat keseleo” ujar Wilona.“Keselo dimana? Perasaan Tante tidak melihat kamu keseleo saat di rumah ibumu dan di rumah Tante” ujar Siska.“Aku keseleo waktu prepare ke rumah Ibu” ujar Wilona berbohong.“Astaga, kalau begitu kamu jangan bergerak dulu ya biar Tante saja yang mengambilkan kamu makanan nasi gorengnya” ujar Siska.Siska mulai menuju ke arah dapur sedangkan Wilona diam-diam mencoba menghubungi suaminya namun tidak ada jawaban, membuat Wilona merasa was-was. Meskipun saat ini Aris telah mengecewakan hatinya, namun ia tetap berstatus istri sah dan mana ada istri sah mau membebaskan suaminya bersama wanita lain. Siska kembali ke kamar tidur sambil membawakan makanan dan air minum. Dengan tersenyum ia pun berkata, “Ini nasi gorengnya! Kalau masih kurang kamu tinggal kasih tahu ke Tante. Sekarang, Tante mau ke dapur dulu, soalnya Tante juga lapar he he” ujar Siska sambil tertawa kecil.“Terimakasih, Tante Siska” ujar Wilona. Siska mengangguk lalu pergi meninggalkan Wilona yang hendak makan malam. Sementara Wilona yang tidak bernafsu untuk melahap nasi goreng tersebut dengan terpaksa dia melahapnya walaupun sesekali ingin muntah akibat terkena penyakit mag. Bukan karena rasa nasi gorengnya tidak enak, bahkan rasanya sangat enak. Hanya kondisi Wilona memang memprihatinkan.Malam ini secara tidak sengaja Wilona telah berhasil menghabiskan nasi goreng di piring yang ia bawa. Dengan begitu, Wilona tidak akan merasa bersalah kepada tantenya yang telah baik kepadanya. Benar saja, tantenya pun kembali guna untuk melihat Wilona apakah sudah memakan nasi goreng atau belum. Melihat piring tersebut sudah tidak tersisa nasi goreng, tantenya pun senang lalu menawarkannya lagi.“Wah... Apa mau Tante ambilkan lagi nasi gorengnya? Karena kebetulan lagi banyak tersisa” ujar Siska. “Aku sudah kenyang Tante” ujar Wilona.“Baiklah, Sayang. Sini piringnya biar Tante cuci di wastafel” ujar Siska.Wilona pun mengatakan bahwa ia akan mencucinya sendiri. Namun, Siska tidak mengizinkannya karena ia masih khawatir melihat kondisi Wilona yang belum pulih.“Kamu baru membaik Wilona. Sebaiknya kamu istirahatlah dulu” ujar Siska.“Tidak apa-apa kok, Tante. Aku sudah cukup beristirahat sedari tadi dengan cara tidur sepuasnya. Malahan... kalau sekarang aku tidur lagi rasanya malah jadi tambah pusing saja he he” kekeh Wilona.Mendengar perkataan Wilona, Siska pun tidak dapat mempaksakan Wilona untuk beristirahat. Lalu mereka pun bersama-sama mencuci perabotan di wastafel dapur hingga perabotan tersebut terlihat kinclong. Apalagi cara nyuci Wilona yang sangat lihai membuat Siska takjub kepada Wilona.“Terimakasih Wilona, kamu sudah membantu Tante membersihkan perabotan-perabotan ini” ujar Siska.“Aku juga berterimakasih sama Tante yang sudah membuatkan aku nasi goreng. Jujur, rasanya enak sekali tapi sayang... Aku lagi tidak enak badan” ujar Wilona jujur.Kemudian, Tante Siska pun menyuruh Wilona untuk kembali ke tempat tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 11 :20 Malam. Wilona mengiyakan dan segera menuju ke kamar tidur. Sesaat kemudian, Wilona pun tertidur dan bermimpi sedang berada di beberapa bunga yang sangat cantik. Ada bunga matahari, bunga kembang kertas, bunga mawar dan masih ada banyak lagi bunga-bunga cantik lainnya.Namun, yang menjadi pusat perhatian ketika Wilona mendengar suara panggilan yang sedang memanggil namanya dari arah belakang. Wilona menolehkan tubuhnya dan betapa terkejutnya saat ia melihat ibunya tengah tersenyum kepadanya. Wilona menghampirinya dan menangis di pangkuan sang ibu.“Ibu, Wilona takut sekali... Ibu jangan tinggalkan Wilona lagi hiks” pinta Wilona.Memang, ibunya tidak menjawab apapun. Hanya saja, Wilona dapat merasakan sentuhan hangat tangan ibunya. Seakan-akan sedang mengelus rambut panjangnya dengan begitu lembut. Wilona memeluk ibunya dengan erat seakan ia tidak ingin kehilangannya lagi. Namun, samar-samar terlihat ada banyak kupu-kupu yang mengelilingi ibunya dan perlahan bayangan ibunya pun mulai menghilang.Akibat mimpi tersebut, Wilona pun sampai terbangun dari tidurnya. Air matanya mengalir deras seakan ia dapat merasakan pelukan nyata dari sang ibu. “Ibu, tolong kuatkan lah aku” gumam Wilona dari dalam hatinya.Dua hari telah berlalu dan kini Wilona putuskan untuk pulang. Ia hanya merasa tidak enak hati jika terlalu lama menumpang di rumah tantenya. Meskipun tantenya sangat bersedia mengizinkan Wilona untuk lebih lama lagi tinggal bersamanya. Wilona pun mengutarakan niatnya tersebut kepada Siska. Awalnya Siska keberatan namun Wilona sudah tegas dengan pilihannya untuk pulang.“Kamu mau pulang apa sudah akan dijemput sama Aris?” tanya Siska.“Tidak, Tante. Kan Aris lagi berada di luar kota” ujar Wilona berbohong.“Sesibuk apapun dia seharusnya dia bisalah menyempatkan waktu buat menjemput kamu” ujar Siska.“Enggak ah... Aku tidak ingin merepotkan mas Aris” ujar Wilona pelan. Siska terlihat geram namun ia sudah kehabisan kata-kata. Dengan cepat, dia pun mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa uang merah kepada Wilona sambil mengatakan bahwa uang itu buat sewa ojek. Siska juga menegaskan bahwa Wilona tidak boleh menolak bantuannya. Wilona terharu dengan kebaikan hati Tantenya dan Wilona juga berterimakasih kepada tuhan karena telah menyisakan Tantenya yang baik kepada dirinya. Jika tidak ada beliau, mungkin Wilona akan menjadi gelandangan akibat tidak memiliki uang sepeserpun.Singkat cerita, Wilona telah memesan ojek online dan ojek online tersebut sangat cepat datangnya. lalu Wilona berpamitan pada Tantenya sebelum Wilona benar-benar pergi.“Tante, aku pergi ya” ujar Wilona.“Hati-hati dijalan Sayang!” seru Siska pada keponakan itu yang kini telah berlalu.Wilona juga memutuskan untuk datang kembali ke kantor suaminya. Bukan karena ingin mengemis dan minta rujuk, hanya saja Wilona ingin mengambil mobilnya yang tidak sempat dia setir karena terlanjur diusir oleh sekuriti waktu itu.“Stop... Pak!” perintah Wilona saat sudah sampai di depan pintu pagar gedung perusahaan milik Aris.“Berapa, Pak bayarannya?” tanya Wilona.“20.000 Ripah, Mbak” ujarnya.Wilona langsung membayarnya dengan uang pas karena saat ini ia hanya ingin menghemat pengeluaran. Si ojek online itupun langsung pergi saat Wilona telah membayarnya. Ketika Wilona hendak masuk, sekali lagi dia dihadang oleh sekuriti yang dulu mengusirnya.“Maaf, Bu Wilona. Ibu dilarang untuk memasuki area perusahaan. Ini atas perintah Pak Aris dan Bu Syahnaz” ujarnya dengan gugup.Yah... Wilona memang tahu bahwa pak sekuriti tersebut hanya menjalankan perintah. Namun, Wilona juga merasa kesal dengannya yang tetap tidak mau mendengarkan alasannya. Beberapa kali Wilona memberikan alasan, sekuriti itu tetap tidak mempedulikan Wilona. Dulu, Wilona ingat saat sekuriti itu hendak dipecat oleh suaminya. Namun, Wilona menyelamatkan dirinya hingga sekuriti itupun tidak jadi di pecat. Kini, semua kebaikannya dibalas dengan kekecewaan.“Pak, saya mohon izinkan saya masuk! Setelah saya masuk ke dalam mobil, saya pasti segera pergi dari sini” ujar Wilona sembari memelas.Syahnaz keluar dari dalam gedung dan melihat kedatangan Wilona. Kebetulan juga, perkataan Wilona telah sempat ia dengar.“Hei, ngapain kamu kesini!” teriak Syahnaz yang kini menatap Wilona dengan tajam.Syahnaz menampakkan dirinya yang kini sudah berpakaian ala bos kantoran. Wilona menatapnya dengan tatapan terkejut sekaligus sedih. Dulu Wilona sangat ingat, ketika suaminya mengatakan bahwa hanya dirinyalah satu-satunya istri bos dan tidak akan tergantikan. Namun, perkataannya tidak dapat dipercaya dan sampah! Wilona berusaha agar tidak menangis didepan Pelakor. Karena air matanya terlalu mahal untuk menangis dihadapan sampah seperti Syahnaz. Wilona menghela nafas dengan lumayan panjang. Lalu dia turunkan melalui mulut dengan perlahan namun pasti.“Syahnaz, kamu cocok juga pakai seragam itu” ujar Wilona dengan berpura-pura cuek namun sebenarnya nyesek.Syahnaz juga tidak kalah ekpresif ia bahkan tersenyum lebar sampai bibirnya terlihat melebar. Syahnaz juga semakin menyombongkan dirinya dengan mengatakan bahwa Wilona telah dibuang dan tidak berguna. Wilona tersenyum walaupun senyumannya hanyalah palsu.“Kamu itu kotor” ujar Wilona.“Apa... Hei, jaga ucapanmu!” teriak Syahnaz yang mulai tersulut emosi.“Apa kamu tidak sadar wahai pelakor yang sangat menjijikkan hingga baunya menusuk ke hidung!” seru Wilona dengan nada meledek.Beberapa karyawan yang diam-diam menguping pada senang mendengar perlawanan Wilona. Syahnaz menyadari mereka telah mengintip dan menguping lalu Syahnaz pun memerintahkan mereka untuk pergi. Mereka langsung berlari berhamburan saat mendengar teriakan Syahnaz.“Hei, sampah! Aku kesini tidak ingin melihatmu tapi aku ingin mengambil mobilku yang masih terparkir dihalaman parkir!” seru Wilona padat dan jelas.“Mobil kamu? Apa saya tidak salah dengar?” tanya Syahnaz dengan pura-pura pikun.Beberapa detik kemudian, Aris datang dan Syahnaz pun mengadu kepadanya. Kemudian Aris pun tertawa dengan terbahak-bahak. Sedangkan Wilona tidak mengerti mengapa suaminya tertawa padahal tidak ada hal yang lucu?“Ngapain kamu tertawa?” tanya Wilona heran. Aris mengernyitkan dahinya lalu mendekati Wilona. Nampak dari raut wajah Syahnaz sedikit kurang suka alias cemburu ketika suami Wilona berbicara sangat dekat dengan Wilona. Aris mulai mengatakan bahwa mobil tersebut adalah miliknya. Sehingga, Wilona tidak memiliki hak untuk mobil tersebut. Syahnaz tersenyum sumringah ketika mendengar perkataan Aris yang sangat menyakiti perasaan Wilona.Wilona yang sedang kesal lantar berbicara, “Bukankah mobil itu adalah hadiah saat aku berulang tahun?” tanya Wilona dengan mata memerah. Ia mencoba untuk menahan air matanya yang sebentar lagi akan jatuh juga.“Mantan istriku yang bodoh... Itu dulu dan sekarang telah berbeda. Jadi, jangan harap kamu mau merasakan hasil uangku! Sedikitpun saya tidak akan memberikanmu uang!!!” teriak Aris hingga mampu membuat air mata Wilona terjatuh tak tertahankan.Wilona tidak habis pikir bahwa Aris bakalan seperti ini. Wilona yang sudah menangis menatap kedua wajah orang ini. Aris dan Syahnaz, mereka berhasil melumpuhkan hatinya dengan Bertubi-tubi.“Mas Aris! Sini... Jangan dekat-dekat sama dia!!!” teriak Syahnaz kepada Aris dan menariknya untuk menjauhi Wilona. Sebelum Aris pergi, Wilona berlutut di kakinya memohon agar mobil tersebut jangan di rebut.Bukannya Wilona ingin merasakan uangnya, namun Aris telah memberikan hadiah mobil itu untuknya dan tidak seharusnya di tarik lagi. Ini semua rasanya tidak adil bagi Wilona. Setelah Wilona menyerahkan dirinya sewaktu dulu kepada Aris, ia mengingat ucapan-ucapan romantis dari mulut Aris yang selalu mengatakan bahwa akan menyayangi Wilona selamanya. Namun apa balasannya sekarang?”Mengapa kamu berubah mas!” teriak Wilona saat melihat Aris dan Syahnaz pergi masuk kedalam gedung meninggalkan Wilona yang masih berlutut dan menangis sesenggukan. Beberapa karyawan ikut menangis namun mereka tidak berani mendekati Wilona karena takut menanggung resiko. Wilona pun meninggalkan gedung itu dengan perasaan hancur.Wilona mencoba memeriksa sisa uang yang berada di dompet. Untungnya, masih ada uang yang bisa Wilona pergunakan untuk naik ojek online agar bisa pulang tanpa harus berjalan kaki. Wilona menghubungi salah satu driver ojek online dan katanya aku harus menunggu. Wilona mengiyakan dan memutuskan menunggunya di Alfamart samping gang lima.Karena merasa haus, Wilona mampir sebentar ke dalam Alfamart itu dan membeli satu botol teh hijau dan membayarnya ke kasir. Sembari menunggu, Wilona pun keluar dari dalam Alfamart dan duduk ke kursi yang telah disediakan pihak Alfamart sebagai tempat buat nongkrong. Wilona membuka minuman teh tersebut dan menenggaknya beberapa kali. “Permisi, apa boleh ikut gabung?”Wilona melihat sekilas orang yang tengah berdiri dihadapannya itu. Wilona mengangguk dan pemuda itu pun mulai duduk disampingnya. Karena sudah berada di meja yang sama, pemuda itu pun berinisiatif untuk memperkenalkan dirinya.“Hai, perkenalkan namaku Brian” Sambil memperkenalkan diri, Brian j
“Mereka beranu-anu!!!” seru Frisya. Membuat Anik dan karyawan lain terkejut. Namun, Prilly meminta mereka agar menjaga rahasia itu. Mereka pun mengangguk dan kembali beraktivitas.Frisya yang masih syok memutuskan untuk duduk di kursi kerjanya. Prilly memberikannya air minum agar Frisya dapat lebih tenang. Frisya pun menerimanya dan langsung meminum hingga habis. “Terimakasih Prilly” ujar Frisya.“Iya, santai saja!” “Kalau kamu masih trauma sama yang barusa. itu biar aku saja membawa berkasnya tapi nanti biar mereka selesai bermain dulu ha ha” tawa Prilly.Prilly memang orangnya gampang tertawa dan mudah mencairkan suasana. Berbeda halnya dengan Frisya, dia sangat kalem namun tahu suaranya sopan santun terhadap orang lain. Karena saking kalemnya, membuat Anik dan Prilly suka mengajaknya bercanda. Barang kali, berkat mereka Frisya dapat ikut tertawa lepas.“Terimakasih” ujar Frisya pada Prilly.“Santai sis! Btw, aku kerja dulu ya!!!” seru Prilly.Jam istirahat pun telah berbunyi dan P
Wilona fokus merapihkan seluruh beda-beda di rumah lamanya. Rasanya hampir separuh tulang ditubuhnya mulai mengilu. Wilona mengistirahatkan diri di kursi yang terbuat dari bambu asli. Sesekali melakukan peregangan otot. Sambil melakukan peregangan otot, Wilona melirik ruangan di hadapannya yang kini sudah lebih membaik daripada sebelumnya.DRETTTWilona melirik ponselnya yang tengah berbunyi dan Wilona melihat nomor yang tidak Wilona simpan sedang meneleponnya. “Apa aku angkat saja teleponnya?” gumam Wilona dalam hati. “Hallo?” Wilona mencoba mendahului. “Hai, Wilona!” terdengar suara laki-laki lembut dibalik telepon. Wilona belum memastikan siapa pemuda itu? “Maaf, ini siapa?” tanya Wilona memastikan.“Apa kamu sudah lupa sama orang yang telah menabrakmu?” tanyanya.Wilona baru menyadari bahwa Reyhan yang kini menelepon dirinya. Namun, Wilona bingung mengapa Reyhan bisa menghubungi dirinya? Sedangkan Wilona tidak pernah merasa memberikan nomor pribadinya pada orang asing.“Wilona,
Wilona berjalan beriringan dengan Reyhan. Namun kali ini ada cerita lucu yang berkaitan dengan pemuda itu, bagaimana tidak? Reyhan memilih untuk naik mobil sewaan bersama Wilona, padahal sudah jelas-jelas ia memiliki mobil pribadi. Atau jangan-jangan... Reyhan sengaja menyembunyikan mobilnya karena belum melunasi hutang? itu yang dipikirkan oleh Wilona.Wilona hanya merasa curiga saat Reyhan begitu menutup diri depan umum, seperti siang-siang bolong memakai jaket tebal, hingga masker mulut dan topi. Wilona tidak mempermasalahkan Reyhan miskin atau kaya karena Wilona pun juga pernah merasakan hidup melarat. Karena penasaran, Wilona pun langsung mempertanyakan hal itu pada Reyhan.“Kamu pasti lagi sembunyi dari kejaran hutang?” Terlihat, Reyhan terkejut ketika mendengar pertanyaan Wilona yang menganggapnya bersembunyi. Namun, Reyhan tidak menggubrisnya dan malah menarik tangan Wilona hingga ke arah toko emas yang ada di seberang jalan! Pegangan tangannya yang erat, membuat Wilona merasa
Sebuah tamparan keras kini tengah dirasakan Reyhan. Tuan Harizon benar-benar keras terhadap putranya itu namun Nyonya Fitrya merasa tidak tega. Dia meminta agar suaminya tidak memarahi putranya lagi. Reyhan sendiri hanya bisa diam, seakan tidak merasakan sakit. Nyonya Fitrya menghampiri putranya dengan khawatir.“Apa pipi kamu terasa sakit?” tanya Nyonya Fitrya.“Tidak, Bu” ujar Reyhan.Tuan Harizon kembali memperingati putranya bahwa Reyhan tidak boleh asal mendekati seorang wanita. Apalagi, wanita itu tidak sederajat dengan dirinya. Nyonya Fitrya sendiri meminta Reyhan agar masuk ke dalam kamar tidurnya. “Baik, Reyhan pergi” setelah Reyhan keluar dari ruangan itu, tuan Harizon dan Nyonya Fitrya terlihat seperti tidak memiliki hubungan harmonis. Sama-sama menjaga harga diri dan tidak mau mengalah satu sama lain.Namun, untuk urusan Reyhan, tuan Harizon meminta istrinya agar lebih tegas lagi terhadap putranya mereka. Nyonya Fitrya mengangguk seakan setuju dengan perintah suaminya. Kar
Malam ini Reyhan terlihat begitu rapih karena ia baru saja selesai mandi di rumah Wilona. Di saat Reyhan tengah berganti pakaian di kamar tidurnya, Wilona berpikir ingin bertanya pada Reyhan dengan pertanyaan yang cukup sederhana yakni apakah sekarang dia akan pulang? Namun rasanya Wilona sedikit canggung setiap kali harus menatap kedua bola mata Reyhan yang terlihat menarik.Saat ini Wilona tengah menunggu Reyhan di ruang tamu dengan diselimuti kegelisahan dan kebimbangan. Reyhan pun keluar dari kamar tidur dengan bau khas shampo dan sabun cair milik Wilona yang dipakai sedikit oleh Rayhan.“Wilona, apakah ada sisir rambut?” seketika Reyhan bertanya kepada Wilona. Wilona langsung menyahut, “Ada. Tunggu sebentar!” Wilona meraih sisir miliknya di kamar tidur lalu dengan cepat memberikan sisir itu kepada Reyhan.Reyhan meraih sisir tersebut dan segera menyisir rambutnya sendiri. Saat Reyhan menyisir rambut beberapa kali tetesan air di rambut basahnya mengenai wajah Wilona, sontak Wilona
Kedatangan putri Gaulya bersama kedua orang tuanya ke rumah Tuan Harizon adalah untuk mempertegas hubungan kedua putra putrinya. Nyonya Ratu dan Tuan Airlangga ingin Putri sematang wayangnya mendapatkan kepastian dari pihak lelaki. Saat sampai di rumah Tuan Harizon, mereka sangat disambut baik oleh Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya.“Astaga... Cantik sekali kamu Sayang” puji Nyonya Fitrya kepada calon menantunya.“Terimakasih Tante Fitrya” ujar Putri Gaulya.Ibu putri Gaulya melihat calon menantunya tidak datang menyambut mereka. Lalu dengan cepat ia bertanya kepada Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya. “Saya ingin sekali melihat calon suami Putri saya. Dimanakah dia sekarang, Tuan Harizon, Nyonya Fitrya?” Dengan wajah tanpa kebohongan Nyonya Fitrya pun mengatakan bahwa putranya sedang sibuk melaksanakan kegiatan rutin. Sedangkan Tuan Harizon menyuruh mereka untuk duduk dan mengatakan bahwa putranya akan segera pulang.Pembantu di rumah itu pun membawa beberapa makanan dan minuman lalu menar
Hari ini Wilona harus menghadiri pengadilan sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh surat cerai tersebut. Wilona mencoba untuk menenangkan dirinya ke cermin. Seakan bercermin mampu membuatnya kuat sebelum menghadapi Aris. Wilona juga sudah pasrah saat Siska telah mengetahuinya. Bahkan, Siska sangat mendukung Wilona untuk bisa bangkit dan lepas dari bajingan itu. Wilona melirik jam sudah menunjukkan pukul 10:00 dan saat ini hanya menunggu kedatangan tantenya saja.DRETTTWilona melirik ponselnya dan melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya. Tidak lain dan tidak bukan, Siska telah menelepon Wilona dan dengan cepat Wilona mengangkat telepon tantenya.“Hallo, Wilona! Kamu ada dimana sekarang? Tante sudah ada didepan pintu pagar rumah kamu” ujar Siska. Wilona meminta tantenya untuk bersabar karena saat ini dirinya tengah sibuk mengunci kamar tidur hingga pintu depan rumahnya. Setelah itu, Wilona mulai membukakan pintu pagar rumah dan melihat ada mobil Avanza didepan. Siska turun
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i